Permintaan produk perikanan dalam kaleng meningkat. Peningkatan itu, antara lain, untuk memenuhi kebutuhan bantuan sosial masyarakat.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan produk perikanan dari dalam negeri dan luar negeri terus meningkat. Penjualan ritel mendominasi pasar, salah satunya ditopang pola pemasaran secara dalam jaringan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengatakan, permintaan ekspor produk perikanan untuk hotel, restoran, dan kafe mulai merangkak naik sejak Juli 2020. Komposisi pasar untuk lapangan itu tersebut sekitar 40 persen dibandingkan dengan kondisi normal atau meningkat dari kondisi awal pandemi yang hanya tinggal 20 persen.
Sementara itu, pasar ritel produk perikanan terus tumbuh dan mendominasi permintaan pasar perikanan. Pemasaran ritel tumbuh, antara lain, didukung pemasaran secara dalam jaringan. ”Pasar ritel tumbuh 20 persen dibandingkan dengan kondisi normal. Produk siap masak dan siap makan semakin laris,” kata Budhi, Kamis (22/10/2020).
Pemasaran ritel tumbuh antara lain didukung pemasaran secara dalam jaringan.
Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (Apiki) Ady Surya menyampaikan, perusahaan pengalengan ikan sudah masuk ke pemasaran secara daring dengan menyasar pasar ritel. Produk ikan kalengan menjadi salah satu produk pangan yang diminati pasar karena dinilai aman, sehat, dan bergizi.
Permintaan produk ikan kaleng melejit selama pandemi Covid-19, yang sekitar 60-70 persen, di antaranya untuk kebutuhan bantuan sosial (bansos) bagi masyarakat terdampak Covid-19. Namun, permintaan produk ikan kalengan di dalam negeri yang melonjak selama enam bulan pandemi Covid-19 kini mulai melandai.
Pada April-Mei 2020, permintaan ikan kaleng sekitar 400.000-500.000 karton atau sekitar 25-30 juta kaleng. Mulai Juni-Agustus 2020, permintaan produk ikan kaleng terus meningkat hingga 200 persen. Pelaku usaha sempat kewalahan memenuhi permintaan kaleng dan bahan baku ikan sehingga mengimpor bahan baku. Memasuki September 2020, permintaan produk ikan kaleng melandai. Namun, permintaan untuk pasar ekspor terus meningkat.
Pemerintah berencana menggulirkan bansos untuk Covid-19 berupa produk ikan kaleng hingga 2021.
Meski demikian, Apiki belum memperoleh informasi perihal kebutuhan ikan kaleng untuk bansos. Padahal, suplai bahan baku tergantung musim penangkapan ikan yang berubah-ubah sesuai kondisi iklim.
”Kami berharap ada informasi terkait kebutuhan pasokan bansos dan waktu distribusi sehingga dapat disiapkan bahan baku sesuai kebutuhan,” kata Ady.
Pemerintah berencana menggulirkan bansos untuk Covid-19 berupa produk ikan kaleng hingga 2021.
Bahan baku ikan kaleng berupa ikan lemuru bersumber terutama dari Selat Bali, Muncar (Jawa Timur), dan Pengambengan (Bali). Selain itu, ada juga ikan yang ditangkap di Laut Jawa serta perairan selatan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Ekspor
Secara terpisah, Direktur Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Machmud Sutedja memaparkan, produk ikan kaleng untuk tujuan ekspor cenderung meningkat. Per September 2020, pertumbuhan ekspor, antara lain, untuk sarden kaleng ke hampir seluruh negara tujuan.
Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, nilai ekspor perikanan pada semester I-2020 sebesar 2,4 miliar dollar AS atau tumbuh 6,9 persen secara tahunan. Adapun volume ekspor per semester I-2010 sebanyak 596.170 ton. Komoditas ekspor utama berupa udang, tuna dan cakalang, cumi, sotong, gurita, rajungan dan kepiting, serta rumput laut.