Hari Kesaktian Pancasila 2020 diperingati di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Kamis (1/10/2020), saat pandemi Covid-19. Presiden menyatakan, Pancasila tak sekadar ideologi bangsa, tetapi juga pedoman.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo memimpin upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2020 di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Kamis (1/10/2020). Pancasila bukan sekadar ideologi bangsa, melainkan juga pedoman bagi bangsa untuk menghadapi berbagai tantangan.
Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila dimulai tepat pukul 08.00 dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Acara dihadiri oleh petugas dan peserta upacara dengan jumlah terbatas. Selain Wakil Presiden Ma’ruf Amin, hanya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang hadir secara langsung sebagai petugas pembaca doa.
Pimpinan lembaga tinggi negara juga hadir karena mereka menjadi petugas upacara. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo, misalnya, bertugas membacakan teks Pancasila. Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dibacakan oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah La Nyalla Mattalitti. Sementara pembacaan dan penandatanganan ikrar Pancasila dilakukan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani.
Peserta lain, seperti pimpinan dan anggota lembaga negara, para menteri Kabinet Indonesia Maju, para gubernur, bupati, dan wali kota mengikuti upacara secara virtual. Begitu pula para keluarga pahlawan revolusi dan peserta lainnya mengikuti upacara secara virtual.
Meski digelar di tengah pandemi, upacara tetap berlangsung hikmat. Rangkaian upacara diakhiri dengan doa oleh Menko PMK Muhadjir Effendy. Setelah upacara selesai, Presiden Jokowi didampingi Wapres Amin berkeliling meninjau Monumen Pancasila Sakti.
Melalui akun resmi di sejumlah platform media sosial, Presiden Jokowi menyampaikan arti penting Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada sambutan atau pidato dari inspektur upacara Hari Kesaktian Pancasila. Namun, melalui akun resmi di sejumlah platform media sosial, Presiden Jokowi menyampaikan arti penting Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia.
Presiden Jokowi mengawali pernyataan tertulis dengan menyampaikan bahwa bangsa Indonesia pernah menghadapi berbagai bentuk tantangan. Sejak zaman kemerdekaan, masa pembangunan, hingga era globalisasi, tantangan datang silih berganti.
Seperti saat ini segenap bangsa Indonesia dihadapkan pada pandemi Covid-19. Namun, jika melihat sejarah perjalanan bangsa, tantangan dan rintangan selalu berhasil dilalui.
Presiden mengatakan, persatuan dan persaudaraan yang kuatlah yang membuat bangsa Indonesia selalu berhasil melewati berbagai tantangan zaman. Tentu saja, persatuan dan persaudaraan itu terjalin berkat panduan ideologi Pancasila.
”Semua tantangan itu kita lewati berkat kekuatan persatuan dan persaudaraan bangsa yang dipandu ideologi Pancasila,” ujar Presiden melalui akun Twitter, Instagram, dan Facebook resmi miliknya, pagi hari.
Ikrar Puan
Sementara dalam ikrar yang dibacakan Puan disebutkan bahwa sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 telah banyak terjadi rongrongan terhadap Negara Kesatuan RI, baik dari dalam maupun luar negeri. Rongrongan itu kemungkinan terjadi karena kelengahan dan kekurangwaspadaan bangsa terhadap kegiatan yang dilakukan sebagai upaya menumbangkan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Oleh karena itu, segenap bangsa Indonesia membulatkan tekad untuk tetap mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber kekuatan menggalang kebersamaan untuk memperjuangkan, menegakkan kebenaran, dan keadilan demi keutuhan NKRI.
Aktualisasi Pancasila
Dalam keterangan tertulisnya, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo mengingatkan, Hari Kesaktian Pancasila semestinya menjadi momentum untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik. Dengan begitu, cita-cita dan tujuan kemerdekaan menjadi negara sejahtera bisa tercapai.
”Peringatan kesaktian Pancasila sebagai momentum bangsa ini mengaktualisasikan Pancasila dalam kebijakan publik agar tujuan kita merdeka mencapai kesejahteraan,” tuturnya.
Perbedaan pandangan berbagai elemen bangsa semestinya tidak perlu diperdebatkan, termasuk terkait ideologi komunisme dan leninisme. Pasalnya, larangan komunisme dan leninisme sudah jelas diatur dalam TAP MPRS yang sampai ini masih berlaku.
Alumnus Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana, Malang, itu juga menegaskan pentingnya ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan menjadi orientasi utama para pengambil kebijakan.
Tak hanya itu, Romo Benny juga mendorong elite politik bersikap dewasa dalam menyikapi isu-isu radikalisme, terorisme, dan komunisme yang masih berkembang. Sebab, saat ini bangsa Indonesia harus fokus bergotong royong, bersatu menghadapi pandemi Covid-19.
Perbedaan pandangan berbagai elemen bangsa semestinya tidak perlu diperdebatkan, termasuk terkait ideologi komunisme dan leninisme. Pasalnya, larangan komunisme dan leninisme sudah jelas diatur dalam TAP MPRS yang sampai ini masih berlaku.
Hal yang dibutuhkan saat ini dan di masa mendatang adalah rekonsiliasi seluruh anak bangsa. Semua harus berani keluar dari masa lalu untuk bisa fokus memperkuat ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan menjaga NKRI demi kemajuan bangsa.