Sejak pukul 04.00 hingga pukul 15.00, Senin (28/9/2020), Kabupaten Gayo Lues, Aceh, dilanda gempa bumi sebanyak 23 kali.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BLANGKEJEREN, KOMPAS — Sejak pukul 04.00 hingga pukul 15.00, Senin (28/9/2020), Kabupaten Gayo Lues, Aceh, dilanda gempa bumi sebanyak 23 kali. Kekuatan gempa bermagnitudo 2 hingga 4. Meski tidak menimbulkan kerusakan, warga diminta waspada.
Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Aceh Besar Djati Cipto Kuncoro mengatakan gempa pertama terjadi pukul 04.00 dengan kekuatan 2 magnitudo. Gempa berada di kedalaman 5 kilometer dan masuk kategori gempa dangkal. Titik gempa pada 3,81 Lintang Utara dan 97 Bujur Timur atau 39 km tenggara Gayo Lues. Gempa susulan terus terjadi hingga pukul 15.00.
”Intensitas semakin sering mungkin karena akumulasi energi yang tersimpan melampaui titik jenuh,” kata Djati.
Menurut Djati, gempa tersebut tidak menimbulkan kerusakan. Namun, warga diminta tetap waspada sebab tidak ada yang mampu memprediksi potensi dan kapan gempa berkekuatan tinggi terjadi. ”Dengan terjadi gempa-gempa kecil, semoga tidak terjadi gempa yang kuat,” kata Djati.
Intensitas semakin sering mungkin karena akumulasi energi yang tersimpan melampaui titik jenuh. (Djati Cipto Kuncoro)
Anggota staf Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Haslinda, menyebutkan gempa tersebut tidak menimbulkan kerusakan. Karena kekuatan gempa kecil, juga tidak timbul kepanikan pada warga.
Namun, ini bukan pertama kali Gayo Lues dilanda gempa. Pada 6 Oktober 2019, Gayo Lues dilanda gempa 4,5 magnitudo. Gempa bumi itu hasil dari pergerakan Sesar Sumatera segmen Tripa. Gempa itu tidak menimbulkan kerusakan.
Sementara gempa pada 29 Mei 2017 dengan kekuatan 4,9 magnitudo mengakibatkan 25 rumah rusak ringan. Gempa-gempa yang terjadi di Gayo Lues merupakan pergerakan Sesar Sumatera yang melintasi Lampung hingga Aceh.
Pakar gempa dari Universitas Syiah Kuala, Nazli Ismail, menyebutkan gempa di Gayo Lues terjadi dari aktivitas Sesar Sumatera. Kedalaman titik gempa yang sangat dangkal dapat memicu kerusakan jika kekuatannya kuat. ”Nasib baik, magnitudo gempa kecil sehingga tidak merusak,” kata Nazli.
Menurut Nazli, gempa dangkal atau gempa daratan dengan magnitudo kecil saja dapat memicu kerusakan seperti yang terjadi pada 2013 di Aceh Tengah. Gempa dangkal berkekuatan 6,2 magnitudo kala itu menyebabkan tiga desa di Aceh Tengah porak poranda. Begitu juga dengan gempa di Pidie Jaya pada Desember 2016, ribuan bangunan rusak.
Nazli menambahkan, Sesar Sumatera di titik Gayo Lues berpotensi melepaskan gempa dengan kekuatan 7 magnitudo. Terakhir gempa dengan kekuatan besar, 7,2 magnitudo, di Gayo Lues terjadi 1936 dan pada 1990 terjadi lagi dengan kekuatan 6 magnitudo.
Menurut Nazli, segmen Tripa belum banyak diteliti sebab jalur segmen berada di belantara dengan topografi bukit dan gunung sehingga sukar diakses oleh peneliti.