Manajer Leicester City Brendan Rodgers menemukan cara yang ampuh untuk membungkam Manchester City. Ia meminta timnya bertahan lalu menyerang secepat mungkin ketika berhasil merebut bola. Leicester pun menang 5-2.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Leicester City berhasil melewati laga yang sulit di Stadion Etihad dengan mengalahkan Manchester City, 5-2, pada laga yang berakhir Senin (28/9/2020) dini hari WIB. ”Si Rubah”, julukan Leicester, mengandalkan taktik serangan balik untuk membuat pertahanan City panik.
City, yang pada laga itu kehilangan dua penyerangnya, Gabriel Jesus dan Sergio Aguero, berhasil unggul lebih dulu melalui tendangan Riyad Mahrez ketika laga baru berjalan 4 menit. Namun, keunggulan itu menjadi tidak berarti ketika City tidak mampu mengatasi agresivitas serangan balik Leicester.
Manajer Leicester Brendan Rodgers meminta para pemainnya untuk menunggu kesalahan City hingga bisa merebut bola. Ketika sudah mendapat bola, para pemain langsung bergerak cepat ke pertahanan City untuk mencari peluang gol.
Serangan yang dibangun secara cepat dan agresif membuat para pemain bertahan City tidak punya banyak pilihan untuk menghentikan serangan tersebut. Dalam posisi kurang siap dalam bertahan, para pemain belakang City kerap melakukan pelanggaran yang membuahkan tendangan penalti.
Trigol Vardy
Itulah yang terjadi terhadap striker Leicester, Jamie Vardy, yang dilanggar dan mengambil tendangan penalti dengan baik untuk menyamakan kedudukan pada menit ke-37. Pada laga ini, Leicester berhak mengeksekusi tiga tendangan penalti yang sukses dilakukan. Dua penalti diambil Vardy, dan satu penalti lagi dieksekusi Youri Tielemans.
Vardy pun kembali menunjukkan ketajamannya dengan mencetak tiga gol. Satu gol Vardy lainnya dicetak pada menit ke-53 setelah mendapat umpan dari Timothy Castagne. Pemain Leicester lainnya yang juga mencetak gol adalah James Maddison. Ia membuat gol lewat tendangan dari luar kotak penalti.
Sementara City hanya bisa menambah satu gol lagi melalui pemain baru, Nathan Ake, pada menit ke-84. ”Mereka (Leicester) tidak ingin bermain. Mereka bertahan dan hanya ingin menyerang balik,” ujar Manajer Manchester City Pep Guardiola, yang kebobolan lima gol untuk pertama kalinya setelah menjalani 686 laga sebagai manajer.
Mereka (Leicester) tidak ingin bermain. Mereka bertahan dan hanya ingin menyerang balik. (Pep Guardiola)
Guardiola mengakui sangat sulit untuk mengatasi strategi yang dimainkan Leicester. Ketidakmampuan City menghasilkan peluang gol membuat mereka semakin grogi dan cemas. ”Kami tidak punya pemain yang bisa menyerang di dalam kotak penalti,” kata Guardiola.
Namun, laga tersebut masih merupakan yang kedua bagi City musim ini. Maka, Guardiola menolak untuk terlalu cemas melihat penampilan timnya. Ia merasa masih punya banyak waktu untuk melihat kesalahan di dalam tim dan memperbaikinya.
Rodgers menyukai gaya permainan menyerang dengan tingkat agresivitas tinggi. Namun, laga kontra City itu merupakan pengecualian karena upaya menyerang City secara intens membuat permainan menjadi lebih terbuka dan itu bisa menjadi tindakan ”bunuh diri”.
Saat menghadapi City, Rodgers ingin menerapkan cara lain yang lebih pragmatis untuk mendapatkan hasil yang baik. ”Untuk bisa mengalahkan City, Anda harus berlari secepat mungkin. Kami pun bisa tetap tenang untuk menyulitkan lawan,” ujar Rodgers, dikutip The Guardian.
Leicester, pada laga ini, hanya mencatat penguasaan bola 28,3 persen dan fokus untuk bertahan dengan mengerahkan lima bek. Kedisiplinan para pemain dalam menjalankan taktik juga menjadi kunci kemenangan Si Rubah pada laga tersebut.
”Kami tahu bahwa kami tidak akan bisa menguasai bola lebih banyak pada laga ini. Maka, kami mencoba untuk memancing emosi City,” kata Vardy.
Pertahanan yang begitu rapat berhasil membuat City merasa frustrasi, apalagi ketika setiap serangan balik bisa berjalan sangat efektif. (AFP/REUTERS)