Pesan ORI018 Mulai Hari Ini, Tingkat Kupon 5,7 Persen
›
Pesan ORI018 Mulai Hari Ini,...
Iklan
Pesan ORI018 Mulai Hari Ini, Tingkat Kupon 5,7 Persen
Masa penawaran obligasi ritel negara seri ORI018 dibuka mulai hari ini hingga 21 Oktober 2020. ORI018 memiliki jenis kupon tetap (fixed rate) dengan tingkat kupon 5,7 persen setiap tahun.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menawarkan obligasi ritel negara seri terakhir pada tahun ini. Obligasi ritel negara seri ORI108 memiliki jenis kupon tetap (fixed rate) dengan tingkat kupon 5,7 persen setiap tahun.
Masa penawaran obligasi ritel negara (ORI) seri ORI018 dibuka mulai Kamis (1/10/2020) pukul 09.00 WIB. Selama masa penawaran hingga 21 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB, masyarakat dapat memesan minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar.
ORI018 memiliki jenis kupon tetap (fixed rate) sebesar 5,7 persen yang berarti investor akan menerima imbal hasil minimal 5,7 persen setiap tahun. Pembayaran imbal hasil dilakukan setiap bulan pada tanggal 15. Imbal hasil akan ditransfer langsung ke rekening investor.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, dalam situasi pandemi Covid-19, investor cenderung memilih instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tinggi dengan risiko serendah mungkin. Oleh karena itu, ORI dinilai sebagai instrumen investasi paling cocok.
”Animo masyarakat membeli surat berharga negara (SBN) ritel bersifat tradable sangat besar yang tecermin dalam pembelian dua seri terakhir,” kata Luky dalam telekonferensi pers, Kamis (1/10/2020).
Dalam dua seri sebelumnya, realisasi penawaran SBN ritel seri ORI17 sebesar Rp 18,3 triliun dari sekitar 42.000 investor dan seri SR013 sebesar Rp 25,6 triliun dari 44.000 investor. Lebih dari 50 persen investor yang membeli SBN ritel adalah investor baru dari kelompok milenial berusia 19-39 tahun.
Tingkat kupon ORI018 yang sebesar 5,7 persen lebih rendah dibandingkan SBN ritel seri SR013 yang sebesar 6,05 persen yang ditawarkan September lalu, serta ORI017 sebesar 6,4 persen yang ditawarkan Juni lalu.
Luky mengatakan, tingkat kupon ORI018 lebih rendah karena mempertimbangkan tren penurunan suku bunga acuan dan suku bunga deposito, serta proyeksi inflasi yang rendah. Tahun ini, inflasi diproyeksikan sekitar 2,5 persen, sementara tren suku bunga deposito cenderung menurun. Bunga deposito saat ini rata-rata di bawah 5 persen.
”Kendati tingkat kupon turun, instrumen investasi ORI018 tetap menarik karena masih lebih menguntungkan,” kata Luky.
Daya tarik
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan menambahkan, pemerintah berupaya mengakomodasi keinginan investor yang butuh risiko investasi rendah. Karena itu, khusus tahun ini ORI diterbitkan dua kali.
”Target awal ORI hanya diterbitkan satu kali pada 2020, tetapi kami ubah melihat kondisi terkini,” kata Deni.
Risiko gagal bayar yang rendah atau bahkan nyaris nol menjadi salah satu keunggulan ORI018 dibandingkan dengan instrumen investasi lain. Investasi ORI018 dijamin langsung oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
Selain jauh dari risiko gagal bayar, kata Deni, ORI017 dapat dijual atau dicairkan sebelum jatuh tempo. ORI018 dapat diperdagangkan di pasar sekunder sehingga dana investasi dapat dicairkan sebelum jatuh tempo. Adapun jatuh tempo ORI018 pada 15 Oktober 2023.
Pemesanan ORI018 dapat dilakukan secara daring. ORI018 dapat dipesan secara daring melalui aplikasi 26 mitra distribusi yang terdiri dari bank umum, perusahaan efek, perusahaan efek khusus (APERD Financial Technology), dan perusahaan teknologi finansial (peer-to-peer lending).
Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Budi Hikmat menambahkan, masyarakat harus mulai mengubah paradigma berinvestasi, terutama dalam kondisi pandemi Covid-19. Alokasi investasi disisihkan sejak awal, bukan sisa dari pengeluaran.
Alokasi investasi tidak perlu dalam jumlah besar. Masyarakat dapat menyisihkan 2,5-5 persen dari pendapatan untuk berinvestasi. Instrumen investasi SBN ritel menjadi pilihan terbaik saat ini karena imbal hasil lebih tinggi dari suku bunga deposito dan tingkat inflasi. Risiko gagal bayar juga sangat rendah.
”Paradigma berinvestasi harus diubah. Sebelum konsumsi, alokasikan dulu untuk investasi apalagi kondisi ke depan penuh ketidakpastian,” kata Budi.