Gereja Katolik di Malaka Tidak Kendur Terapkan Protokol Covid-19
›
Gereja Katolik di Malaka Tidak...
Iklan
Gereja Katolik di Malaka Tidak Kendur Terapkan Protokol Covid-19
Pihak gereja Katolik di Kabupaten Malaka, NTT, menegaskan tidak akan kendur dalam menerapkan protokol Covid-19. Hal itu sebagai bentuk dukungan gereja terhadap upaya penanggulangan pandemi Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
BETUN, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah berlangsung sejak Maret 2020, dan ketaatan sejumlah warga di Kabupaten Malaka, Pulau Timor, Nusa Tengggara Timur, masih terjaga hingga saat ini. Selain aktivitas keseharian, berbagai acara yang melibatkan banyak orang pun tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Gereja berperan besar dalam pendisiplinan warga yang hampir 95 persen beragama Katolik itu.
Menurut pantauan Kompas di sepanjang jalan Kecamatan Sasitamean dan Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka, pada Senin (19/10/2020), sebagian besar orang yang ditemui mengenakan masker. Siswa yang hendak mengikuti pembelajaran di sekolah pun mengenakan masker. Itu terlihat saat mereka melintasi jalanan di wilayah pedalaman tersebut.
Di salah satu acara kerohanian, yakni syukuran 50 tahun biarawan Katolik Suster Rosa da Lima SSpS di Desa Kotafoun, umat yang datang sebagian besar mengambil tempat di luar gedung gereja. Di gerbang masuk gereja, semua umat diwajibkan mencuci tangan. Tiga petugas dari puskesmas setempat memeriksa suhu tubuh.
Memang di sini tidak ada kasus dan sangat jauh dari kota, tapi harus patuh protokol kesehatan Covid-19. Kan, tidak tahu, jangan sampai ada di antara warga yang sudah terinfeksi. Jadi Lebih baik mencegah. (Anderias Tae)
Prosedur yang sama juga terlihat saat pelaksanaan misa di gereja Katolik di Betun, ibu kota kabupaten, pada Minggu (18/10/2020) lalu. Umat wajib mencuci tangan dan diperiksa suhu tubuh. Jumlah umat dibatasi. Satu bangku dengan panjang sekitar 3 meter hanya boleh ditempati paling banyak dua orang. Jika semua tempat duduk terisi, umat yang datang belakangan menunggu untuk mengikuti misa berikutnya.
Proses pelaksanaan misa diatur seringkas mungkin. Tak ada paduan suara dan iring-iringan petugas. Misa yang biasanya berlangsung sekitar 1,5 jam menjadi kurang dari 1 jam. Durasi menjadi pertimbangan mengingat semakin lama orang berkumpul dalam satu ruangan, potensi penularan semakin tinggi.
Anjuran pemerintah
Protokol kesehatan dalam misa itu selain mengikut anjuran pemerintah, juga imbauan gereja. Umat Katolik di Malaka dengan populasi sekitar 95 persen dari jumlah penduduk daerah itu tunduk pada arahan pemimpin gereja setempat sebagaimana pedoman pastoral bernomor 145/2020 itu ditandatangani Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku.
Romo Deken Malaka, Keuskupan Atambua, RD Edmundus Sako yang ditemui pada Senin siang mengatakan, imbauan itu masih terus dilaksanakan. Imbauan gereja berpedoman pada protokol Covid-19 yang disampaikan pemerintah. Gereja Katolik sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia akan mendukung kebijakan pemerintah demi kemaslahatan orang banyak.
Menurut dia, gereja juga menyiapkan sanksi bagi umat yang melanggar. ”Saya menegur keluarga yang menggelar resepsi pesta pernikahan. Teguran keras,” ujarnya. Sebagaimana imbauan Keuskupan Atambua, pasangan yang menikah dilarang menggelar pesta pernikahan. Bahkan, ada sanksi berupa pembatalan pernikahan.
Ciuman hidung
Bias informasi bahwa pandemi adalah suatu rekayasa itu tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat di perdesaan. Selain ketaatan mereka terhadap instruksi gereja, warga juga takut dengan bahaya Covid-19 yang telah merenggut banyak nyawa. Daerah itu terpaut lebih dari 150 tahun dari Kota Kupang.
”Memang di sini tidak ada kasus dan sangat jauh dari kota, tapi harus patuh protokol kesehatan Covid-19. Kan, tidak tahu, jangan sampai ada di antara warga yang sudah terinfeksi. Jadi Lebih baik mencegah,” ujar Anderias Tae, tokoh masyarakat Sasitamean.
Menurut dia, penerapan protokol kesehatan yang di awal pandemi terasa agak janggal kini seperti menyatu dalam keseharian warga. Terlebih lagi, kebiasaan lokal seperti ciuman hidung saat berjumpa tidak terlihat lagi. Ucapan salam ditandai dengan mengatup telapak tangan di depan dada.