Siswa SMK di Jawa Barat Belajar Menjaga Keamanan Siber
Saat ini, anak muda diharapkan selalu melek digital. Profesi menjadi peneliti keamanan siber menjadi idaman bagi anak muda yang menekuni bidang teknologi informasi.
Beberapa tahun lalu, tidak banyak orang mengenal pekerjaan di bidang keamanan siber. Seiring menjamurnya peretasan dan serangan digital, profesi peneliti keamanan siber banyak dicari. Para pelajar di wilayah Jawa Barat berlomba-lomba menguasai berbagai elemen keamanan siber untuk meraih peluang bekerja di bidang ini.
Kesempatan untuk belajar terkait dengan perlindungan sistem tak disia-siakan oleh para pelajar sekolah menengah kejuruan di wilayah Jawa Barat. Adam Zadit Taqwa (17), pelajar SMK Neger 1 Cibinong, Jawa Barat, sudah 10 pekan terakhir mengikuti pelatihan keamanan siber. Pelatihan secara daring itu dibagikan oleh lembaga nonprofit InfraDigital Foundation bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dalam pelatihan, pelajar Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan ini mempelajari, antara lain, sistem keamanan informasi, sistem komputer, enkripsi seluruh disk, dan masih banyak lagi. Bagaikan polisi yang mencegah terjadi kejahatan, ia juga belajar menganalisis serangan digital (digital attack) dan memahami bagaimana menghalau atau mengatasi serangan tersebut.
Zadit mengikuti pelatihan setiap akhir pekan atau di luar jam pelajaran sekolah. Mengikuti kursus saat akhir pekan membuat Zadit kehilangan sebagian waktu berkumpul dengan keluarga, tetapi ia tetap semangat belajar. ”Saya sadar bahwa bidang ini membuka peluang kerja dan pendapatan yang menguntungkan pada masa depan. Ini jadi harapan membantu ekonomi keluarga,” ujar Zadit, Sabtu (17/10/2020).
Sebelumnya, Zadit sama sekali tidak mengenal kurikulum mengenai keamanan siber. Setelah ada sosialisasi di sekolah, ia mulai tertarik dengan bidang ini. Zadit dan kawan-kawan kemudian mendaftar, mengikuti seleksi, dan pelatihan. Kini, Zadit menjadikan peneliti keamanan siber sebagai profesi idaman untuk masa depan.
Menurut Zadit, tantangan utama belajar keamanan siber secara daring adalah ia kerap mendapatkan jaringan internet yang tidak stabil. Namun, ia dibantu untuk menggunakan laboratorium komputer dan paket data internet sehingga problem itu bisa diatasi.
Afifah Velda Sari (17) dari SMK Negeri 3 Bekasi, Jawa Barat, juga antusias mempelajari keamanan siber. Ia termasuk satu dari sedikit perempuan yang menempuh pendidikan informatika. Keinginan menjadi perempuan yang melek teknologi menggerakkan dirinya terjun di bidang ini. ”Aku ingin membuktikan bahwa perempuan menguasai teknologi” ujar Afifah.
Sama seperti Zadit, semula Afifah bingung menentukan karier yang ingin diraihnya. Setelah mengikuti pelatihan dan hadir pada diskusi daring terkait dengan keamanan siber, ia mantap memilih profesi ini. Mempelajari keamanan siber, menurut Afifah, susah-susah gampang. Kesulitan utamanya adalah memahami arti dan istilah asing yang digunakan. Namun, Afifah tetap semangat belajar.
”Tidak semua anak muda punya kesempatan mempelajari hal ini,” ujarnya.
Fahri Shihab, Cyber Security Specialist Gojek, mengatakan, bekerja di bidang keamanan siber sangat menjanjikan. Di sisi lain, pekerjaan ini juga menantang dan mempunyai banyak saingan. Di tingkat internasional, banyak anak muda yang juga menguasai teknologi.
Punya banyak saingan bukan berarti pemuda-pemuda Indonesia tidak bisa berkembang. Ia berpesan kepada anak muda untuk tidak mudah putus asa atau merasa minder dengan saingan dari luar negeri. ”Jangan merasa orang lain lebih hebat. Ada beberapa hal yang orang lain tahu, kita tidak tahu. Demikian juga ada hal-hal yang kita tahu, tetapi orang lain tidak tahu. Keahlian pelajar SMK lebih menjanjikan karena lebih banyak praktik daripada teori,” kata Fahri dalam webinar ”Perjalanan Karier Seorang Cyber Security”, Jumat (9/10/2020).
Hingga saat ini, InfraDigital Foundation sudah memberikan pelatihan kepada 672 siswa dari target 6.000 siswa di Jawa Barat. Selain memberikan pelatihan, InfraDigital Foundation juga memastikan agar peserta pelatihan mendapatkan sertifikasi The Computing Technology Industry Association (CompTIA) yang ditujukan bagi seorang yang ingin meniti karier menjadi seorang teknisi komputer.
Program Manager InfraDigital Foundation I Gede Pandu Wirawan menjelaskan, ada beberapa hal yang melatarbelakangi program pelatihan keamanan siber untuk siswa. ”Pelatihan diberikan karena Indonesia termasuk dalam negara ketiga terbesar rawan kejahatan siber,” katanya.
Laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menuliskan, Indonesia masuk sebagai negara yang paling banyak menerima serangan siber. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, tahun 2016 tercatat serangan siber menyasar 15 juta identitas di Indonesia. Sementara secara rata-rata, tahun 2017 Indonesia mengalami serangan siber hingga 1,225 juta setiap hari.
Kejahatan siber yang terjadi, di antaranya, bobolnya data pengguna perusahaan e-dagang serta pengambilan data oleh pihak tidak bertanggung jawab di sejumlah bank dan provider telekomunikasi.
Kerawanan ini mendorong banyak perusahaan berusaha menjaga aset digital mereka. Riset Disruptive Decision Makingyang dilakukan oleh Telstra, perusahaan induk Telkomtelstra, memaparkan, prioritas utama pemimpin bisnis global saat ini termasuk di antaranya melindungi aset digital dari ancaman dunia maya dan mengoptimalkan investasi untuk mengefisienkan waktu serta manajemen sumber daya sebagai bagian dari transformasi digital perusahaan.
Termasuk dalam tiga negara dengan tingkat kerawanan yang terbesar, sayangnya tidak membuat Indonesia kebanjiran pekerja di bidang ini. Pandu menjelaskan, sampai sekarang Indonesia masih kekurangan ahli di bidang teknologi yang berdampak mengurangi potensi ekonomi sebesar 21,8 milliar dollar Amerika Serikat.
Di sisi lain, jumlah siswa SMK jurusan IT sangat banyak atau mencapai 1.134.160 siswa. Namun, para pekerja ini belum terserap di perusahaan. Banyaknya siswa jurusan IT justru menjadi kontributor terbesar tingkat pengangguran dari SMK, atau sekitar 228.554 orang.
Pandu menjelaskan, pelajar-pelajar SMK di bidang teknik komputer dan jaringan perlu dibekali dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, seperti di bidang keamanan siber, agar potensi mereka bisa dimaksimalkan. ”Dengan adanya pelatihan dan sertifikasi, kami ingin menghubungkan antara lulusan di bidang IT dan perusahaan yang membutuhkan tenaga di bidang cyber security,” ucapnya.
Ia menyebutkan, ada beberapa alasan yang membuat lulusan jurusan teknologi informasi dari SMK kurang terserap oleh industri, seperti pelajar-pelajar SMK harus bersaing dengan lulusan dari universitas dan perguruan tinggi yang lebih dipercaya oleh perusahaan. Selain itu, kebutuhan teknologi juga semakin spesifik, sementara ketersediaan sumber daya manusia belum mencukupi. Ini membuat banyak perusahaan kesulitan menemukan orang yang tepat untuk mengisi kebutuhan mereka.
Antusiasme pelajar mengikuti kursus keamanan cukup tinggi. Sebanyak 1.300 pelajar mengikuti seleksi, tetapi yang baru terpilih sebanyak 672 orang. Mereka adalah pelajar minimal kelas 11 SMK, fresh graduate SMK, dan guru SMK. Pelajar yang dipilih memiliki bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi, dengan program keahlian teknik komputer dan informatika, teknik komputer jaringan, sistem informatika, jaringan, dan aplikasi.
Untuk mengikuti kursus ini, peserta melewati tahap pendaftaran, mengisi form assement ST30, dan memenuhi kriteria minimal pre-test dari kemampuan teknis yang diselenggarakan. Sebanyak 672 siswa terpilih terdiri dari 548 pelajar laki-laki dan 124 pelajar perempuan. Ada juga 80 guru, yaitu 74 guru laki-laki dan 6 guru perempuan.
Baca juga: Adaptasi Sekolah terhadap Kebutuhan Pekerja Masa Depan
Saat ini, karier di bidang keamanan, menurut Pandu, diminati karena masih sedikit orang yang menguasai bidang ini. Peluang kerja dan pendapatan juga tergolong besar sehingga menjadi incaran anak muda. Ia yakin, anak muda Indonesia punya kemampuan menjadi ahli di bidang ini mengingat pertumbuhan perusahaan baru (startup) juga cukup besar. Sayangnya, karena pelatihan masih minim, perusahaan itu justru merekrut pekerja dari luar negeri.
Dengan memahami perubahan dan mengantongi sertifikasi internasional, khususnya terkait cyber security, ia berharap agar pelajar-pelajar SMK dapat lebih percaya diri untuk bersaing dengan lulusan dari universitas. Selain itu, bagi perusahaan juga jadi lebih yakin dalam merekrut lulusan SMK menjadi karyawan mereka.