12 Provinsi Jadi Prioritas Kemenkes Tekan Kasus Covid-19
›
12 Provinsi Jadi Prioritas...
Iklan
12 Provinsi Jadi Prioritas Kemenkes Tekan Kasus Covid-19
Tim Task Force Covid-19 Kementerian Kesehatan akan kembali terjun ke daerah-daerah guna mendampingi pemerintah daerah dalam menekan angka kasus Covid-19 baru. Dari 12 daerah priotitas, ada beberapa daerah dalam catatan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 12 provinsi menjadi prioritas pemerintah pusat dalam pengendalian penyebaran Covid-19. Dari 12 provinsi itu ada beberapa daerah masih dalam catatan karena penanganan yang belum optimal. Tim Task Force Covid-19 Kementerian Kesehatan bakal kembali terjun ke sejumlah daerah itu untuk membantu penanganan kasus.
Sebelumnya, pada pertengahan September lalu, ada sembilan provinsi yang menjadi fokus pendampingan tim Task Force Covid-19 (TFC) Kemenkes, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, dan Papua. Kini, wilayah prioritas ditambah Banten, Aceh, dan Riau.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan, di daerah, TFC mendampingi pemerintah setempat agar penanganan Covid-19 lebih komprehensif. Intervensi juga dilakukan pada sisi epidemiologi, seperti testing, tracing, dan treatment (3T).
”Tujuannya untuk menurunkan kasus Covid-19 baru, menekan kematian, meningkatkan kesembuhan, meningkatkan kedisiplinan, serta sinkronisasi data pusat dan daerah,” papar Oscar, dalam telekonferensi pers terkait TFC Kemenkes, Rabu (21/10/2020).
Oscar mengungkapkan, TFC sudah terjun ke daerah, yakni pada 16-26 September 2020 (tahap I) dan 5-17 Oktober 2020 (tahap II). Rapat evaluasi dan pemetaan masalah juga dilakukan di sela-sela kunjungan ke daerah. Adapun tahap III direncanakan pada akhir Oktober 2020.
Secara umum ada perbaikan penanganan Covid-19 di daerah-daerah prioritas tersebut. Hal itu, antara lain, terlihat dari peningkatan jumlah RS rujukan.
Saat ini, lanjut Oscar, secara umum ada perbaikan penanganan Covid-19 di daerah-daerah prioritas tersebut. Hal itu, antara lain, terlihat dari peningkatan jumlah RS rujukan. DKI Jakarta, misalnya, ada tambahan 31 RS rujukan, Jateng 5 RS, dan Bali 2 unit RS. Secara keseluruhan, tingkat keterpakaian ruang ICU dan ruang isolasi RS rata-rata di bawah 60 persen.
Namun, diakuinya, dari 12 provinsi prioritas, masih ada daerah yang penanganannya belum optimal terkait penambahan kasus baru maupun angka kesembuhan serta kematian. Sejumlah daerah yang masih menjadi catatan tersebut, antara lain, Aceh, Riau, Papua, dan Sumut.
”Tim Task Force Covid-19 ini akan kembali terjun pada tahap III akhir Oktober nanti sehingga pendampingan tidak putus. Akselerasi harus dilakukan,” kata Oscar.
Berdasarkan laporan harian Satgas Penanganan Covid-19, terdapat penambahan 4.267 kasus positif di Indonesia per Rabu (21/10/2020). Secara kumulatif, terdapat 373.109 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Adapun jumlah kasus sembuh sebanyak 297.509 orang dan meninggal 12.857 orang.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, terjadi peningkatan angka kesembuhan di Jateng dari 64,36 persen pada pekan ke-35 menjadi 80,37 persen pada pekan ke-42. Upaya penanganan Covid-19 dari hulu hingga hilir pun terus dioptimalkan.
Adapun Jateng mengandalkan pencegahan penularan di tingkat RW. ”Memang masih ada yang tidak menerapkan protokol kesehatan, tetapi semakin hari semakin baik. Kami pantau terus. Dari 44.000 lebih RW di Jateng, sekitar 71 persen sudah membentuk Satgas Jogo Tonggo,” ujar Yulianto, yang juga hadir dalam telekonferensi tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana mengemukakan, salah satu upaya pencegahan penularan Covid-19 ialah dengan metode jemput bola dalam tes. Saat ini sudah ada 66 unit mesin rantai reaksi polimerase (PCR) yang beroperasi di Jatim. Pemeriksaan berkisar 4.000-5.000 tes per hari dan dapat dioptimalkan hingga 8.609 tes per hari.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel M Ichsan Mustari mengatakan, pihaknya memperkuat edukasi bagi masyarakat. ”Kami latih 1.000 tokoh lintas agama. Kami harap menjadi contoh penerapan protokol kesehatan. Sebab, masyarakat kita banyak follower (pengikut) sehingga orang-orang di sekitarnya bisa lihat dan ikuti,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Budiyono menuturkan, saat ini, setidaknya di Jateng, warga cenderung lebih longgar dalam menerapkan protokol kesehatan. Sementara di sisi lain, kasus positif Covid-19 masih terus bertambah.
Kondisi itu terjadi, antara lain, karena sebagian warga mulai permisif dalam menerapkan protokol. Contohnya, mulai biasa melepas masker saat berfoto. ”Juga pada saat mengobrol dan berkumpul. Ini yang harus diwaspadai. Bukan hanya virus yang menular, tetapi juga perilaku. Itu akan berpengaruh pada lingkungannya,” katanya.
Budiyono menuturkan, ketua RT berperan dalam menertibkan dan mengajak lingkungannya untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal ini juga diharapkan dilakukan para pemimpin pada tingkatan di atasnya, seperti lurah, camat, wali kota/bupati, hingga gubernur.