Protes Meluas di India Terkait Kekerasan terhadap Perempuan Kasta Rendah
›
Protes Meluas di India Terkait...
Iklan
Protes Meluas di India Terkait Kekerasan terhadap Perempuan Kasta Rendah
Kasus pemerkosaan terhadap perempuan kasta rendah oleh sekelompok pria kasta lebih tinggi memantik unjuk rasa di berbagai penjuru India. Warga makin marah setelah perempuan itu meninggal dan jenazahnya dikremasi polisi.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
HATHRAS, KAMIS — Seorang remaja perempuan berusia 19 tahun meninggal, Selasa (29/9/2020), setelah diserang dan diperkosa sekelompok laki-laki, 14 September lalu, di sebuah lapangan dekat rumahnya di Distrik Hathras, Uttar Pradesh, 100 kilometer dari Delhi, India. Jasad remaja dari kasta terendah di India itu lalu dikremasi oleh pihak kepolisian yang kemudian memicu protes masyarakat. Bentrokan massa dengan polisi pun terjadi, Rabu lalu.
Pasca-bentrokan, kepolisian setempat memberlakukan undang-undang darurat di Hathras, Kamis. UU darurat itu melarang lebih dari lima orang berkumpul. Sejauh ini polisi sudah menahan empat laki-laki berusia 20-an dan 30-an yang diduga terlibat dalam penyerangan dan pemerkosaan itu.
Protes berbuntut bentrokan itu terjadi karena proses kremasi dilakukan tidak sesuai dengan keinginan keluarga yang menghendaki upacara kremasi khusus keluarga. Akibat bentrokan itu, sebanyak 25 orang ditangkap. Kepala Kepolisian Vikrant Vir mengatakan, proses kremasi sudah sesuai prosedur dan sudah sepengetahuan keluarga.
India merupakan salah satu negara di dunia yang paling berbahaya bagi perempuan. Menurut data pemerintah federal, kasus-kasus perkosaan terhadap perempuan terjadi rata-rata setiap 15 menit sekali. Namun, menurut kelompok-kelompok pejuang hak asasi manusia, kasus yang terjadi sebenarnya jauh lebih banyak dan jauh lebih sering ketimbang yang dilaporkan.
Kasus terakhir yang terjadi di Hathras itu memicu protes dan kemarahan warga di berbagai penjuru India terkait latar belakang kasta mereka yang terlibat. Remaja perempuan korban perkosaan berasal dari komunitas Dalit yang kerap mengalami diskriminasi dan kekerasan. Adapun keempat laki-laki yang ditangkap berasal dari kasta yang lebih tinggi dan datang dari keluarga kaya dan pemilik tanah.
”Mereka sering bikin ulah, tetapi tidak ada yang berani cerita atau berbuat apa-apa. Ada yang sering minum minuman keras dan melakukan kekerasan terhadap perempuan. Semua orang takut dengan keluarganya,” tutur seorang warga desa kepada harian the Indian Express.
Priyanka dan Rahul Gandhi, dua pemimpin partai oposisi, Partai Kongres, bersama dengan Chandra Shekhar Aazad, politikus dari Dalit yang memulai gerakan kampanye Bhim Army yang memperjuangkan hak-hak masyarakat, berencana datang ke Hathras. Namun, mereka kemungkinan akan susah masuk Hathras karena UU darurat yang diberlakukan itu menyebutkan, kepolisian berhak melarang anggota organisasi politik masuk Hathras.
Uttar Pradesh, yang dikuasai Partai Bharatiya Janata pimpinan Perdana Menteri India Narendra Modi, selama ini dikenal sebagai negara bagian di India yang paling tidak aman bagi perempuan.
Kasus kekerasan ini terjadi beberapa bulan setelah ada empat laki-laki yang dihukum gantung karena memerkosa secara berkelompok dan membunuh seorang siswa di dalam bus di Delhi tahun 2012. Kasus ini menunjukkan betapa parahnya kasus kekerasan seksual di India.
Menurut data Biro Catatan Kejahatan Nasional, Selasa, hampir 90 kasus perkosaan terjadi setiap hari tahun lalu. Sebagian besar kasus tidak dilaporkan. Ada peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan lebih dari 7 persen pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.
”Setiap hari selalu saja ada laporan perkosaan di mana-mana. Ini bukan pertama kali,” kata Jaideep, salah seorang pengunjuk rasa yang terlibat dalam bentrokan dengan polisi. (REUTERS/AFP)