Chelsea yang masih bermasalah dengan lini pertahanan akan menjamu Sevilla di Liga Champions. Meski punya lini serang mematikan, Chelsea bisa saja dihukum tim tandang.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Manajer legendaris Sir Alex Ferguson pernah berkata, serangan akan memenangkan laga, sementara pertahanan memenangkan gelar. Artinya, butuh keseimbangan kualitas di dua ”kutub” tersebut untuk sebuah tim bisa sukses. Keseimbangan itu yang masih menjadi masalah besar bagi Chelsea di bawah asuhan Frank Lampard.
Masalah keseimbangan terus membayangi Chelsea musim ini. Memasuki musim kedua bersama Lampard, ”Si Biru” masih sangat menakutkan saat menyerang, tetapi begitu melempem ketika bertahan.
Situasi itu harus dihadapi Chelsea dalam laga pembuka Liga Champions menjamu Sevilla, Rabu (21/10/2020), di Stamford Bridge. Keseimbangan mereka akan diuji oleh sang penguasa Liga Europa yang mulai bangkit bersama pelatih berpengalaman, Julen Lopetegui.
Berkaca dari pertandingan Liga Inggris melawan Southampton, akhir pekan, kekuatan mereka sangat timpang. Tim asuhan Lampard bisa unggul dua gol terlebih dulu lewat pembelian terbaru, Timo Werner. Namun, laga berakhir imbang karena rapuhnya lini pertahanan.
Ketika kebobolan banyak, sulit bagi kita untuk menang, apalagi juara. Kami harus memperbaikinya.
Kritik datang langsung dari Werner. Di Jerman, menurut dia, tim yang meraih gelar butuh pertahanan kokoh. Menyerang saja tidak cukup. ”Ketika kebobolan banyak, sulit bagi kita untuk menang, apalagi juara. Kami harus memperbaikinya,” katanya.
Laga dengan Southampton adalah cermin kecil kecerobohan Chelsea sepanjang musim. Mereka, dalam 5 laga, memasukkan 13 gol, tetapi kecolongan 9 gol. Hujan gol yang dibuat sering berakhir percuma karena diikuti banyaknya kemasukan. Hasilnya, eksplosivitas serangan itu baru menghasilkan 2 kali menang dari 5 laga.
Bencana lini belakang adalah kisah lanjutan musim lalu. Sejak kedatangan Lampard, Chelsea kemasukan rata-rata 1,5 gol per laga. Uniknya, jumlah kebobolan tim berada pada peringkat ke-4 terbanyak. Padahal, jumlah tendangan ke arah gawang mereka cenderung sedikit, peringkat ke-16.
Statistik menandakan lawan sangat nyaman mencetak gol ke gawang Chelsea. Banyak gol yang seperti jatuh dari langit akibat kesalahan amatir para pemain bertahan Chelsea. Misalnya saja, dua kemasukan lawan Southampton yang berawal dari kesalahan pemain sendiri.
”Kami seharusnya tidak memberikan gol kepada lawan. Kami membuat kesalahan dan lawan jadi punya kesempatan. Ini memang kesalahan yang harus diperbaiki,” ucap Lampard, yang merupakan eks gelandang serang.
Lampard mengaku tidak senang dengan hal ini. Dia tidak ingin timnya kebobolan banyak. Namun, pelatih asal Inggris ini tampaknya belum menemukan resep untuk keseimbangan menyerang dan bertahan.
Masalah berawal dari gaya main menyerangnya. Pola itu memaksa garis pertahanan Chelsea di posisi sangat tinggi. Alhasil, ada lubang besar di lini belakang ketika tim menguasai bola.
Di sisi lain, Lampard mencoba menyelesaikan dengan menghadirkan dua pemain berpengalaman, bek tengah Thiago Silva dan kiper Edouard Mendy. Namun, pembelian terbaru itu belum bisa dipasang. Silva masih beradaptasi, sedangkan Mendy cedera.
Karena itu, tidak banyak hal yang bisa dilakukan Lampard menghadapi laga pertama Liga Champions. Kesempatan ini yang bisa dimanfaatkan Sevilla untuk mencuri poin di markas lawan.
Sevilla, setelah juara Liga Europa musim lalu, lebih dewasa lagi. Skuad asuhan Lopetegui ini punya pemimpin sekaligus pengatur serangan andal, eks bintang Barcelona, Ivan Rakitic.
Rakitic menjadi jenderal lapangan tengah. Dia memberikan ketenangan sekaligus variasi kepada Sevilla yang biasanya lebih mengandalkan serangan sayap dari Jesus Navas dan Lucas Ocampos.
Terbukti, musim ini Sevilla menjadi tim yang sangat menyerang. Mereka menjadi tim ketiga, di bawah Barca dan Real Madrid, yang paling tinggi dalam urusan penguasaan bola dan jumlah tendangan.
Namun, Sevilla yang mengawali musim sempurna juga sedang diuji konsistensinya. Mereka baru saja kalah akhir pekan lalu dari Granada. Meski kekalahan akibat bermain 10 orang, hal itu tetap bisa merusak tren positif mereka.
Lopetegui mengaku tidak khawatir dengan kekalahan tersebut. Menurut dia, kekalahan pada akhirnya akan datang. Hal terpenting mereka bermain semaksimal mungkin dan mampu bangkit lagi pada laga selanjutnya.
”Suka dan duka dalam pertandingan berumur pendek. Kami sekarang hanya ingin fokus pada pertandingan di Stamford Bridge,” ucap pelatih yang sempat dibuang tim nasional Spanyol dan Real Madrid tersebut. (AP/REUTERS)