Memasuki musim hujan, BMKG mengingatkan warga untuk mewaspadai cuaca ekstrem. Apalagi, awal musim hujan kali ini diwarnai oleh La Nina yang berpotensi menambah curah hujan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Masyarakat Malang Raya, Jawa Timur, diingatkan untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi saat memasuki musim hujan. Apalagi, awal musim hujan kali ini diwarnai anomali iklim La Nina yang berpotensi menambah curah hujan.
La Nina merupakan kondisi penyimpangan suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dari kondisi normal. La Nina moderat (medium) muncul Agustus 2020 dan akan luruh pada Mei 2021. Sebelumnya, La Nina moderat pernah terjadi tahun 1955-1956, 1970-1971, 1995-1996, dan 2011-2012.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Malang Anung Suprayitno, Rabu (21/10/2020), mengatakan, fenomena La Nina berpengaruh terhadap awal datangnya musim hujan di Jawa Timur.
Pengaruh La Nina terhadap awal musim hujan yang dimaksud adalah musim hujan datang lebih dini di sebagian wilayah dan peningkatan curah hujan di atas normal. Curah hujan di beberapa wilayah pada Oktober-November bisa meningkat 25 persen.
Awal musim hujan di sebagian besar wilayah Jatim jatuh pada November (73,3 persen) dan 11,7 persen pada Oktober. Adapun 15 persen sisanya memasuki musim hujan pada Desember. Puncak musim hujan kali ini diprediksi berlangsung Januari-Februari 2021.
”Untuk hujan Desember-April 2021 lebih dipengaruhi Monsun Asia atau Monsun Baratan. Meski La Nina kurang berpengaruh signifikan terhadap hujan Desember-April, kewaspadaan terhadap curah hujan tinggi yang disebabkan Monsun Baratan harus dijaga,” ucap Anung.
Menurut Anung, bencana hidrometeorologi di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan (pancaroba) juga berpotensi terjadi. Saat itu, cuaca biasanya diwarnai dengan hujan intensitas lebat, guntur, dan puting beliung. ”Awal Oktober banjir dan tanah longsor sudah terjadi di Pacitan,” katanya.
Di Malang, hujan sudah mulai turun meski belum merata. Hujan deras beberapa kali turun dengan durasi singkat, hanya beberapa jam setelah itu terang kembali. Cuaca yang sebelumnya cerah juga mulai didominasi mendung.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Malang Raya sudah bersiap menghadapi musim hujan. Dari pengamatan Kompas, beberapa hari terakhir pemangkasan terhadap dahan-dahan pohon di pinggir jalan sudah dilakukan oleh pihak terkait.
BPBD Kota Batu, misalnya, tiga hari terakhir juga menjadi fasilitator pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan tangguh bencana. Peserta kegiatan ini adalah perangkat desa, warga, dan petugas perlindungan masyarakat.
Persiapan juga dilakukan BPBD Kabupaten Malang. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang Bambang Istiawan mengatakan, pihaknya juga sudah bersiap menghadapi datangnya musim hujan. Hampir semua daerah di Kabupaten Malang, menurut Bambang, rawan akan bencana hidrometeorologi, seperti angin kencang, banjir, dan tanah longsor.
Berdasarkan catatan Kompas, daerah yang rawan longsor di Kabupaten Malang ada di Kecamatan Poncokusumo (sisi timur), Pujon dan Ngantang (sisi barat), serta Donomulyo, Ampelgading, Sumbermajing Wetan, dan Tirtoyudo (sisi timur). Daerah rawan angin kencang dan puting beliung ada di Kecamatan Singosari, Jabung, Pakis, dan Lawang. Sementara rawan banjir ada di Kepanjen, Sumbermanjing Wetan, dan Bantur.