Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan Uni Eropa dalam mengembangkan riset terkait dengan Covid-19 dan perubahan iklim. Hal itu dilakukan untuk menyiasati keterbatasan pendanaan riset dan kapasitas peneliti.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama dan kolaborasi dengan sejumlah pihak, baik di dalam negeri maupun luar negeri, diperlukan dalam pengembangan riset di Indonesia. Kerja sama tersebut salah satunya dilakukan bersama dengan Uni Eropa dalam pengembangan riset terkait dengan Covid-19 dan perubahan iklim.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta, Senin (19/10/2020), mengatakan, kerja sama riset dengan pihak luar negeri mutlak dilakukan untuk mendukung riset dan pengembangan di Tanah Air. Itu terutama karena pendanaan untuk pengembangan riset masih terbatas.
”Kita akui bahwa riset dan pengembangan di Indonesia belum menjadi prioritas nasional. Ini bisa dilihat dari besaran pendanaan riset dari pendapatan domestik bruto kita baru 0,25 persen. Jadi, butuh kerja sama dan kolaborasi dengan pihak lain,” tuturnya.
Kita akui bahwa riset dan pengembangan di Indonesia belum menjadi prioritas nasional.
Ia berharap ekosistem riset dan pengembangan di Indonesia terus tumbuh dengan makin banyak kerja sama yang dilakukan. Dengan begitu, paradigma pembangunan nasional yang sebelumnya bertumpu pada sumber daya alam bisa berubah menjadi pembangunan ekonomi berbasis riset dan inovasi.
Kerja sama yang dilakukan bersama Uni Eropa bisa menjadi salah satu cara untuk mendukung pengembangan tersebut. Negara-negara yang berada di Uni Eropa dinilai berhasil menjadi negara maju karena sudah lama berupaya memperkuat riset dan inovasi dalam pembangunan bangsa.
Untuk itu, berbagai pembelajaran dalam pengembangan riset yang dilakukan negara-negara di Uni Eropa dapat membantu mencapai target Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Banyak potensi yang bisa dimanfaatkan, antara lain kekayaan sumber daya alam dan bonus demografi dengan tingginya angka penduduk usia produktif.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan, kerja sama yang akan dilakukan salah satunya melalui kegiatan peringatan European Research Days (ERD) 2020. Pada peringatan tahun ini, kerja sama riset dengan sejumlah pihak akan diprioritaskan pada pengembangan terkait dengan penanganan Covid-19, baik dari pengembangan terapi dan vaksin maupun riset untuk mengatasi persoalan perubahan iklim.
”Kerja sama terbuka lebar bersama dengan para peneliti dari Indonesia. Dengan mengajukan proposal riset, ide-ide yang ditawarkan akan dipilih sehingga nanti bisa didukung melalui pendanaan yang disediakan. Penelitian terbuka juga bisa dilakukan dalam program ini,” katanya.
Vincent menambahkan, ERD merupakan kegiatan tahunan untuk memberikan informasi tentang peluang kolaborasi dengan peneliti Uni Eropa bagi para peneliti dan ilmuwan dari semua disiplin ilmu di Indonesia. Melalui beberapa seminar dan webinar, informasi terkait riset di Eropa akan disampaikan para peneliti dari negara-negara yang tergabung di Uni Eropa, seperti Jerman, Austria, Perancis, Belanda, dan Finlandia.
”Kerja sama penelitian dan program pendanaan riset akan ditawarkan dalam kegiatan ini. Kami harap kegiatan ini bisa turut mendukung pengembangan riset di Indonesia,” ujar Vincent.