Meski unggul di beberapa jajak pendapat dan pengumpulan dana kampanye, kubu Joe Biden waspada. Belajar dari kasus pemilu tahun 2016, mereka memperingatkan pendukungnya bahwa Trump masih berpeluang menang dalam pemilu.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
PENNSYLVANIA, RABU — Calon presiden petahana pada pemilu Amerika Serikat, Donald Trump, berupaya memotong ketertinggalannya di Pennsylvania, salah satu dari beberapa negara bagian yang menjadi pusat pertarungan merebut pemilih, dari capres Demokrat, Joe Biden. Meski masih unggul di beberapa jajak pendapat, tim Biden mengingatkan bahwa Trump masih berpeluang menang dalam pemilu.
Pekan lalu, peluang keterpilihan Trump di Pennsylvania hanya 44 persen, sedangkan Biden 51 persen. Pekan ini, sesuai jajak pendapat Reuters, kans Trump menjadi 45 persen, sementara Biden 49 persen. Hasil jajak pendapat itu diumumkan menjelang Trump berkampanye di Erie, Pennsylvania, Rabu (21/10/2020) dini hari WIB.
Pada pemilu 2012, Erie dimenangi Barack Obama, yang dicalonkan Demokrat. Adapun pada pemilu 2016, wilayah itu ganti dimenangi calon dari Republik, Trump.
Selain terus berupaya meraih dukungan di negara-negara bagian pusat pertarungan (battleground), Trump juga berusaha memanfaatkan debat terakhir capres melawan Biden, Jumat pagi WIB, guna mengubah arah dukungan pemilih. Dalam sejumlah jajak pendapat nasional, Biden sementara lebih diunggulkan daripada Trump.
Kepada penyokongnya di Erie, Trump mengatakan, perlu periode kedua guna memastikan pemulihan AS dari pandemi Covid-19. Kemenangan di Pennsylvania akan membantunya memenangi pemilu. ”Kalau mau membuka sekolah, ekonomi, serta bangsa aman, sehat, dan berkembang, pilih saya,” kata Trump.
Meski mengaku sebagai pilihan tepat demi pemulihan AS dari dampak pandemi, Trump dan tim pemenangannya marah karena isu tersebut akan kembali dibahas dalam debat capres AS. Selain masalah Covid-19, isu yang akan dibahas, antara lain, ialah rasialisme, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.
Komisi Debat Presiden (CPD) yang dibentuk bersama oleh Republikan dan Demokrat menetapkan, pelantang di hadapan calon hanya diaktifkan jika tiba giliran berbicara. Hal itu untuk mencegah kekacauan seperti pada debat pertama.
Meski marah dengan pemilihan isu dan teknis debat, Trump memastikan akan tetap hadir. Sebab, debat menjadi salah satu ajang untuk membujuk pemilih. Sejauh ini sudah lebih dari 35 juta pemilih memberikan suara lewat pos. Sisanya memberi suara secara bertahap melalui pos dan di tempat pemungutan suara. Puncak pemilihan 3 November 2020.
Daerah persaingan
Dengan sisa waktu kurang dari dua pekan dan peluang keterpilihan masih di bawah Biden, Trump terus menggenjot kampanye dalam bentuk pengumpulan massa. Pada Sabtu dan Minggu, ia menyambangi Michigan, Wisconsin, California, dan Arizona.
Kecuali California, tiga negara bagian lain yang disambangi Trump masih berstatus mengambang. Itu karena Biden dan Trump sama-sama kuat di sana. Sementara California berpeluang besar dimenangi Biden.
Bersama Washington dan Oregon, California termasuk negara bagian di pesisir barat AS yang berpeluang dimenangi Biden. Negara-negara bagian di pesisir timur, dari Delaware sampai Maine, juga berpeluang dimenangi Biden. Adapun peluang kemenangan Trump tersebar di negara-negara bagian tengah AS, seperti Kansas, Kentucky, Arkansas, dan Alabama.
Meski peluang Biden lebih besar, timnya tetap cemas. ”Faktanya, Trump masih bisa menang dan semua petunjuk mengarahkan itu bisa terwujud. Fakta di lapangan lebih ketat ketimbang di televisi. Di negara bagian penentu hasil pemilu, kita masih ketat dengan Trump,” tulis manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon, dalam memo kepada para penyokong Biden.
CNN melaporkan, kondisi saat ini hampir sama persis dengan pemilu tahun 2016. Hingga 23 Oktober 2016, Trump diprediksi kalah dari Hillary Clinton yang disokong Demokrat. Faktanya, belakangan justru Hillary yang kalah dari Trump.
Selain diunggulkan dalam jajak pendapat, Biden juga mengalahkan Trump untuk soal dana kampanye. Kini, kas kampanye Biden-Demokrat tercatat 432 juta dollar AS. Sementara kas kampanye Trump-Republikan 251 juta dollar AS. Sepanjang September, Biden menghabiskan 148 juta dollar AS untuk iklan kampanye. Adapun Trump hanya membelanjakan 56 juta dollar AS.
Fakta-fakta itu tetap belum menghilangkan kecemasan tim Biden. Apalagi, berbeda dengan Trump yang ligat menemui massa, Biden lebih banyak di rumahnya di Delaware. Sepanjang Senin-Rabu, ia di sana merekam sejumlah video dan berkampanye virtual.
Sementara istrinya, Jill Biden, menemui pemilih di Michigan pada Selasa. Di sana Jill, antara, lain menemui komunitas Arab. Dalam kampanye kepada komunitas Arab, ia antara lain didampingi Rashida Tlaib, anggota DPR AS dari Demokrat. Tlaib merupakan perempuan politisi keturunan Palestina.
Selain didukung Jill dan Tlaib, kampanye untuk Biden juga dilakukan oleh Obama di Philadelphia, kota terbesar di Pennsylvania. Obama sudah menyatakan sokongan kepada Biden beberapa bulan lalu. Ia baru kali ini terjun berkampanye di hadapan massa. Karena alasan kesehatan, semua yang hadir dalam kampanye Biden, oleh Obama, diwajibkan tetap di dalam mobil.
Berbeda dengan cara kampanye Trump yang selalu berupa kumpulan orang dan sebagian tidak mengenakan masker. Meski pernah terinfeksi Covid-19, Trump tetap tidak menerapkan protokol kesehatan ketat, seperti menjaga jarak dan mengenakan masker. Ia bolak-balik mengejek Biden yang selalu mengenakan masker. (AP/REUTERS)