Pemanfaatan teknologi memungkinkan industri logistik bekerja lebih efisien dan berpeluang tumbuh di tengah tekanan permintaan. Masuknya investor ke banyak ”start up” membuka peluang tumbuhnya jasa pengiriman barang.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menurunkan permintaan di bidang logistik. Namun, pemanfaatan teknologi menjadikan investor tetap melihat industri jasa pengiriman barang masih berpotensi untuk bertumbuh.
”Visi kami adalah menggunakan teknologi untuk mengefisienkan logistik,” kata Co-Founder and CEO Logisly Roolin Njotosetiadi pada Logisly Online Media Session bertajuk ”Industri Logistik di Awal Pemulihan Ekonomi Nasional”, Rabu (30/9/2020).
Logisly adalah perusahaan teknologi rintisan bidang logistik Indonesia. Perusahaan tersebut menjembatani shipper atau pihak pengguna dengan
transporter atau penyedia jasa truk.
Fitur dan teknologi memungkinkan pemilik barang mendapatkan armada truk berkualitas yang dapat dilacak secara waktu terkini. Selain itu, ada dukungan penggunaan dokumen digital di sisi surat jalan dan daftar barang kiriman yang harus dibayar.
Hingga kini 1.000 lebih perusahaan di berbagai industri diklaim terlayani dan 40.000 unit lebih truk sudah teregistrasi di jaringan Logisly. ”Platform kami dapat memberikan variasi jenis truk dari yang kecil sampai besar, termasuk truk berpendingin. Kami pun pernah menjalankan kargo-kargo,” kata Roolin.
Penerapan protokol kesehatan pun dijalankan dalam operasional di tengah pandemi Covid-19.
Direktur PT Eka Sari Lorena Group Eka Sari Lorena Soerbakti menuturkan, pandemi Covid-19 berdampak luas, termasuk bagi pelaku dan pengguna jasa logistik. Fokus banyak pihak saat ini adalah bertahan dan menjaga protokol kesehatan agar tidak menambah buruk keadaan.
Pelaku industri pun harus beradaptasi dengan keadaan agar mampu bertahan. ”Kita mesti fokus kepada apa yang kita punya, kejadian apa yang ada sekarang, dan apa yang kita bisa buat. Ketiga hal ini harus dikedepankan agar dapat bertransformasi dan bertahan,” ujar Eka Sari.
Industri logistik menggerakkan banyak kegiatan ekonomi. Kolaborasi para pemain logistik dibutuhkan agar mampu melalui tantangan saat ini dan memberi layanan terbaik.
”Sekaranglah waktunya untuk melahirkan suatu kegiatan yang berbeda dibandingkan sebelumnya; dengan apa yang kita miliki, apa yang kita tahu, pada apa yang dibutuhkan oleh masyarakat,” kata Eka Sari.
Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Andreas Surya menyatakan, industri logistik memiliki peluang baik. ”Kami percaya banyak persoalan yang selama ini ada di industri bisa mulai dipecahkan dengan teknologi. Harapannya hal ini bisa meningkatkan efisiensi dan daya saing industri logistik,” kata Andreas.
Pandemi Covid-19 memang menyeramkan dan mengubah banyak hal. Namun, pada saat ini, investor di modal ventura juga memandang banyak penemuan baru atau model bisnis baru yang dapat berkelanjutan. ”Maka, investor masih cukup positif. Walaupun kami jauh lebih berhati-hati, data menunjukkan investasi bertumbuh,” kata Andreas.
Amvesindo mencatat sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020, ada 80 start up yang mengumumkan atau diberitakan bahwa mereka mendapatkan pendanaan. ”Di luar Tokopedia, Gojek, dan Traveloka, estimasi kami 80 start up tersebut berhasil mengumpulkan pendanaan sekitar 750 juta-900 juta dollar AS,” kata Andreas.
Investor modal ventura melihat pandemi Covid-19 mengubah perilaku orang dalam berbelanja, membayar, meminjam uang, dan lainnya. Investor memandang perubahan-perubahan tersebut sebagai peluang. ”Kalau dilihat, empat sektor paling besar adalah food tech, fintech, logistic tech, dan ritel. Pangan, logistik, dan ritel itu sangat terkait,” kata Andreas.