Merkel Desak Penghentian Pertempuran, DK PBB Gelar Pertemuan Darurat
›
Merkel Desak Penghentian...
Iklan
Merkel Desak Penghentian Pertempuran, DK PBB Gelar Pertemuan Darurat
Dunia internasional mendesak militer Armenia dan Azerbaijan menghentikan pertempuran yang telah memakan korban hampir 100 jiwa.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Sejumlah pihak mendesak agar konflik di Nagorno-Karabakh segera diakhiri. Langkah penting yang mereka sarankan adalah semua pihak yang bertikai kembali ke meja dialog.
BERLIN, SELASA — Kanselir Jerman Angela Merkel mendesak diakhirinya pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh dan para pihak segera kembali ke meja perundingan. Pada saat yang sama, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menggelar pertemuan darurat membahas konflik itu.
Juru Bicara Merkel, Steffen Seibert, Senin (28/9/2020), mengatakan, desakan itu disampaikan Merkel ketika berbicara dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev juga Perdana Menteri Armenia Nikol Pashiyan secara terpisah melalui sambungan telepon.
”Kanselir menyerukan gencatan senjata segera dan kembali ke meja perundingan,” kata Seibert.
Mengutip pembicaraan Merkel dengan Presiden Aliyev dan PM Pashiyan, Seibert mengatakan, kelompok mediator yang dikenal dengan sebutan OSCE Minsk Group, yang terdiri dari Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat, menawarkan forum yang tepat untuk berdialog. Namun, Seibert tidak menjelaskan secara rinci tentang forum ataupun tawaran perundingan lain yang coba digagas oleh Minsk Group dan Pemerintah Jerman.
Dalam pernyataannya, OSCE Minsk Grup prihatin atas aksi militer skala besar yang terjadi di Nagorno-Karabakh dan jatuhnya korban. Ketiga negara anggota Minsk Group mendesak kedua pihak untuk segera menghentikan permusuhan dan melanjutkan negosiasi menemukan penyelesaian konflik yang berkelanjutan.
Mereka juga menyerukan para pihak bertekad mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menstabilkan situasi di lapangan dan menegaskan kembali bahwa tidak ada alternatif lain menyelesaikan konflik selain perundingan secara damai.
Terkait dengan konflik itu, dikutip dari kantor berita TASS, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat membahas pertempuran di Nagorno-Karabakh.
Menurut sumber TASS di kalangan diplomat DK PBB, pertemuan bersifat konsultatif. Namun, kedua pihak bertikai belum dilibatkan dalam forum konsultasi itu.
Juru Bicara Kremlin Dmitri S Peskov, Senin, mengatakan, Rusia berusaha untuk menyelesaikan krisis itu dan Pemerintah Rusia tidak sedang membicarakan opsi militer saat ini.
Terlambat
Olesya Vartanyan, analis senior pada lembaga International Crisis Group, dikutip dari The New York Times, mengatakan, negara-negara dinilainya terlambat untuk mengantisipasi eskalasi konflik kedua negara.
Gejala meningkatnya konflik sebenarnya isa dilihat sejak awal 2020 meskipun hanya letupan-letupan kecil dan sedikit membesar pada Juli lalu.
”Semua sinyal sudah ada. Semuanya memberi tahu bahwa eskalasi akan datang. Tapi, ada keheningan diplomatik,” kata Vartanyan.
Selain itu, sinyal-sinyal meletupnya konflik tidak bisa diantisipasi dengan cepat karena adanya pembatasan perjalanan karena pandemi Covid-19.
Saling klaim
Ketika banyak pihak mendesak penghentian konflik, Armenia dan Azerbaijan justru kembali saling serang. Keduanya mengklaim bahwa serangannya telah menimbulkan kerugian besar dan meruntuhkan moral lawannya.
Kementerian Pertahanan Armenia di Yerevan mengklaim menghancurkan sedikitnya 50 pesawat nirawak, 4 helikopter, dan 80 tank lawan. Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengklaim serangan militer mereka telah memukul mundur militer Armenia dan kelompok separatis. (AFP/REUTERS)