Konektivitas jaringan jalan bebas hambatan dapat mereduksi waktu perjalanan. Hal ini penting untuk menurunkan biaya logistik.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan jalan bebas hambatan dalam jangka panjang akan mendukung sistem logistik yang berdaya saing. Sebab, penurunan waktu perjalanan akan menurunkan biaya logistik.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hedy Rahadian menuturkan, berdasarkan analisis, waktu perjalanan saat ini berkisar 2,3-2,4 jam per 100 kilometer (km).
”Dalam jangka panjang, kami menargetkan waktu perjalanan 1,5 jam per 100 km. Salah satu strateginya dengan menjadikan jalan bebas hambatan sebagai tulang punggung,” kata Hedy Rahadian pada konferensi pers secara virtual, Selasa (20/10/2020).
Berdasarkan kajian Kementerian PUPR, Indonesia dalam jangka panjang memerlukan jaringan jalan tol sepanjang hampir 19.000 km untuk dapat menurunkan waktu perjalanan menjadi 1,5 jam per 100 km.
Waktu perjalanan 1,5 jam per 100 km tersebut merupakan target utama yang digunakan sebagai rujukan. Pencapaian target tergantung banyak faktor, termasuk ketersediaan anggaran.
Indonesia dalam jangka panjang memerlukan jaringan jalan tol sepanjang hampir 19.000 km untuk dapat menurunkan waktu perjalanan menjadi 1,5 jam per 100 km.
Sebagai gambaran, total jaringan jalan tol yang telah beroperasi sejak 1978 hingga kini sepanjang 2.303,8 kilometer. Pada akhir 2024, panjang jalan tol yang beroperasi di Indonesia ditargetkan mencapai 4.817 kilometer.
Hedy menambahkan, saat ini ada 64 ruas jalan tol yang masuk dalam proyek strategis nasional (PSN). Sebanyak 14 ruas sudah beroperasi penuh, 10 ruas beroperasi sebagian, 26 ruas masih dalam tahap konstruksi dan pengadaan lahan, serta 14 ruas masih dalam perencanaan.
”Namun, rencananya satu ruas, yakni ruas Palembang-Tanjung Api-Api, akan dikeluarkan dari PSN,” katanya.
Semula, ruas tersebut dibangun untuk menunjang pelabuhan samudra di Tanjung Api-Api yang akan terintegrasi dengan kawasan ekonomi khusus. Kementerian PUPR telah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan, tetapi rencana tersebut belum tuntas dan belum jelas pembangunannya.
”Tidak akan efektif ketika dibangun tol, pelabuhannya tidak ada. Makanya, untuk sementara kami tunda dulu karena konstruksinya cukup mahal, yakni 60 km dan sebagian besarnya jalan layang,” kata Hedy.
Di sisi lain, sesuai dinamika, ada usulan 9 ruas yang terdiri dari 4 ruas penambahan lingkup PSN sebelumnya dan 5 ruas baru. Sebanyak 11 ruas tol yang penyelesaian konstruksinya ditargetkan selesai pada Oktober-Desember 2020.
PSN sektor jalan tol terdiri dari proyek yang tetap berjalan atau lanjutan sesuai Peraturan Presiden 56/2018 tentang Perubahan Kedua atas Perpres 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN. Selain itu, sesuai Surat Menko Bidang Perekonomian Nomor IPW/65/M.EKON/03/2020 tanggal 18 Maret 2020 tentang PSN.
Kepastian waktu
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono, ketika dihubungi, menyampaikan, keberadaan jalan tol dapat mempercepat dan relatif memberi kepastian waktu pengiriman barang.
”Orang yang biasanya membuat stok barang untuk dua minggu sekarang berani membikin stok untuk satu minggu ketika ada kepastian pengiriman logistik yang makin akurat. Jadi duitnya bisa diputar ke yang lain,” kata Fajar.
Keberadaan jalan tol dapat mempercepat dan relatif memberi kepastian waktu pengiriman barang.
Berdasarkan data Kementerian PUPR, PSN juga mencakup 4 ruas jalan nontol, yakni jalan lingkar Morotai, jalan penghubung Palu-Parigi, jalan penghubung Gorontalo-Manado, dan jalan Trans-Maluku. Pembangunan empat ruas jalan nontol tersebut belum tuntas dengan realisasi fisik bervariasi di kisaran 58,16 persen hingga 91,61 persen.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melalui keterangan resmi mengatakan, peningkatan aksesibilitas dan konektivitas jaringan infrastruktur jalan pada ruas jalan lingkar Morotai untuk menunjang perekonomian masyarakat. Pulau Morotai termasuk salah satu destinasi wisata yang termasuk dalam kawasan strategis pariwisata nasional. Pulau ini menyimpan potensi kekayaan alam bahari dan budaya. Pulau Morotai dikenal sebagai kawasan ekonomi khusus yang terhubung dengan Bandara Pitu, Pelabuhan Daruba, dan Pelabuhan Wayabula.