Puting Beliung di Kabupaten Bekasi Rusak 64 Bangunan, Tak Ada Korban Jiwa
›
Puting Beliung di Kabupaten...
Iklan
Puting Beliung di Kabupaten Bekasi Rusak 64 Bangunan, Tak Ada Korban Jiwa
Kehadiran fenomena La Nina membuat risiko bencana hidrometeorologi meningkat pada musim hujan kali ini.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puting beliung menghantam sejumlah lokasi di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (23/10/2020) siang, dan merusak 64 bangunan. Sejauh ini tidak ada laporan korban luka ataupun meninggal.
”Secara umum, Kabupaten Bekasi saat ini memang rawan bencana puting beliung, seperti juga terjadi minggu lalu di Serang Baru,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi Muhammad Said saat dihubungi pada Jumat sore.
Puting beliung melanda Kecamatan Serang Baru tanggal 16 Oktober sekitar pukul 16.30. Kejadian itu mengakibatkan 13 rumah rusak di Desa Jaya Sampurna.
Said menuturkan, salah satu faktor pemicu munculnya puting beliung adalah kondisi pancaroba atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan. Fenomena tersebut juga berpotensi muncul pada pergantian dari musim hujan ke musim kemarau. Karena itu, BPBD terus mengimbau masyarakat untuk mewaspadai cuaca ekstrem selama pancaroba ini.
Pada Jumat sekitar pukul 13.00, hujan disertai angin kencang datang, termasuk di wilayah Kecamatan Babelan. Hampir semua bangunan rumah, yang berjumlah puluhan unit, di satu desa dan satu kelurahan di kecamatan tersebut rusak karena tertimpa pohon atau akibat diterjang angin.
Di Desa Babelan Kota ada 58 rumah rusak di enam rukun tetangga (RT). Adapun di Kelurahan Bahagia terdapat lima rumah dan satu tempat makan yang rusak di tiga RT. Di Blok AK Pondok Ungu Permai, Kelurahan Bahagia, terdapat rumah yang atapnya berlubang akibat tertimpa pohon.
Sebelumnya, puting beliung merusak 30 rumah warga di Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Selasa (20/10/2020) sekitar pukul 18.00. Musibah itu mengakibatkan empat warga luka tertimpa atap asbes yang beterbangan diterjang angin.
Camat Koja Ade Himawan menyebutkan, rumah-rumah itu tersebar di wilayah RW 007, tepatnya RT 005, RT 017, RT 018, dan RT 019. ”Warga bahu-membahu memperbaiki (rumah yang rusak). Kami bantu bersihkan sisa-sisa puing asbes melibatkan PPSU (petugas penanganan prasarana dan sarana umum), memberikan layanan kesehatan kepada warga yang terluka atau trauma,” ucap dia (Kompas.id, 21/10/2020).
Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pernah menyampaikan, 99 persen dari sekitar 2.000 kejadian bencana se-Tanah Air pada periode Januari-September merupakan bencana hidrometeorologi. Puting beliung merupakan salah satu bagian dari bencana tersebut. ”Bahaya hidrometeorologi tetap menjadi ancaman hingga akhir tahun ini,” ujarnya.
Dalam catatan BNPB tanggal 1 Januari-29 September, puting beliung merupakan jenis bencana dengan jumlah kejadian terbanyak kedua setelah banjir. Terjadi 791 kali banjir di Indonesia dalam periode tersebut, sedangkan kejadian puting beliung 573 kali. Setelah itu, urutan bencana dengan jumlah kejadian tertinggi adalah tanah longsor (387 kali), kebakaran hutan dan lahan (314 kali), gelombang pasang atau abrasi (26 kali), kekeringan (22 kali), gempa bumi (13 kali), dan erupsi gunung api (5 kali).
Kepala BNPB Doni Monardo menuturkan, kehadiran fenomena La Nina membuat risiko bencana hidrometeorologi meningkat pada musim hujan kali ini. Guna menanggulangi dampak kondisi tersebut, langkah yang bisa dilakukan, menurut dia, adalah identifikasi, koordinasi, rencana kontingensi, simulasi, dan sosialisasi.
La Nina adalah fenomena mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik yang memicu aliran massa udara basah ke wilayah Indonesia yang memiliki suhu muka laut lebih hangat. Jumlah curah hujan karena itu bakal di atas normal, terutama di selatan khatulistiwa.