Kemenkes: Meski Belum Ditemukan di Indonesia, Tetap Waspadai Penularan Norovirus lewat Makanan yang Tercemar
›
Kemenkes: Meski Belum...
Iklan
Kemenkes: Meski Belum Ditemukan di Indonesia, Tetap Waspadai Penularan Norovirus lewat Makanan yang Tercemar
Kementerian Kesehatan belum mencatat ada kejadian penularan norovirus di Indonesia. Virus yang bisa menyebabkan gangguan pada pencernaan ini tetap patut diwaspadai, di antaranya, dengan pengolahan makanan yang baik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat diharapkan lebih memperhatikan kebersihan dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Hal ini untuk mencegah adanya cemaran norovirus pada makanan yang dapat menyebabkan penyakit infeksi usus akut.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di China melaporkan adanya kasus luar biasa (KLB) yang disebabkan norovirus. Setidaknya sejak September 2020 ada lebih dari 30 kasus luar biasa yang berdampak pada 1.500 orang. Penularan diperkirakan terjadi melalui makanan yang tercemar yang dihidangkan di suatu kantin.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (21/10/2020), mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan terjadinya kasus penularan akibat norovirus di Indonesia. Pada laporan surveilans kesehatan pun tidak ada laporan peningkatan kasus diare di masyarakat.
”Norovirus ini memang menjadi penyebab diare yang bisa menimbulkan KLB di berbagai belahan dunia. Meski sampai saat ini belum ada laporan kejadian di Indonesia, masyarakat tetap perlu waspada,” katanya.
Norovirus bukan merupakan virus baru. Virus ini biasanya ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi dan menyebabkan terjadinya infeksi usus akut atau gastroenteritis.
Dalam publikasi di Jurnal of Medical Virology, virus ini juga ditermukan di Indonesia. Publikasi tersebut dilaporkan pada Mei 2020 oleh Juniastuti dan kolega dari Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga. Dalam laporan itu, 14 sampel feses dari 91 sampel yang diteliti mengandung norovirus. Penelitian ini dilakukan pada 2019 di beberapa rumah sakit di Jambi.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang juga Dekan FKUI Ari Fahrial Syam mengatakan, secara umum, gejala yang timbul ketika seseorang keracunan makanan yang terkontaminasi norovirus, antara lain, demam, nyeri perut, mual dan muntah, serta diare. Untuk memastikannya, pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada sisa makanan yang dicurigai terkontaminasi atau pemeriksaan pada muntahan dan feses pasien.
Tata laksana penanganan pasien yang terpapar norovirus adalah dengan memberikan obat-obatan untuk menghilangkan gejala penyakit yang muncul. Selain itu, cairan tubuh juga perlu diperhatikan karena biasanya pasien rentan mengalami dehidrasi akibat muntah dan diare. Pasien disarankan mengonsumsi makanan yang lunak, seperti bubur, dan menghindari makanan yang pedas dan berlemak.
”Upaya yang dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi KLB akibat virus ini adalah menjaga kualitas makanan, baik yang disediakan oleh restoran, kantin, maupun di rumah tangga. Selain itu, masyarakat juga harus selalu rajin mencuci tangan pakai sabun sebelum makan,” kata Ari.