Holding Perkebunan Nusantara Kurangi Lahan Teh dan Karet demi Sawit
›
Holding Perkebunan Nusantara...
Iklan
Holding Perkebunan Nusantara Kurangi Lahan Teh dan Karet demi Sawit
Holding Perkebunan Nusantara akan mengurangi luas lahan teh dan karet yang dikelola untuk memperluas areal kelapa sawit. Dari semua komoditas yang dikelola perseroan, karet dan teh merugi dalam lima tahun terakhir.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) berencana memperluas perkebunan kelapa sawit dengan mengalihkan lahan teh dan karet. Rencana ini dinilai mengancam daya tahan industri teh nasional dari hulu ke hilir.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani, Selasa (29/9/2020), mengatakan, perusahaan berencana mengurangi luas lahan perkebunan teh dan karet yang dikelola untuk memperluas areal kelapa sawit. Dari semua komoditas yang dikelola perseroan, karet dan teh merugi dalam lima tahun terakhir.
”Pengembangan kelapa sawit penting untuk ketahanan energi nasional, salah satunya pemenuhan kebutuhan bahan bakar nabati atau biofuel,” ujarnya dalam seminar daring ”Menuju Indonesia Emas 2045: Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Energi” yang diadakan PT LPP Agro Nusantara di Jakarta.
Perusahaan berencana mengurangi luas lahan perkebunan teh dan karet yang dikelola untuk memperluas areal kelapa sawit. Dari semua komoditas yang dikelola perseroan, karet dan teh merugi dalam lima tahun terakhir.
Saat ini, Holding Perkebunan Nusantara mengelola sekitar 569.000 hektar perkebunan kelapa sawit, 30.000 hektar kebun teh, dan 133.000 hektar kebun karet. Dalam proses pengolahan, Holding Perkebunan Nusantara memiliki 75 pabrik kelapa sawit, 37 pabrik teh, dan 65 pabrik karet.
”Perusahaan juga telah menyusun peta jalan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit dari 4,5 ton per hektar menjadi 5 ton per hektar,” kata Abdul.
Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi khawatir terhadap tren yang menuju penyeragaman perkebunan ke arah kelapa sawit. Jika ada situasi yang membuat bisnis kelapa sawit menurun, Indonesia justru akan kesulitan karena diversifikasi produk berkurang.
”Diversifikasi ini penting untuk menjaga keseimbangan bisnis,” ujarnya.
Menurut Bayu, mengalihkan lahan perkebunan teh menjadi kelapa sawit berpotensi membuat areal perkebunan itu tidak memenuhi skala keekonomian perusahaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik ekosistem pertanian antara kedua komoditas tersebut.
Selain itu, volume impor teh Indonesia cenderung meningkat. Oleh karena itu, Holding Perkebunan Nusantara seyogianya fokus menggarap pasar domestik dengan meningkatkan kualitas dan daya saing produk teh dalam negeri.
”Sebagai badan usaha milik negara, Perkebunan Nusantara harusnya tak hanya fokus pada bisnis. Jangan sampai, eksistensi perkebunan karet dan teh Indonesia hilang,” katanya.
Badan Pusat Statistik mencatat, volume impor teh sepanjang Januari-Agustus 2020 sebanyak 11.371,7 ton atau meningkat dari periode sama 2019 yang sebesar 10.038,38 ton. Adapun volume ekspor teh Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2020 sebanyak 4.901 ton atau naik 40,58 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Koordinator Konfederasi Petani Teh Kecil Internasional (Confederation of The International Tea Smallholders/CITS) Rachmat Badruddin menyebutkan, saat ini lahan perkebunan teh di Indonesia berkisar 115.000 hektar dengan 47 persen di antaranya merupakan perkebunan rakyat. Per tahun, rata-rata penyusutan lahan perkebunan teh diperkirakan mencapai 3.000 hektar.
Sementara produktivitas perkebunan rakyat berkisar 1.000 kilogram (kg) teh kering per hektar per tahun, sedangkan rata-rata nasional 1.500 kg per hektar per tahun. Seharusnya Holding Perkebunan Nusantara dapat membantu meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat dengan memberikan pendampingan dan pembinaan mengenai teknik kultur, merawat dan mengelola perkebunan, serta akses pemasaran produk.
”Ekosistem industri teh Indonesia bergantung pada pengelolaan perkebunan yang ada di Holding Perkebunan Nusantara. Perkebunan Nusantara menjadi pedoman karena merupakan best practice di Indonesia,” ujarnya saat dihubungi, Selasa.