Dua anak balita tewas tertimpa reruntuhan rumah di Kota Jayapura, Papua. Kondisi ini dipicu hujan deras disertai angin kencang selama satu jam.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Dua anak balita tewas akibat tertimpa reruntuhan rumah pada Rabu (30/9/2020) malam di daerah Tanah Hitam, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua. Cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang melanda Kota Jayapura sekitar satu jam saat peristiwa itu terjadi.
Data yang dihimpun pada Kamis (1/10/2020), identitas kedua korban adalah Doso Andarek (3) dan Akila Andarek (2). Peristiwa ini terjadi pada pukul 21.30 WIT. Keduanya tertimpa reruntuhan atap dan dinding rumah mereka.
Kepala Polresta Jayapura Ajun Komisaris Besar Gustav Urbinas, Kamis sore, mengatakan, rumah yang ditempati keluarga kedua bocah itu adalah rumah semipermanen.
Rumah itu roboh saat tertimpa tembok yang berada di belakang rumah tersebut. Tembok tersebut roboh karena diterjang air yang meluap dari saluran drainase akibat hujan ekstrem.
”Hujan yang deras selama beberapa jam menyebabkan saluran air meluap. Luapan air tersebut menerjang tembok yang jaraknya dekat dengan rumah korban,” kata Gustav.
Gustav mengatakan, warga setempat telah berupaya mengevakuasi kedua korban secepatnya saat peristiwa itu terjadi. Namun, upaya evakuasi terhambat karena masih adanya arus listrik di lokasi kejadian.
”Kedua korban mengembuskan napas terakhir di lokasi kejadian. Setelah berhasil dievakuasi, warga langsung membawa jenazah keduanya ke Rumah Sakit Abepura,” katanya.
Ia pun mengimbau warga agar selalu waspada ketika cuaca ekstrem, seperti hujan deras dan angin kencang, melanda Kota Jayapura.
Pelaksana tugas Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Tato Agustinus mengatakan, hujan dengan intensitas sangat lebat disertai angin kencang melanda Kota Jayapura pada Selasa pukul 21.30 WIT.
”Fenomena ini dipicu gangguan pola angin di mana terbentuk sirkulasi tertutup di sekitar Teluk Cenderawasih. Kondisi ini didukung suhu permukaan laut di perairan utara Papua yang cukup hangat,” kata Tato.
Ia pun mengimbau warga di Papua agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem. Oktober adalah fase transisi ke musim hujan yang diperkirakan berlangsung pada November hingga Desember mendatang.
”Pada periode musim transisi, terjadi peluang hujan lebat berdurasi singkat disertai angin kencang dan badai cukup besar. Warga harus waspada bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor,” katanya.