Misi Bersejarah Osiris-Rex untuk Ungkap Asal-usul Tata Surya
›
Misi Bersejarah Osiris-Rex...
Iklan
Misi Bersejarah Osiris-Rex untuk Ungkap Asal-usul Tata Surya
Butuh waktu sekitar 12 tahun untuk membuat armada Osiris-Rex. Adapun misi perjalanan ke antariksa telah dilakukan dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
ORLANDO, RABU — Waktu 16 detik berbanding waktu 16 tahun. Itulah perbandingan puncak momen bersejarah yang dilakukan pesawat ruang angkasa robotik, Osiris-Rex, dalam misinya.
Pada Selasa (20/10/2020) pukul 18.12 waktu Orlando, Florida, Amerika Serikat, wahana milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) itu mendarat di permukaan asteroid Bennu. Peristiwa itu diharapkan membantu mengungkap asal-usul tata surya kita.
Masa sepanjang 16 detik itu adalah periode kritis ketika pesawat ruang angkasa itu melakukan manuver otonom yang rumit untuk mengambil muatannya yang berharga: setidaknya 60 gram regolith atau seukuran batang permen itu.
Manuver yang disebut Touch-And-Go (TAG) itu dikelola oleh Lockheed Martin Space di Denver, Colorado. ”Pendaratan dilakukan. Pengambilan sampel sedang berlangsung,” demikian diumumkan pemandu, dan para ilmuwan di Denver itu pun meledak dalam suasana perayaan.
Butuh waktu sekitar 12 tahun untuk membuat armada itu. Adapun perjalanan ke antariksa telah dilakukan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Osiris-Rex mendarat beberapa saat di permukaan asteroid Bennu yang bertaburan batu.
Misi itu berhasil mengumpulkan sampel batuan dan debu dalam operasi presisi 200 juta mil (330 juta kilometer) jaraknya dari Bumi.
Osiris-Rex dijadwalkan tiba di Bumi pada September 2023 kelak. Jika ia kembali dengan berhasil dan selamat, armada itu akan mengumpulkan sampel terbesar yang kembali dari luar angkasa sejak era Apollo.
”Kita sebenarnya mungkin akan kembali dengan gambaran bak bayi tentang seperti apa tata surya itu, seperti apa kimiawi kita, miliaran tahun yang lalu,” kata ilmuwan NASA, Michelle Thaller.
”Kami sedang mencari asal-usul kita di luar sana, dan itulah mengapa kami telah melangkah sejauh ini untuk membawa kembali Bennu,” ujarnya.
Osiris-Rex, seukuran van besar, melambat menjadi hanya 10 sentimeter per detik pada fase terakhir penurunannya ke kawah Nightingale di kutub utara asteroid itu. Asteroid itu memiliki diameter 490 meter (1.600 kaki).
Osiris-Rex menurunkan lengan robotiknya ke zona target yang hanya berdiameter 8 meter. Kemudian ia menembakkan nitrogen bertekanan untuk mengaduk bahan permukaan dan menangkap sampelnya.
Pesawat ruang angkasa itu lalu menembakkan pendorongnya untuk mundur dari permukaan Bennu. Ia pun menyelesaikan apa yang digambarkan para ilmuwan sebagai ”boop”.
Pengawas misi dan publik mengetahui semua ini sekitar 18,5 menit lebih lambat dari yang sebenarnya terjadi. Itu adalah jeda waktu yang dibutuhkan sinyal untuk kembali dari batuan luar angkasa, yang sebagian besar mengorbit antara Venus dan Mars.
Gambar pertama operasi itu baru akan tersedia Rabu (21/10) ini setelah probe berada lebih jauh dan memiliki kecepatan transmisi data yang lebih tinggi.
Para ilmuwan juga harus menunggu hingga Sabtu (24/10) nanti untuk mengetahui apakah Osiris-Rex berhasil mengumpulkan jumlah sampel yang diinginkan. Para ilmuwan menginginkan setidaknya 60 gram sampel. Pesawat ruang angkasa itu mampu mengambil sebanyak 2 kilogram sampel.
Jika ternyata Osiris-Rex tidak mengumpulkan cukup sampel, armada tersebut akan pergi lagi ke asteroid itu. Tanggal 12 Januari 2021 adalah waktu yang dijadwalkan. Ia akan menuju situs cadangan yang merupakan daerah lain yang relatif bebas batu di dekat garis ekuator batu itu.
Ilmuwan tertarik untuk menganalisis komposisi asteroid di tata surya karena terbuat dari bahan yang sama yang membentuk planet.
”Ini hampir seperti batu Rosetta, sesuatu yang ada di luar sana dan menceritakan sejarah seluruh Bumi kita, tentang tata surya selama miliaran tahun terakhir,” kata kepala ilmuwan NASA lainnya, Thomas Zurbuchen.
Laboratorium di Bumi akan dapat melakukan analisis berkekuatan lebih tinggi dari karakteristik fisik dan kimianya, kata direktur divisi ilmu planet NASA, Lori Glaze.
Namun, tidak semua sampel akan segera dianalisis, seperti yang dibawa kembali dari Bulan oleh astronot Apollo, yang masih diteliti NASA 50 tahun kemudian.
NASA memilih asteroid ini karena letaknya yang dekat dan juga kuno. Para ilmuwan menghitung bahwa ia terbentuk dalam 10 juta tahun pertama dari sejarah tata surya kita, 4,5 miliar tahun yang lalu.
Setelah Osiris-Rex mencapai batu tersebut pada akhir tahun 2018, tim proyek itu terkejut menerima foto-foto yang menunjukkan bahwa batu tersebut tertutup kerikil dan batu-batu besar yang terkadang setinggi 30 meter.
Tahun lalu, Jepang menjadi negara pertama yang menyentuh asteroid setelah penyelidikan Hayabusa2 mengumpulkan beberapa debu dari Ryugu dan sekarang dalam perjalanan pulang. (AFP)