Ekonomi China Terus Bertumbuh, Bangkit dari Dampak Covid-19
Perekonomian China terus tumbuh kuat dalam 6 bulan atau dua triwulan terakhir hingga September 2020.
Belanja konsumen dan aktivitas manufaktur menopang ekonomi China untuk terus tumbuh setelah terdampak Covid-19. Beijing meluncurkan langkah lebih banyak pengeluaran fiskal, keringanan pajak, dan pemotongan suku bunga pinjaman.
Perekonomian China terus tumbuh kuat dalam enam bulan atau dua triwulan terakhir hingga September, setelah pada triwulan I-2020 terpuruk akibat terpukul pandemi Covid-19.
Pemulihan berlanjut karena ditopang oleh belanja konsumen dan aktivitas bidang manufaktur. Namun, tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan risiko dalam proses pemulihan perlu diwaspadai.
Data Biro Statistik Nasional (NBS) China yang dirilis pada Senin (19/10/2020) menunjukkan, produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 4,9 persen pada periode Juli-September dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Angka itu lebih lambat dari perkiraan 5,2 persen oleh analis dalam jajak pendapat Reuters. Namun, capaian itu lebih tinggi dari pertumbuhan 3,2 persen di triwulan II-2020. Sepanjang sembilan bulan ini, ekonomi China tumbuh 0,7 persen.
Baca juga: Harga Rumah Naik, Pemulihan Ekonomi China Berlanjut
Pada periode tiga bulan pertama tahun ini, ekonomi China mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 6,8 persen. Kondisi pada triwulan I-2020 itu adalah yang terburuk bagi China, setidaknya sejak pertengahan era 1960-an.
Jika melihat pertumbuhan dalam enam bulan hingga September, jelas menunjukkan pertumbuhan terus positif dan pemulihan ekonomi yang semakin kuat.
Penjualan ritel dilaporkan tumbuh 3,3 persen pada September dari capaian tahun sebelumnya. Pertumbuhan ritel di China pada September adalah yang tercepat sejak Desember tahun lalu, sekaligus melanjutkan pertumbuhan 0,5 persen dari Agustus lalu.
Adapun output industri yang tumbuh 6,9 persen setelah mencatat kenaikan 5,6 persen pada Agustus menunjukkan pemulihan aktivitas manufaktur China meraih momentumnya.
Investasi aset tetap China naik 0,8 persen dalam sembilan bulan pertama dari tahun sebelumnya. Data itu menunjukkan sektor itu kembali ke pertumbuhan untuk pertama kalinya tahun ini dilihat dari waktu tahun berjalan.
Pertumbuhan juga terdata di sektor properti dengan kenaikan 12 persen secara tahunan. Itu adalah kondisi laju pertumbuhan tercepat di sektor itu dalam kurun hampir 1,5 tahun terakhir. Ini menjadi dorongan investasi dalam skala lebih luas.
Strategi China
Pemerintah China memang telah meluncurkan serangkaian langkah, termasuk lebih banyak pengeluaran fiskal, keringanan pajak, dan pemotongan suku bunga pinjaman. Beijing juga mengatur ulang persyaratan cadangan bank untuk menghidupkan kembali ekonomi yang dilanda pandemi dan guna mendukung lapangan kerja.
Rasio utang ekonomi riil China—persentase utang rumah tangga, perusahaan nonkeuangan dan pemerintah terhadap total PDB—meningkat menjadi 269,2 persen pada triwulan III-2020, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Itu adalah cerminan dari langkah moneter dan fiskal yang telah dilakukan para pembuat kebijakan untuk melindungi perekonomian dari dampak pandemi.
Baca juga: Pembukaan Sejumlah Negara Makin Dorong Ekonomi China
Kunci yang harus diperhatikan adalah apakah rasio tersebut akan turun ketika pertumbuhan ekonomi kembali normal kelak.
”Ekonomi China tetap berada di jalur pemulihan, didorong oleh kenaikan kembali ekspor. Belanja konsumen juga menuju ke arah yang benar, tetapi kami tidak dapat mengatakan itu telah sepenuhnya menghilangkan hambatan yang disebabkan oleh pandemi,” tutur Yoshikiyo Shimamine, Kepala Ekonom pada Dai-ichi Life Research Institute, Tokyo, Jepang.
”Ada risiko bahwa kembalinya karantina di Eropa dan gelombang infeksi lain di AS akan merugikan belanja konsumen dan memicu lebih banyak kehilangan pekerjaan sehingga akan berdampak negatif bagi ekonomi China,” ujar Yoshikiyo.
Sebagian alasan untuk capaian PDB yang lebih rendah dari perkiraan kemungkinan adalah kekuatan kejutan dalam impor, yang melonjak 13,2 persen pada September dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Meskipun hal itu menekan kontribusi bersih perdagangan terhadap penghitungan PDB, ekonom Liu Peiqian di Natwest Markets Plc kepada Bloomberg menyatakan hal itu menunjukkan kuatnya permintaan.
Menguat lagi
Ekspor bersih menyumbang 0,6 poin persentase ke ekspansi PDB China, Juli-September 2020. Pertumbuhan sepanjang sembilan bulan hingga September tahun ini pun menunjukkan China memperoleh kembali semua kekuatannya yang hilang pada triwulan pertama.
Pembuat kebijakan secara global menggantungkan harapan mereka pada pemulihan yang kuat di China. Hal itu terutama guna membantu memulai kembali dan mendorong permintaan di tengah pembatasan aktivitas warga di Eropa seiring munculnya gelombang kedua infeksi Covid-19.
China dinyatakan telah bangkit sebagian dari rekor kemerosotan yang disebabkan oleh penutupan wilayah pada bulan-bulan pertama 2020.
Juru bicara NBS, Liu Aihua, juga memperingatkan kemungkinan risiko yang tetap membayangi. ”Secara internal, ekonomi (China) masih dalam proses pemulihan,” katanya dalam penjelasan singkat di Beijing.
”Beberapa atau sebagian indikator belum kembali ke tingkat pertumbuhan normal dan beberapa tingkat pertumbuhan kumulatif juga menurun,” ujarnya lagi.
Pada basis antar-triwulanan, PDB China naik 2,7 persen pada triwulan terakhir. Capaian itu juga dinyatakan NBS lebih rendah dari tingkat ekspektasi, yakni kenaikan 3,2 persen. Pada triwulan kedua tahun ini, PDB China naik 11,5 persen daripada triwulan sebelumnya.
Dana Moneter Internasional memperkirakan ekonomi China akan tumbuh sebesar 1,9 persen sepanjang 2020. Angka proyeksi itu mendekati perkiraan Bank Sentral China yang memperkirakan ekonomi negara tumbuh 2 persen tahun ini. Itu akan menjadikan China satu-satunya negara dengan ekonomi besar yang diperkirakan akan melaporkan pertumbuhan positif pada 2020.
Belanja ritel China sebelumnya telah tertinggal dibandingkan dengan aktivitas pabrik pada tahun ini. Hal itu terutama dipengaruhi oleh kondisi pemutusan hubungan kerja kekhawatiran yang berlanjut atas kondisi pandemi.
Baca juga: Tekanan Lebih Besar Menghadang Ekonomi China
Pandemi membuat warga memilih tetap berada di rumah, sekalipun ketika pembatasan aktivitas dicabut oleh pemerintah. Namun, indikator baru-baru ini menunjukkan aktivitas konsumen sekarang berbalik.
Terkendali
Di sektor perjalanan, penerbangan domestik pada September terlihat membaik. Ada tanda-tanda bahwa segmen pasar tersebut mendekati pemulihan penuh, bahkan ketika sebagian besar perbatasan internasional tetap ditutup.
Penjualan mobil di China juga terdata naik dalam kurun 6 bulan berturut. Penjualan kendaraan Ford Motor Co di China melonjak 25 persen pada triwulan ketiga dari tahun sebelumnya.
Data NBS menunjukkan rincian PDB bahwa konsumsi akhir menyumbang pertumbuhan 1,7 poin persentase terhadap PDB. Adapun pembentukan modal menyumbang 2,6 poin persentase dan ekspor bersih menyumbang 0,6 poin persentase.
Ini tidak terlepas dari relatif terkendalinya wabah virus korona tipe baru. Pandemi menyebabkan kontraksi pertama China sejak setidaknya tahun 1992 di triwulan I-2020.
”Satu-satunya hal terpenting bagi ekonomi China dalam beberapa bulan mendatang adalah apakah konsumsi jasa dapat mengatasi ketertinggalannya,” kata Larry Hu, kepala ekonomi China di lembaga Macquarie Capital di Hong Kong. (REUTERS/AP)