Tinggi, Tingkat Paparan Wabah di Kalangan Tenaga Kesehatan Pelayan Pertama di Kota Bekasi
›
Tinggi, Tingkat Paparan Wabah ...
Iklan
Tinggi, Tingkat Paparan Wabah di Kalangan Tenaga Kesehatan Pelayan Pertama di Kota Bekasi
Dari 43 puskesmas di Kota Bekasi, ada 33 puskesmas yang tenaga kesehatannya terpapar Covid-19. Perbaikan protokol kesehatan di fasilitas kesehatan primer kian dibutuhkan.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Jumlah tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 di Kota Bekasi, Jawa Barat, hingga Oktober 2020 mencapai 184 kasus. Peyumbang kasus terbanyak berasal dari puskesmas dan disusul sejumlah rumah sakit pemerintah di Kota Bekasi. Selain kewaspadaan, perlindungan bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan yang bersentuhan dengan masyarakat juga masih harus ditingkatkan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan, sejak kasus pertama wabah muncul di Kota Bekasi, sudah ada 184 tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Dari jumlah itu, tenaga kesehatan terbanyak yang terpapar Covid-19 berada di fasilitas pelayanan kesehatan primer atau puskesmas, yaitu mencapai 111 kasus.
”Dari 43 puskesmas di Kota Bekasi, hanya 10 puskesmas yang (tenaga kesehatan) tidak terpapar. Kami menyadari bahwa mereka langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Ini juga menjadi catatan bahwa mengantisipasi kepada para petugas agar penggunaan alat perlidungan diri (APD) selalu diperhatikan,” kata Tanti, Rabu (21/10/2020) di Bekasi.
Dari 43 puskesmas di Kota Bekasi, hanya 10 puskesmas yang (tenaga kesehatan) tidak terpapar.
Selain puskesmas, jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah cukup banyak yang terpapar Covid-19 ada di rumah sakit pemerintah Kota Bekasi. Hingga Oktober 2020 sudah ada 71 tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Tenaga kesehatan lain yang juga ikut terpapar Covid-19 ialah dua tenaga analisis kesehatan di Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabahaga.
”Jumlah kesembuhan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 sudah 90 persen. Mereka sudah dinyatakan sembuh dan kembali beraktivitas (melayani masyarakat),” ujarnya.
Tenaga kesehatan terpapar Covid-19, kata Tanti, disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kelelahan yang menyebabkan imun tubuh rendah dan lengah dalam menggunakan APD. Tenaga kesehatan juga bisa tertular saat beraktivitas di luar rumah sakit atau puskesmas.
Tanti menambahkan, selain tenaga kesehatan, Covid-19 juga menginfeksi sebagian pelayan publik di bidang kesehatan. Pelayan publik dimaksud itu ialah 19 aparatur sipil negara yang berkantor di Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Tak seimbang
Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, tenaga kesehatan di tingkat puskesmas merupakan pelayanan kesehatan primer yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Mereka rentan terpapar Covid-19 karena warga yang membutuhkan layanan kesehatan di puskesmas bisa saja orang tanpa gejala yang terinfeksi Covid-19.
”Sebagian besar orang yang terpapar Covid-19 itu gejalanya tidak khas. Atau bisa saja mungkin orang yang membutuhkan layanan kesehatan di puskesmas mungkin sebagian besar tidak bergejala,” kata Pandu.
Warga yang tak bergejala itu rentan menjadi pembawa jika tenaga kesehatan tidak waspada atau abai dalam menjaga protokol kesehatan. Perlindungan terhadap tenaga kesehatan terutama fasilitas penunjang perlindungan diri di tingkat puskesmas juga seharusnya diseimbangkan atau setara dengan rumah sakit. Pemerintah selama ini dinilai lebih memprioritaskan perlindungan tenaga kesehatan di tingkat rumah sakit.
”Alat pelindung diri di puskesmas harus sama bagusnya dengan rumah sakit. Selama ini difokuskan di rumah sakit, lupa bahwa pelayanan primer itu langsung bersentuhan dengan masyarakat,” kata Pandu.
Peningkatan tes
Pandu menambahkan, banyak pelayan primer terpapar Covid-19 di Kota Bekasi menunjukkan bahwa masih banyak orang tanpa gejala yang berkeliaran. Pemerintah Kota Bekasi diminta untuk kian serius meningkatkan kapasitas tes agar penularan di Kota Bekasi bisa dikendalikan.
”Yang terdeteksi masih sebagian kecil saja. Itulah kenapa penularan sulit ditangani karena ujinya juga terbatas. Jadi, yang paling bagus itu pengujian ditingkatkan,” kata Pandu.
Di Kota Bekasi, berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 daerah setempat pada Senin (19/10/2020), akumulasi kasus Covid-19 di daerah itu mencapai 5.515 kasus. Rinciannya 4.913 kasus sembuh, 468 kasus masih dirawat atau isolasi mandiri, dan 134 kasus meninggal.
Pemerintah Kota Bekasi mengklaim kasus yang terus bertambah di daerah itu tidak terlepas dari kapasitas tes yang terus ditingkatkan. Pemerintah daerah menargetkan dapat memeriksa lebih dari 1.200 spesimen setiap hari.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati, Kota Bekasi setiap hari mengetes sekitar 500 orang. Artinya, setiap minggu ada sekitar 3.500 spesimen yang diperiksa di laboratorium. Angka ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan, yaitu 3.100 PCR per minggu (Kompas.id, 15/10/2020).
Tes yang terus meningkat ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Kota Bekasi untuk terus mencari kasus Covid-19 di daerah. Selama ini, rata-rata warga yang ditemukan positif Covid-19 pun didominasi orang tanpa gejala.