Lonjakan kasus Covid-19 yang terkendali menjadi dasar Thailand dan Korea Selatan dalam melonggarkan pembatasan sosial di wilayah masing-masing.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BANGKOK, SELASA — Thailand mulai membuka pintu dan menerima kunjungan wisatawan asing pertamanya ketika penerbangan dari China tiba di Phuket, pekan depan. Ini menandai awal geliat sektor pariwisata yang terdampak sangat hebat oleh pandemi Covid-19.
Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand Yuthasak Supasorn mengatakan, penerbangan langsung dari Guangzhou, China, itu nanti akan membawa sekitar 120 wisatawan.
”Wisatawan akan masuk dengan visa yang panjang mulai 8 Oktober dan akan tinggal di alternatif fasilitas karantina negara selama 14 hari,” ujar Yuthasak.
Sebelum terbang, setiap penumpang harus dinyatakan negatif Covid-19, 72 jam sebelum terbang, memiliki asuransi kesehatan, dan mereka akan dites dua kali selama masa karantina.
Kebijakan membuka pintu untuk wisatawan asing ini diambil Thailand ketika laju infeksi Covid-19 di sana terkendali. Thailand menjadi negara pertama di luar China yang mendeteksi adanya kasus Covid-19. Di Asia Tenggara, Thailand menjadi contoh negara yang menerapkan pembatasan sosial yang ketat dan berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19.
Juru Bicara Pemerintah Thailand Traisulee Traisoranakul mengatakan, sistem perlindungan Thailand bisa mencegah gelombang kedua infeksi. ”Kami telah mencegah penularan lokal dalam 100 hari terakhir,” ujarnya. Keberhasilan inilah yang menarik wisatawan untuk datang.
Hingga saat ini, Thailand berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 dengan total kasus positif 3.559 kasus dan 59 kasus meninggal dunia. Akan tetapi, perekonomian ”Negeri Gajah Putih” yang mengandalkan pariwisata itu terdampak hebat. Sejak April Thailand, tertutup bagi wisatawan. Diperkirakan tahun ini ekonomi Thailand terkontraksi 8,5 persen.
Traisoranakul berharap di bulan pertama, 1.200 wisatawan akan mengunjungi Thailand dan menghasilkan pendapatan lebih kurang 1 miliar baht (sekitar 31,5 juta dollar AS). Dalam setahun, kunjungan wisatawan asing diharapkan mencapai 14.400 orang yang akan menghasilkan pendapatan 12,4 miliar baht.
Wisatawan asing yang diizinkan masuk adalah wisatawan dari negara dengan risiko penyebaran Covid-19 yang rendah yang ditentukan oleh pemerintah.
”Kami tidak membuka negara, kami membatasi jumlah wisatawan yang masuk dan mereka akan dipakaikan gelang juga aplikasi untuk mengawasi mereka,” kata Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.
Sementara itu, meski lonjakan kasus Covid-19 di Korea Selatan sudah terkendali, otoritas setempat mengimbau warganya untuk tetap menjaga jarak sosial saat merayakan libur nasional hari raya Chuseok yang dimulai Rabu ini.
Pejabat Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDA) Kwon Jun-wook mengatakan, tren kasus yang menurun merupakan hasil dari pembatasan sosial dalam beberapa minggu terakhir dan negara ini tidak boleh mengulang kesalahan dari dua libur nasional sebelumnya yang membawa lonjakan kasus.
Pada Senin, KCDA melaporkan 38 kasus baru. Ini merupakan hari kelima kasus baru berada dua digit sehingga total kasus Covid-19 menjadi 23.699 dengan 407 kasus meninggal.
Dengan situasi pandemi yang terkendali itu, otoritas kesehatan tetap mengimbau warga untuk merayakan Chuseok di rumah dan menghindari kerumunan.
”Kita ada dalam situasi bencana penyakit menular yang bisa muncul seabad sekali. Meski sedikit tidak nyaman dan Chuseok tidak seperti biasanya, kami mendorong agar warga menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin,” kata Kwon.
Wakil Menteri Kesehatan Korea Selatan Kang Do-tae juga mengingatkan potensi lonjakan kasus positif pada libur Chuseok. ”Aturan jaga jarak dan memakai masker adalah cara paling aman untuk melindungimu, keluargamu, dan masyarakat,” katanya.
Pemerintah Korea Selatan sempat melonggarkan pembatasan sosial ketika tren kasua baru menurun. Namun, menjelang libur Chuseok, pembatasan sosial kembali diberlakukan dengan ketat untuk mencegah lonjakan kasus.
Kang juga memperingatkan ancaman hukuman terhadap siapa pun yang ikut unjuk rasa politis. Otoritas telah melarang 137 orang berdemonstrasi. (REUTERS)