Hotel Bersolek Sesuai Protokol Kesehatan
Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal, termasuk bisnis perhotelan. Untuk menjamin keselamatan tamu dan karyawan, serta memastikan bisnis tetap berjalan, hotel bersolek menerapkan protokol kesehatan ketat.
Pandemi telah mengubah banyak hal, termasuk bagaimana bisnis perhotelan dijalankan. Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, baik hotel besar maupun kecil kesulitan mendapatkan tamu. Namun, hal ini tidak mematikan semangat pengelola hotel.
Untuk menjamin keselamatan tamu dan karyawan, serta memastikan bisnis tetap berjalan, hotel bersolek menerapkan standar operasional sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.
Ketika Kompas menginap di Hotel Santika, Palembang, Sumsel, akhir Agustus lalu, ada suasana yang berbeda. Setiap tamu yang memasuki wilayah hotel diperiksa suhu tubuhnya. Jika suhu tubuh melebihi 37,5 derajat celsius, petugas mengarahkan tamu untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terlebih dahulu.
Pada saat melakukan check-in, tamu wajib menggunakan masker serta menjaga jarak fisik dengan tamu lain. Di meja resepsionis juga tersedia cairan pembersih tangan. Selain itu, pengelola mewajibkan tamu dan karyawan memakai masker saat berada di fasilitas publik, termasuk lobi hotel, lift, dan arena tunggu tamu. Apabila ada tamu yang tidak memakai masker, petugas keamanan tidak segan menegur tamu agar menaati peraturan.
Penerapan protokol kesehatan ini berlaku tidak hanya di arena umum, begitu memasuki kamar hotel juga terasa ada pengaturan yang berbeda. Gelas atau cangkir keramik yang biasanya terdapat di setiap kamar hotel kini digantikan dengan bahan plastik sekali pakai.
Handuk dan keset yang berada di kamar mandi juga terbungkus rapi dengan plastik. Protokol kesehatan ini diterapkan sehingga memberikan rasa nyaman dan aman bagi tamu yang menginap di hotel.
Santika Group of Hotels and Resort, melalui General Manager Corporate Marcomm and Business Development L Sudarsana, mengatakan, meskipun nantinya pandemi berakhir, standar operasional yang memenuhi protokol kesehatan akan tetap diterapkan. ”Habit untuk menjaga kebersihan dan keamanan otomatis akan berlanjut karena ini menjadi kebutuhan semua orang,” ujarnya, di Jakarta, Rabu (30/9/2020).
Sudarsana menjelaskan, sejak ada pandemi, pihaknya menerapkan standar operasional yang menyesuaikan protokol kesehatan. Protokol kesehatan ini berlaku untuk tamu dan karyawan, seperti diwajibkan mengukur suhu tubuh begitu mereka masuk ke arena hotel.
Habit untuk menjaga kebersihan dan keamanan otomatis akan berlanjut karena ini menjadi kebutuhan semua orang.
Setiap karyawan diwajibkan langsung membersihkan diri begitu tiba di hotel dan memakai pakaian baru. Karyawan juga wajib memakai sarung tangan, masker, dan pelindung wajah atau face shield. Sepatu karyawan juga disemprot cairan disinfektan untuk membunuh bakteri dan kuman.
Penerapan protokol kesehatan juga berlaku di semua restoran hotel, keculi di wilayah DKI Jakarta yang mendapat larangan untuk makan di tempat. Di luar DKI Jakarta, protokol kesehatan diterapkan di restoran, antara lain, dengan membatasi kunjungan tamu di restoran.
Restoran model buffet atau prasmanan juga tersedia seperti biasa dengan petugas yang berjaga-jaga untuk mengambilkan makanan bagi tamu hotel. Setelah dipakai, alat-alat dapur akan direndam dengan cairan khusus untuk membersihkan kuman.
Kepercayaan publik
Sudarsana menuturkan, penyesuaian standar operasional hotel yang mengikuti protokol kesehatan ini harus dilakukan beradaptasi dengan situasi terkini. Apalagi, saat ini industri perhotelan sedang babak belur. Karena itu, cara terpenting membangun kepercayaan publik adalah dengan menerapkan protokol kesehatan di hotel.
Penerapan protokol kesehatan ini dilakukan sesuai dengan anjuran pemerintah dalam Pedoman Layanan Hotel untuk Tamu Selama Masa Pandemi Covid-19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Aturan ini merupakan turunan dari Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
Ada dua pokok materi panduan, yaitu panduan umum dan khusus. Panduan umum meliputi manajemen atau tata kelola hotel dan restoran. Sementara panduan khusus meliputi alur pelayanan hotel dan restoran, mulai dari pelayanan di pintu masuk hingga ruang karyawan.
Mengikuti aturan ini, pengelola hotel wajib membersihkan barang-barang publik dengan cairan disinfektan secara berkala serta menyediakan sarana cuci tangan atau hand sanitizer dalam jumlah cukup. Antrean tamu saat hendak melakukan check-in juga diatur sedemikian rupa untuk memastikan jaga jarak fisik minimal 1 meter berlaku.
Director of Sales and Marketing Royal Tulip Gunung Geulis Resort and Golf Widya Adi Pamudyanto mengatakan, dua bulan sejak pandemi, terutama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di Jakarta, imbas okupansi tamu hotelnya sangat drastis penurunannya. Bagaimanapun, hotel-hotel yang terdapat di Bogor merupakan penyangga bagi Jakarta.
Kebijakan PSBB sebetulnya secara cepat diantisipasi oleh manajemennya. Walaupun harus mengeluarkan biaya operasional lebih besar atau sekitar 25 persen dari total biaya operasional hotel, langkah-langkah antisipasi itu dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan tamu hotel. Biaya tambahan tersebut harus dikeluarkan untuk penyediaan disinfektan.
Kami tentunya juga harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar seluruh karyawan hotel juga tidak terkena virus itu.
”Kami tentunya juga harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar seluruh karyawan hotel juga tidak terkena virus itu. Jadi, bukan hanya demi kesehatan dan keamanan pengunjung, baik tamu hotel maupun restoran, tetapi terlebih bagi karyawan kami sendiri,” kata Adi.
Juliawati Sadeli, Marketing Communication Manager Royal Tulip, menjelaskan, dari 173 kamar hotel yang tersedia, manajemen pun membatasi penggunaan kamar hanya sebanyak 100 unit. Hal itu terpaksa dilakukan agar kenyamanan tamu hotel tetap terjaga.
”Kalau dilihat dari bentuk kamar hotel, kami sejak awal memang mendesain seluruh kamar dengan model balkon. Rupanya, walaupun seluruh kamar non-smoking, keberadaan balkon saat ini menjadi penunjang sirkulasi udara yang baik. Semoga saja pandemi ini segera berlalu sehingga bisnis perhotelan bisa bangkit kembali,” tutur Juliawati.
Pandemi sempat membuat sejumlah hotel menutup penginapannya untuk sementara waktu. Kenari Guest House di Krikilan, Sarihardjo, Ngaglik, Sleman, DIY, misalnya, tutup pada Maret hingga Agustus lalu. Padahal, pada masa normal, Juni dan Juli adalah bulan sibuk bagi penginapan karena musim liburan.
Atie Nitiasmoro, pengelola Kenari Guest House, mengatakan, ketika dibuka kembali, hotelnya hanya memperbolehkan satu keluarga atau satu kelompok yang menginap bersama. ”Jadi, misalnya dari 20 kamar terisi enam kamar untuk satu keluarga, ya, kami hanya membuka enam kamar. Tamu lain tidak diperkenankan,” tuturnya.
Kenari Guest House menyediakan 20 kamar bergaya joglo. Sebagian besar tamu Kenari Guest House adalah keluarga dari Jakarta. Atie mengakui, dengan cara pembatasan seperti ini, terkadang pemasukan dari sewa kamar tidak menutupi biaya operasional. Namun, ini adalah jalan tengah yang ditempuh untuk kelangsungan usaha, juga kesehatan tamu. Menurut Atie, tamu senang dengan situasi seperti itu karena lebih privat.
Selain mengganti strategi pemasaran, Kenari Guest House juga melakukan protokol kesehatan, seperti menyediakan sanitizer di setiap kamar serta memperbanyak tempat cuci tangan dan perlengkapan standar lain. Atie mengatakan, terkadang calon tamu bertanya, bagaimana pelaksanaan protokol kesehatan di Kenari.
Sepi tamu juga dialami Nila Sukandar, pengelola Puri Cendana Resort, Seminyak, Bali. Hotel berbentuk rumah-rumah tradisional Bali itu menyasar wisatawan mancanegara. Akses masuk warga asing yang terbatas membuat wisatawan yang datang ke Bali semakin sedikit, termasuk yang datang ke Puri Cendana.
Sejak enam bulan lalu, dari 20 kamar, hanya satu atau dua yang terisi. Meski demikian, Nila tetap membuka hotel dan restorannya. ”Kadang satu-dua hari tidak ada tamu sama sekali di restoran,” katanya.
Setiap staf kami memasang alarm di jam tangan masing-masing yang berbunyi setiap satu jam, untuk mengingatkan dia harus mencuci tangannya.
Bentuk hotel dengan bangunan terpisah, restoran terbuka, dan banyak taman memang membuat Puri Cendana memiliki risiko rendah untuk penularan. Namun, Nila tetap memberikan pengetahuan tentang Covid-19 kepada stafnya. Dia menjelaskan mengapa staf harus menjaga jarak, cuci tangan lebih sering, dan sebagainya.
”Setiap staf kami memasang alarm di jam tangan masing-masing yang berbunyi setiap satu jam, untuk mengingatkan dia harus mencuci tangannya,” papar Nila. AC di kamar juga dibersihkan setiap kamar dihuni oleh tamu, juga penyinaran dengan menggunakan sinar UV. Baik Nila maupun Atie berharap, pandemi ini segera berakhir.