Pertempuran masih terus terjadi di wilayah yang disengketakan di Nagorno-Karabakh. Armenia bahkan menuduh Turki turut campur dalam pertempuran. Turki membantah tuduhan itu.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
YEREVAN, SELASA — Pemerintah Armenia menuduh pesawat tempur Turki menembak jatuh salah satu pesawat tempur milik Armenia saat tengah bertempur dengan Azerbaijan, sekutu Turki. Namun, Turki membantah tuduhan itu dengan marah. Jika sampai militer Turki berhadapan langsung dengan Armenia, pertikaian sengit tak akan terhindarkan dan memperparah pertikaian sengit Armenia dan Azerbaijan selama tiga hari terkait isu wilayah Nagorno-Karabakh.
Armenia meyakini Turki mendukung Azerbaijan dalam konflik ini. Kementerian Pertahanan Armenia, Selasa (29/9/2020), menjelaskan, pesawat tempur F-16 Turki yang mendukung Azerbaijan menembak jatuh pesawat tempur SU-25 Armenia. ”Pesawat Turki membantu Azerbaijan mengebom permukiman warga sipil di Armenia dan menembak pesawat Armenia,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia, Shushan Stepanyan.
Asisten Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk urusan media, Fahrettin Altun, menegaskan bahwa tuduhan itu tidak benar. ”Armenia harus mundur dari wilayah yang mereka jajah dan tidak melemparkan propaganda tipu muslihat murahan seperti itu,” ujarnya.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev juga menegaskan tidak ada bukti sama sekali keterlibatan Turki dalam konflik ini. Turki hanya memberikan dukungan moral.
Sengketa wilayah
Armenia dan Azerbaijan sudah puluhan tahun ribut sengketa wilayah Karabakh. Dua-duanya saling tuduh memicu pertikaian sengit yang terjadi sejak Minggu lalu dan menewaskan sekitar 100 orang. Amerika Serikat dan Rusia sudah meminta keduanya untuk gencatan senjata dan kembali berunding untuk menentukan nasib Karabakh. Perundingan terkait Karabakh ini mandek selama bertahun-tahun.
Namun, Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan tidak mau menghentikan pertikaian karena sama-sama yakin mereka sudah melumpuhkan kekuatan lawan. Dari sisi militer Armenia mengaku mereka berhasil mengalahkan Azerbaijan dengan melumpuhkan 72 pesawat tanpa awak, 7 helikopter, 137 tank, dan pesawat, serta 82 kendaraan militer lainnya.
Sebaliknya, Azerbaijan mengaku sudah menyerang Armenia habis-habisan dan menghancurkan unit artileri dan resimen infanteri bermotor.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghubungi Pashinyan dan memintanya untuk gencatan senjata agar krisis ini tidak semakin parah. Ada kekhawatiran pertikaian antara Azerbaijan yang mayoritas Muslim dan Armenia yang mayoritas Nasrani ini akan memperlebar konflik hingga melibatkan Turki dan Rusia.
Terkait konflik itu, Dewan Keamanan (DK) PBB meminta kedua pihak segera menghentikan pertikaian. Namun keduanya sama-sama tidak mau gencatan senjata apalagi jika menyangkut Karabakh, daerah etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan pada tahun 1990-an. Keduanya sama-sama mengklaim sudah melumpuhkan lawan.
Armenia merupakan bagian dari aliansi militer negara-negara bekas Uni Soviet yang dipimpin Rusia. Rusia juga mendorong Turki mengupayakan penyelesaian damai melalui cara-cara politik dan diplomatik. Namun, Altun kembali menegaskan Turki sudah memegang komitmen akan membantu Azerbaijan menguasai kembali tanah-tanah terjajah mereka.
Azerbaijan sampai saat ini belum melaporkan kerugian di sisi mereka, tetapi Armenia sudah menyebarkan foto-foto di daerah peperangan yang menunjukkan para tentara Azerbaijan yang menjadi korban. ”Saya bangga bisa berbakti pada negara. Sudah 25 tahun kita berusaha mengambil alih kembali Karabakh. Semoga ini perang yang terakhir,” kata Shaddin Rustamov (25), tentara yang sedang berlatih di Baku.
Negosiasi
Akibat pertikaian ini, 3 warga sipil di sisi Armenia tewas dan di sisi Azerbaijan ada 11 warga sipil tewas. Total jumlah korban yang tewas sekitar 97 orang, termasuk 80 anggota kelompok separatis dan 17 warga sipil.
DK PBB dalam pernyataan tertulisnya mendorong kedua pihak segera menghentikan peperangan, mengurangi ketegangan, dan kembali duduk bersama untuk berunding. DK PBB mengecam penggunaan kekuatan dan menyesalkan banyaknya korban yang tewas terutama warga sipil. DK PBB juga mendukung sepenuhnya peran Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Kelompok Minsk Eropa yang terdiri dari AS, Rusia, dan Perancis yang selama ini memediasi upaya perdamaian, upaya yang mandek sejak 2010.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mendorong kedua pihak segera kembali berunding. Pernyataan merdeka Karabakh dari Azerbaijan memicu peperangan pada awal 1990-an yang menewaskan 30.000 orang. Sampai sekarang status merdeka Karabakh itu tidak diakui negara mana pun, termasuk Armenia. Karena situasi keamanan yang semakin kisruh, Armenia dan Karabakh menyatakan status darurat militer dan memobilisasi militer, Minggu. Azerbaijan pun memberlakukan kekuasaan militer dan jam malam di kota-kota besar. (AFP/AP)