Lari virtual dinilai sebagai alternatif terbaik pengganti lari jalan raya saat ini. Para pelari melihat lari virtual sebagai ajang pemacu semangat kala pandemi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati sensasinya berbeda, ajang lari virtual dianggap sebagai alternatif terbaik pengganti ajang lari jalan raya saat ini. Lari virtual memacu semangat para pelari untuk menjaga performa dan kesehatan tubuh.
Lari virtual dapat dilakukan setiap individu kapan pun di lingkungannya masing-masing. Pelari bebas menentukan rute sendiri. Mereka menggunakan aplikasi daring untuk mencatat jarak tempuh, waktu tempuh, elevasi, dan rute.
Arief (23), warga Wonosobo, Jawa Tengah, mengatakan masih rutin berlatih lari pada tiga bulan pertama Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi. Memasuki Mei 2020, dia mulai kehilangan motivasi untuk latihan karena ada banyak ajang maraton ditunda atau dibatalkan. Tiadanya ajang itu adalah demotivasi untuk mencapai catatan waktu terbaik (personal base/PB).
”Intensitas latihan berkurang sejak Mei karena tidak ada event lari. Padahal, event adalah penyemangat saya untuk lari. Akibatnya, stamina saya menurun dan berat badan sempat naik,” kata Arief saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Kini ia mengubah cara pandangnya dalam berlari. Jika sebelumnya ia berlari untuk mencapai PB, sekarang ia berlari demi kesehatan dan kebugaran. Arief menggunakan ajang lari virtual untuk mencapai tujuannya. Hal itu memberinya semangat baru.
Ia berencana mengikuti ajang maraton penuh pekan depan. Sejumlah persiapan sudah dilakukan, seperti menjaga asupan nutrisi dan berlatih lari. Ia mengaku masih ingin berpartisipasi di sejumlah ajang lari virtual ke depan.
”Lari virtual bisa jadi menyenangkan jika kita menganggapnya demikian. Saya memang merasa kehilangan karena tidak ada event lari akibat pandemi, tapi lari virtual bisa mengobati kerinduan saya,” kata Arief.
Pekerja swasta di Balikpapan, Bimo (24), sependapat. Ia mengaku sudah tiga kali ikut ajang lari virtual. Walau keseruannya tidak sebanding dengan ajang lari jalan raya, semangatnya tidak surut.
”Lari virtual saya manfaatkan untuk menjaga kesehatan, menyenangkan diri melalui medali, dan untuk berkomunikasi dengan teman di komunitas lari,” ucap Bimo.
Wirausaha di Yogyakarta Venty (40) juga memandang lari virtual sebagai sarana memompa semangat sambil menjaga kesehatan. Ajang lari virtual memacu dia berlatih lari lebih giat.
”Selama pandemi saya lari 3-4 kali dalam seminggu. Jaraknya 5-8 kilometer per latihan. Adanya ajang lari virtual memotivasi saya buat menambah beban latihan menjadi 10 kilometer,” ucap Venty.
Di sisi lain, masih tingginya animo masyarakat mengikuti ajang lari menarik salah satu produsen ponsel pintar Oppo Indonesia. Oppo akan mengadakan OPPO Reno4 Virtual Run dengan jarak tempuh 50 kilometer. Jarak itu boleh ditempuh dalam beberapa sesi lari selama 12-31 Oktober 2020. Publik berusia 17-45 tahun dapat mendaftarkan diri mulai hari ini hingga 11 Oktober 2020. Hingga kini, ada 840 orang yang terdaftar.
Para pelari disarankan menggunakan aplikasi Strava untuk mencatat waktu tempuh dan jarak tempuh yang dicapai. Catatan itu dapat diunggah ke laman Oppo pada pukul 08.00-18.00.
”Kami mau mengajak masyarakat hidup sehat selama pandemi, salah satunya dengan olahraga. Ini juga bentuk dukungan kami terhadap Hari Olahraga Nasional pada September lalu,” kata Public Relation Manager Oppo Indonesia Aryo Meidianto.
Sebelumnya, International Tech Official Level 3 Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Sardjito Malo mengatakan, lari virtual lebih realistis digelar saat ini. Lari virtual tidak mengumpulkan orang dalam jumlah banyak seperti lari jalan raya. Potensi penularan Covid-19 pun bisa dicegah.
”Pada prinsipnya, olahraga untuk meningkatkan kesehatan. Jangan sampai karena olahraga ini malah banyak yang sakit. Meskipun virtual, lari tetap harus memenuhi ketentuan lomba jalan raya,” kata Sardjito (Kompas, 29/8/2020).