Gig Economy dan Pengembangan Ekonomi Pasca-Pandemi
›
Gig Economy dan Pengembangan...
Iklan
Gig Economy dan Pengembangan Ekonomi Pasca-Pandemi
Pengembangan ekonomi digital dan gig econonomy diharapkan dapat menstimulus perekonomian dengan memberdayakan sektor informal sebagai mesin penggerak utamanya.
Oleh
YOSE RIZAL DAMURI
·4 menit baca
Wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia sejak awal tahun 2020 telah membawa bukan saja permasalahan kesehatan dan konsekuensi ekonomi, tetapi juga perubahan di berbagai aspek kehidupan. Langkah yang diambil sebagai respon dari wabah ini cenderung membatasi pergerakan manusia dan barang, yang membuat banyak aktivitas ekonomi tidak dapat dilakukan dengan baik.
Ini juga terjadi di Indonesia. Sejak mulai merebaknya wabah Covid-19 di Indonesia, pemerintah memutuskan untuk melakukan pembatasan sosial yang mengurangi aktivitas ekonomi dan sosial. Banyak pihak yang akhirnya harus kehilangan pekerjaan atau terpaksa menutup usahanya, akibat turunnya permintaan, baik untuk barang, apalagi untuk jasa.
Untungnya selama beberapa tahun belakangan teknologi digital telah banyak diaplikasikan dalam berbagai aktivitas ekonomi dan sosial. Dalam kondisi pandemi ini, digitalisasi berperan penting untuk dapat menjaga perputaran roda ekonomi dengan memungkinkan transaksi ekonomi secara minim interaksi. Alih-alih melakukan transaksi tatap muka dan pertukaran rupiah dari tangan ke tangan, digitalisasi menyediakan jalan tengah melalui sistem transaksi dan pembayaran daring serta pengiriman barang tanpa kontak.
Untungnya selama beberapa tahun belakangan teknologi digital telah banyak diaplikasikan dalam berbagai aktivitas ekonomi dan sosial.
Aplikasi teknologi digital dalam ekonomi juga memungkinkan berkembangnya gig economy sebagai salah satu alternatif pekerjaan dan sumber penghasilan. Ini tentu sangat bermanfaat sebagai salah satu alternatif dalam masa krisis.
Dengan berkembangnya gig economy yang berbasis digital, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha akan semakin terbuka, bahkan untuk berbagai pihak yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam mengakses pasar, dalam permodalan, maupun dalam memulai usaha mereka.
Kontribusi gig economy
Perkembangan dan kontribusi gig economy sebenarnya telah terlihat jauh sebelum wabah Covid-19 terjadi. Studi 2019 Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics terhadap 5,008 mitra Grab yang diseleksi melalui sampel acak tersistematis di 12 kota besar membuktikan bahwa selain menunjukkan perkembangan kontribusi ekonomi, digitalisasi ekonomi yang didukung oleh penyedia layanan Grab memberikan kesempatan yang lebih baik bagi pekerja sektor informal serta membentuk sebuah ekosistem desentralisasi ekonomi baru secara organik baik di dalam maupun di luar platform Grab.
Lebih spesifik, dengan bantuan platform Grab, mitra GrabBike, GrabCar, GrabFood, dan GrabKios bersama-sama mampu berkontribusi secara langsung sebesar Rp 77,4 triliun pada perekonomian Indonesia di tahun 2019. Nilai ini lebih tinggi 58,3 persen dari tahun sebelumnya yakni Rp 48,9 triliun.
Faktor utama peningkatan kontribusi ini ialah peningkatan penjualan di seluruh lini bisnis Grab, mitra GrabBike mengalami peningkatan penjualan paling tinggi dengan 124 persen peningkatan penjualan setelah bergabung dengan Grab dibandingkan sebelum bermitra dengan Grab, diikuti dengan mitra GrabCar dan GrabFood yang masing masing meningkat 107 persen dan 35 persen setelah bermitra dengan Grab.
Perkembangan dan kontribusi gig economy sebenarnya telah terlihat jauh sebelum wabah Covid-19 terjadi.
Berdaya lenting
Selanjutnya studi ini juga menemukan bahwa digitalisasi gig economy yang dilakukan oleh platform Grab secara tidak langsung membentuk ekosistem baru yang saling menguntungkan antar-mitra Grab.
Sebagai contoh, semakin bertumbuhnya jumlah mitra GrabFood di suatu wilayah mendorong lebih banyak sirkulasi mitra GrabBike di wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan jumlah perjalanan (trip) layanan makanan GrabFood yang secara rata-rata mencapai 37 persen dari total layanan mitra pengemudi. Ekosistem seperti inilah bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan perekonomian yang minim risiko kesehatan.
Dalam rangka melihat ketahanan gig economy di tengah pandemi, CSIS-Tenggara Strategics juga melakukan survei lanjutan pada 450 mitra GrabFood, GrabBIke, dan GrabCar di DKI Jakarta pada Juni 2020. Hasilnya bisa dikatakan bahwa seluruh mitra GrabBike (98 persen), GrabCar (98 persen), dan GrabFood (100 persen) akan tetap mengandalkan Grab sebagai sumber penghasilan bahkan setelah pandemi Covid-19 berlalu.
Artinya, para pekerja gig ini menilai bahwa digitalisasi yang ditawarkan platform Grab mampu memberikan prospek yang cukup berkelanjutan dan berdaya lenting untuk menopang sektor ini.
Usaha Pengembangan
Menarik benang merah dari temuan-temuan dari studi ini, digitalisasi sektor ekonomi berperan penting dalam meningkatkan skala bisnis sektor informal yang dapat mengakselerasi pertumbuhan pendapatan serta dapat memicu terbentuknya desentralisasi ekonomi di cakupan wilayah-wilayah yang lebih lokal.
Penggunaan teknologi digital telah banyak menolong dalam situasi pandemi saat ini. Tetapi pengembangan ekonomi digital akan semakin cepat pada masa pasca-pandemi nanti, serta dalam mendorong pemulihan ekonomi.
Ketersediaan infrastruktur dan jasa telekomunikasi yang dapat diandalkan adalah faktor utama.
Untuk mengembangkan ekonomi digital tentunya memerlukan berbagai upaya yang harus dilakukan baik oleh pemerintah, penyedia layanan digital, maupun para penggunanya. Ketersediaan infrastruktur dan jasa telekomunikasi yang dapat diandalkan adalah faktor utama.
Tetapi pembangunan ekosistem juga ditentukan oleh perumusan kerangka regulasi yang mengakomodasi kepentingan seluruh pihak yang terlibat. Regulasi harus dapat mendukung pengembangan industri digital sambal memberikan perlindungan kepada konsumen dan pengguna.
Pengembangan ekonomi digital dan gig economy, tentunya diharapkan dapat menstimulus perekonomian dengan memberdayakan sektor informal sebagai mesin penggerak utamanya. Ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu hasil dari pertumbuhan ekonomi akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak secara lebih luas.
(Yose Rizal Damuri Kepala Departemen Ekonomi, Centre for Strategic and International Studies (CSIS)