logo Kompas.id
Tarian ”Cha Cha” dalam...
Iklan

Tarian ”Cha Cha” dalam Eksperimen Sistem Pilkada

Evaluasi pilkada perlu dilakukan secara holistik. Evaluasi bukan hanya terkait mekanisme pemilihan, langsung ataukah tak langsung melalui DPRD, melainkan juga tata kelola partai politik selaku elemen penting di pilkada.

Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
· 8 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/a0i8X-RtRTaBo1r82hYK4teBtG8=/1024x631/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F6e6d5517-c6df-472c-955f-0fb3f15aeb85_jpg.jpg
Kompas/Hendra A Setyawan

Pada 54 hari jelang pemungutan suara pilkada serentak, sosialisasi calon wali kota dan wakil wali kota semakin intensif dilakukan. Para calon memasang gambar di berbagai sudut kota, seperti terlihat di Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Jumat (16/10/2020). Pilkada Kota Depok diikuti dua pasangan calon.

Eksperimen sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia seolah bergerak maju-mundur, seperti tarian cha cha. Setelah 15 tahun pilkada langsung berjalan, evaluasi pun dilakukan untuk mencari bentuk ideal. Namun, lagi-lagi, evaluasi lebih banyak menyasar sistem pemilihan, tidak melihat secara holistik akar permasalahan.

Sejarah mencatat, perubahan sistem pemilihan tak menjamin lahirnya kepala daerah yang berintegritas dan bebas korupsi. Pemilihan tak langsung melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ataupun pemilihan langsung terbukti tetap melahirkan praktik korupsi dengan ragam modus yang hampir sama. Namun, mengapa wacana mengubah sistem pemilihan selalu muncul setiap kali mengevaluasi pilkada?

Editor:
susanarita
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000