Deflasi Sepanjang Triwulan-III 2020, Daya Beli Belum Terangkat
›
Deflasi Sepanjang Triwulan-III...
Iklan
Deflasi Sepanjang Triwulan-III 2020, Daya Beli Belum Terangkat
Deflasi selama tiga bulan berturut-turut menandakan daya beli masyarakat sepanjang triwulan-III 2020 masih sangat lemah. Kondisi ini patut diwaspadai.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang Juli-September 2020, indeks harga konsumsi Indonesia menurun atau deflasi. Penurunan selama tiga bulan berturut-turut ini menandakan daya beli masyarakat masih lemah.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada September 2020, Indonesia mengalami deflasi 0,05 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara deflasi bulanan pada Juli dan Agustus secara berturut-turut sebesar 0,1 persen dan 0,05 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, deflasi selama tiga bulan berturut-turut tersebut menandakan daya beli masyarakat sepanjang triwulan-III 2020 masih sangat lemah. Hal ini sejalan dengan tren menurunnya inflasi inti secara tahunan sejak Maret hingga September 2020.
”Kondisi ini patut kita waspadai,” ujarnya saat telekonferensi pers di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Deflasi sepanjang tiga bulan berturut-turut terakhir kali terjadi pada 1999. Pada saat itu, Indonesia mengalami deflasi sejak Maret hingga September.
Deflasi selama tiga bulan berturut-turut tersebut menandakan daya beli masyarakat sepanjang triwulan-III 2020 masih sangat lemah. Kondisi ini patut kita waspadai.
Pada September 2020, ada dua kelompok pengeluaran yang dominan berkontribusi terhadap deflasi, yakni makanan, minuman, dan tembakau, serta tembakau. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi 0,37 persen, sedangkan transportasi 0,33 persen.
Andil kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada deflasi September 2020 sebesar 0,09 persen. Pada kelompok ini, komoditas yang menyumbang deflasi ialah daging ayam ras, telur ayam, dan bawang merah.
Kelompok transportasi memiliki andil 0,04 persen. Sementara komoditas yang paling dominan menyumbang deflasi adalah tarif angkutan udara.
Berdasarkan komponen indeks harga konsumsi, inflasi inti pada September 2020 sebesar 1,86 persen dibandingkan September 2019. ”Inflasi inti ini terendah sejak BPS dan Bank Indonesia pertama kali mendata inflasi inti pada 2004,” kata Suhariyanto.
Secara keseluruhan, sepanjang Januari-September 2020, inflasi Indonesia tercatat 0,89 persen. Dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya, inflasi September 2020 sebesar 1,42 persen.
Merambat naik
Suhariyanto menyatakan, di tengah deflasi, ada sejumlah komoditas yang indeks harganya tengah merambat naik. Salah satunya adalah dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Pada kelompok ini, komoditas yang menyumbang inflasi adalah bawang putih dan minyak goreng.
Berkaitan dengan pergerakan pangan tersebut, Head of Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta menilai, harga bawang putih tergolong fluktuatif. Antisipasi terhadap adanya fluktuasi harga pangan di akhir tahun perlu terus diupayakan.
”Resesi akan memengaruhi daya beli. Untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya terhadap komoditas pangan, ketersediaan pasokan di pasar harus dipastikan supaya harganya tetap stabil,” kata Felippa.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga bawang putih berada di rentang Rp 26.250-Rp 26.800 per kilogram (kg) sejak awal hingga akhir September.