Penguatan dan pemajuan kebudayaan membutuhkan ekosistem yang melibatkan seluruh komponen di masyarakat. Upaya penguatan dan pemajuan kebudayaan secara serius dan sistematis diharapkan dapat memberikan kesejahteraan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Penguatan dan pemajuan kebudayaan membutuhkan ekosistem yang melibatkan seluruh komponen di masyarakat. Upaya penguatan dan pemajuan kebudayaan yang dilaksanakan secara serius dan sistematis diharapkan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pemerintah Provinsi Bali memiliki regulasi berupa Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan. Peraturan daerah tersebut memayungi sejumlah agenda budaya, antara lain Pesta Kebudayaan Bali, Pekan Kebudayaan Jantra Tradisi Bali, Festival Seni Bali Jani, dan Perayaan Kebudayaan Dunia di Bali agar digelar secara rutin.
”Pekan Kebudayaan Jantra Tradisi Bali menjadi upaya membangun karakter dan kepribadian bangsa,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana dalam sarasehan atau temu wirasa bertema ”Pemajuan Obyek Tradisi Budaya” serangkaian pembukaan Pekan Kebudayaan Jantra Tradisi Bali 2020 yang diselenggarakan secara dalam jaringan (daring) dari Denpasar, Kamis (22/10/2020).
Jantra Tradisi Bali adalah upaya yang serius dan sistematis dalam mengimplementasikan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru. (Adnyana)
Seminar secara daring atau web seminar yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu menghadirkan tiga narasumber. Selain Adnyana, pembicara lainnya adalah Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan di Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Restu Gunawan dan akademisi Universitas Hindu Indonesia Ida Bagus Suatama.
Adapun Pekan Kesenian Jantra Tradisi Bali 2020 merupakan festival kebudayaan kali pertama yang dilangsungkan Pemprov Bali setelah terbitnya Perda Provinsi Bali tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan itu.
Dalam webinar tersebut, Restu Gunawan mengungkapkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Pekan Kebudayaan Nasional Tahun 2020 yang diamanatkan Kongres Kebudayaan Indonesia. Dalam situasi pandemi Covid-19, Pekan Kebudayaan Nasional 2020 juga digelar secara virtual. ”Dalam konteks tersebut, Jantra Tradisi Bali sebagai kegiatan apresiasi budaya menjadi relevan dan sejalan,” kata Restu melalui telekonferensi.
Restu menerangkan, kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional 2020 mencakup sejumlah program, yakni kompetisi, konferensi, pameran, dan pergelaran. Kegiatan tersebut melibatkan 4.791 seniman dan pekerja seni dan diisi dengan 93 pergelaran. Pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional 2020 direncanakan digelar secara virtual dari 10 tempat acara.
Menjadi contoh
Dalam kesempatan itu, Restu juga menyatakan Bali dapat menjadi contoh dan memberikan contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia dalam komitmen dan upaya pemerintah daerah memajukan dan menguatkan kebudayaannya.
Restu mengatakan, desa menjadi lumbung kebudayaan karena desa merupakan basis kebudayaan. Oleh karena itu, hasil akhir pembangunan desa adalah lahirnya masyarakat desa yang berkepribadian secara budaya, berdikari secara ekonomi, dan berdaulat secara politik.
Menurut Adnyana, penyelenggaraan Jantra Tradisi Bali yang perdana tahun 2020 ini menjadi langkah untuk memastikan pemerintah hadir dan menjadi bagian upaya penguatan dan pemajuan kebudayaan.
”Jantra Tradisi Bali adalah upaya yang serius dan sistematis dalam mengimplementasikan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru,” kata Adnyana dalam webinar tersebut.
Pembicara lainnya, Ida Bagus Suatama dari Fakultas Kesehatan Ayurweda Universitas Hindu Indonesia, Denpasar, memaparkan keberadaan loloh atau jamu sebagai usada Bali dalam kaitannya dari sisi kebudayaan dan kesehatan. Suatama menegaskan, jamu atau loloh merupakan obat asli Indonesia karena berhubungan dengan doa-doa dalam upaya penyehatan atau pengobatan.
Menurut Suatama, loloh atau jamu memiliki manfaat yang beragam selain sebagai bahan utama penyehat atau pengobatan. Manfaat lainnya, jamu menjadi minuman penyambutan, atau panyembrama tamiu, menjadi produk usaha rumah tangga, dan juga menjadi suvenir asalkan jamu dikemas secara higienis.
Sebelum ketiga narasumber memaparkan pokok pikiran mereka, Ketua Panitia Pekan Kebudayaan Jantra Tradisi Bali Tahun 2020, yang juga Kepala Bidang Sejarah dan Tradisi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Ida Ayu Putri Masyeni, mengungkapkan, Pekan Kebudayaan Jantra Tradisi Bali Tahun 2020 digelar dengan tujuan memberikan ruang interaksi atas keberagaman dalam upaya meningkatkan rasa bangga terhadap kebudayaan yang adiluhung.
Pekan Kebudayaan Jantra Tradisi Bali 2020 berlangsung selama empat hari, mulai Kamis (22/10/2020) sampai Minggu (25/10/2020). Selain sarasehan, atau temu wirasa, rangkaian Pekan Kebudayaan Jantra Tradisi Bali Tahun 2020 diisi pula dengan kegiatan lomba, pameran, dan pergelaran. Lomba yang digelar, antara lain, lomba pembuatan topeng tradisi, lomba kreasi kebaya, dan lomba inovasi loloh atau jamu.