30 Juta Warga AS Sudah Gunakan Hak Pilih, Antusiasme Demokrat Melonjak
›
30 Juta Warga AS Sudah Gunakan...
Iklan
30 Juta Warga AS Sudah Gunakan Hak Pilih, Antusiasme Demokrat Melonjak
Sekitar 30 juta suara, baik melalui surat maupun secara langsung, telah dicatat di 44 negara bagian dan Washington DC, Senin (19/10/2020). Terjadi kenaikan antusiasme pemilih jika dibandingkan pilpres empat tahun lalu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
CORAL GABLES, SELASA — Sebanyak 30 juta warga Amerika Serikat atau sekitar 21 persen dari total pemilih pada pemilihan presiden AS tahun 2016 sudah menggunakan hak pilih mereka hingga awal pekan ini. Lonjakan jumlah pemilih ini diduga didorong oleh keinginan warga menghindari antrean guna mengurangi risiko terpapar Covid-19 saat pilpres digelar pada 3 November nanti. Selain itu, lonjakan jumlah pemilih awal tersebut juga tidak terlepas dari antusiasme pemilih, khususnya pendukung Partai Demokrat.
Proyek pemilu AS di Universitas Florida melaporkan, sebanyak 30 juta suara, baik melalui surat maupun secara langsung, telah dicatat di 44 negara bagian dan Washington DC pada Senin (19/10/2020). Terjadi kenaikan antusiasme pemilih jika dibandingkan dengan pilpres AS empat tahun lalu. Kala itu, 16 hari sebelum pilpres AS digelar, baru ada 5,9 juta pemilih yang telah menggunakan haknya. Jumlah total pemilih pada pilpres AS 2016 adalah 136,6 juta warga AS.
Di negara-negara bagian yang secara terbuka melaporkan pendaftaran pemilih partai hampir 54 persen surat suara berasal dari pendukung Demokrat yang terdaftar. Adapun jumlah pemilih dari kubu Partai Republik sekitar 25 persen.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar pendukung calon presiden dari Republik, Donald Trump, berencana memberikan suara mereka secara langsung pada hari pemilihan, 3 November mendatang.
Di Negara Bagian Florida, hari Senin (19/10/2020) merupakan hari pertama pemungutan awal. Para pemilih di negara bagian itu berbaris di luar tempat-tempat pemungutan suara. Florida adalah negara bagian yang menjadi salah satu medan pertempuran Trump melawan capres dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Survei Reuters/Ipsos pada 7-14 Oktober menunjukkan Biden unggul tipis di Florida dengan dukungan 49 persen, berbanding dengan 47 persen dukungan terhadap Trump dalam interval kredibilitas survei sebesar 4 poin persentase.
Arti penting Florida
Florida secara luas dipandang sebagai tempat yang harus dimenangi oleh Trump. Jalan menuju kemenangannya menjadi sangat tipis jika Trump kalah di negara bagian di wilayah selatan AS itu. Florida memiliki 29 suara elektoral yang terikat dengan New York dan berada di posisi ketiga terbanyak setelah California dan Texas. Berdasarkan sistem pemilu AS, seorang capres membutuhkan dukungan 270 suara elektoral agar terpilih menjadi presiden.
Unggahan media sosial menunjukkan barisan pemilih di beberapa tempat pemungutan suara di Florida. Sebanyak 52 dari 67 wilayah di Florida memulai pemungutan suara secara langsung pada awal pekan ini. Gambaran kasar menunjukkan tingkat antusiasme yang sama tinggi seperti yang terlihat di negara-negara bagian lainnya tahun ini.
Ratusan orang, kebanyakan mengenakan masker pelindung wajah, berdiri di luar perpustakaan umum di Coral Gables di bawah guyuran hujan lebat pagi hari. Coral Gables adalah kota yang dihuni mayoritas warga keturunan Hispanik di dekat Miami.
Louis Perez (57), seorang pemilih, mengaku dia memilih Biden karena tidak puas dengan penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintahan Trump. ”Dia berbohong tentang itu sejak awal,” kata Perez tentang Trump. Perez mengaku tidak berafiliasi dengan suatu partai apa pun di AS.
Adapun salah satu pemilih yang terdaftar sebagai anggota Partai Republik, Antonio Sanchez, mengatakan, dirinya mendukung Trump karena ia ”membela kebebasan” dan menentang sosialisme. ”Kedua putri saya adalah dokter. Saya tidak berpikir ini bisa terjadi di tempat lain selain Amerika,” kata Sanchez (59) yang berasal dari Kuba.
Pasangan Biden, Senator AS Kamala Harris, mendesak pendukung di Florida untuk memilih lebih awal. ”Orang ini memiliki kesempatan untuk menangani (virus), tetapi menyangkal fakta, menyangkal sains, dan berbohong kepada rakyat Amerika,” kata Harris tentang Trump dalam kampanyenya di Orlando.
Trump pada awal pekan ini berkampanye di Arizona. Adapun Biden tidak mengadakan acara publik pada Senin. Biden merekam wawancara ”60 Menit” yang akan disiarkan CBS pada Minggu (25/10/2020) mendatang. Tim kampanye Biden menyatakan, mantan Wakil Presiden AS itu kembali dites Covid-19 dan hasilnya negatif.
Dalam telekonferensi dengan anggota-anggota kampanyenya, Trump menunjukkan kepercayaan dirinya yang khas. Ia seakan tidak peduli dengan jajak pendapat nasional yang menunjukkan dirinya berada di posisi jauh di belakang posisi Biden.
”Kami akan menang,” kata Trump. ”Sesuatu yang mungkin tidak saya katakan dua atau tiga minggu yang lalu.”
Pertarungan di Pennsylvania
Trump tampaknya berupaya memotong keunggulan Biden di Pennsylvania, wilayah yang juga menjadi salah satu medan pertempuran terpenting dalam pilpres tahun ini. Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis pada Senin, Biden memimpin dengan keunggulan dukungan sebesar 49 persen melawan 45 persen suara dukungan terhadap Trump. Persentase dukungan terhadap Trump terdata naik 3 poin persentase dibandingkan dengan sepekan sebelumnya.
Jajak pendapat yang sama mengungkapkan keunggulan Biden di Wisconsin sebanyak 51 persen melawan 43 persen.
Biden dan Trump kembali akan berhadapan dalam debat kedua yang dijadwalkan digelar pada Kamis (22/10). Pekan lalu, Trump memutuskan mundur dari debat yang direncanakan berlangsung secara daring setelah ia terpapar Covid-19.
Tim kampanye Trump mendesak penyelenggara debat untuk mempertimbangkan kembali topik yang akan diperdebatkan dalam panggung debat nanti. Ini terkait dengan penghapusan topik tentang kebijakan luar negeri dari daftar topik terkait debat itu.
Adapun tim kampanye Biden mengatakan, kedua belah pihak telah sepakat berbulan-bulan lalu untuk membiarkan penyelenggara memilih topiknya. Topik yang akan diperdebatkan mencakup tentang keluarga-keluarga Amerika Serikat, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.
”Tim kampanye Trump berbohong tentang itu sekarang karena Donald Trump takut untuk menghadapi lebih banyak pertanyaan tentang langkah penanganan Covid-19 yang menghancurkan,” kata juru bicara tim Biden, TJ Ducklo.
Trump mengejek Biden karena mengadakan lebih sedikit acara kampanye dan membatasi jumlah hadirin. Sementara Biden dan pakar kesehatan masyarakat menyerang Trump karena kerap mengadakan pertemuan massa dalam keramaian di tengah pandemi Covid-19 yang telah menewaskan 220.000 warga AS. Kubu Trump dikritik karena peserta kampanyenya cenderung abai pada protokol kesehatan di tengah pandemi. (REUTERS/AP)