Masyarakat di Makassar dan dunia usaha kini menikmati listrik yang kian andal dengan beroperasinya sistem jaringan transmisi bawah tanah.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Kelistrikan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, kini ditopang oleh jaringan transmisi bawah tanah. Jaringan ini akan membuat sistem kelistrikan di kota terbesar di kawasan timur Indonesia itu kian andal dan menekan pemadaman.
Jaringan transmisi bawah tanah bertegangan 150 kilovolt (KV) yang mulai dikerjakan sejak 2019 ini resmi beroperasi pada 10 Oktober lalu. Jaringan ini membentang sepanjang 22 kilometer sirkuit dari Gardu Induk Tanjung Bunga hingga Gas Insulated Switchgear (GIS) di Kecamatan Bontoala.
General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Sulawesi Bagian Selatan I Putu Riasa, Selasa (20/10/2020), mengatakan, pengembangan jaringan bawah tanah ini adalah bagian dari sejumlah proyek nasional yang saat ini dikerjakan PLN. Jaringan ini menyambung atau menyalurkan aliran listrik tegangan tinggi 150 KV dari transmisi Punagaya-Tanjung Bunga yang telah beroperasi beberapa pekan lalu.
”Kami harap dengan beroperasinya jaringan bawah tanah ini tak ada lagi pemadaman sehingga membuat sistem kelistrikan Makassar menjadi lebih andal dan tentu akan menopang kebutuhan investasi,” kata Riasa.
Sebelum jaringan transmisi bawah tanah ini beroperasi, GIS Bontoala yang merupakan gardu induk di tengah kota hanya dipasok aliran listrik secara radial dari Gardu Induk Tello Lama melalui Gardu Induk Tello. Dari GIS Bontoala, listrik dialirkan ke sebagian besar wilayah atau pusat aktivitas di Makassar dan sekitarnya.
Manager PLN Unit Pelaksana Proyek Pembangkit dan Jaringan Sulawesi Selatan Husni Wardana mengatakan, dengan jaringan transmisi bawah tanah ini, aliran listrik akan dipasok secara ring dari Gardu Induk Bontoala ke pusat aktivitas kota.
”Jika terjadi gangguan pasokan dari Gardu Induk Tello Lama ke Gardu Induk Tello, hal itu tak akan membuat Makassar mengalami pemadaman,” kata Husni.
Tak hanya di Sulawesi Selatan, PLN juga tengah mengejar penyelesaian proyek strategis nasional lainnya di Sulawesi Barat. Proyek tersebut ialah pembangunan interkoneksi sistem kelistrikan Mamuju-Pasangkayu.
Interkoneksi Mamuju-Pasangkayu akan meliputi 534 menara transmisi 150 KV yang membentang sejauh 365 kilometer sirkuit. Proyek ini hampir rampung dengan total menara yang sudah terpasang sebanyak 519 atau tersisa 15 menara lagi.
Saat mengungkapkan interkoneksi kelistrikan Sulsel, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat Oktober tahun lalu, Riasa menyebutkan, interkoneksi bukan hanya menekan biaya produksi, tapi juga meningkatkan rasio elektrifikasi serta memenuhi kebutuhan industri akan listrik.
”Kami terus menggenjot pembangunan kelistrikan dengan target tahun 2021 seluruh Sulawesi sudah terinterkoneksi,” kata Riasa kala itu.