Kemanusiaan merupakan isu yang melampaui ideologi, etnisitas, ras, status sosial, ekonomi, agama, bahkan afiliasi politik.
Oleh
Suhartono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masalah kemanusiaan merupakan isu yang melampaui ideologi, etnisitas, ras, status sosial, ekonomi, agama, bahkan afiliasi politik. Oleh karena itu, berbagai masalah global, termasuk pandemi Covid-19, akan dapat terpecahkan jika ada kebersamaan umat manusia untuk kemanusiaan.
Seusai bertemu dengan pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus di ruang perpustakaan pribadi Paus di Vatikan, Jumat (23/10/2020) waktu setempat, Wakil presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla, mengatakan, isu global yang sangat penting saat ini adalah kebersamaan dan persaudaraan kemanusiaan.
”Toleransi dan saling menghormati akan tercipta manakala pangkalan pendaratan dan pangkal tolak kita adalah rasa persaudaraan untuk kemanusiaan. Dari Zayed Award for Human Fratenity, kita harus bersama-sama mengawali,” ujar Kalla.
Sebelumnya, selama lebih kurang 70 menit, Kalla bersama empat anggota Dewan Juri Penghargaan Persaudaraan Kemanusiaan, yaitu Catherine Samba Panza, mantan Presiden Afrika Tengah; Adama Dieng, mantan Penasihat Khusus Sekjen PBB untuk Pencegahan Genosida; Kardinal Dominique Mamberti; dan Gubernur Jenderal ke-27 Kanada Michaelle Jean, bertemu dengan Paus.
Kelima juri Zayed Award for Human Fraternity itu juga didampingi Sekretaris Jenderal Komite Tinggi Persaudaraan Umat Manusia Mohamed Mahmoud Abdulsalam. Kalla ditunjuk menjadi salah satu juri dalam anugerah tersebut untuk mewakili kawasan Asia.
”Paus memberikan filosofi arti daripada human fraternity, kebersamaan manusia dan persaudaraan. Hal ini sangat penting karena dewasa ini, saat dunia mengalami banyak krisis, hanya persaudaraan kemanusiaan yang dapat menyelesaikan setiap masalah global,” kata Kalla.
Dari pertemuannya dengan Paus, Kalla menambahkan, Paus juga berpesan mengenai pentingnya menjaga kerukunan antarumat manusia di dunia. ”Karena tidak ada perdamaian tanpa hubungan antarmanusia yang baik,” ujar Kalla.
Terhadap anggota Dewan Juri Zayed Award for Human Fraternity, Paus juga berpesan agar bersikap obyektif dalam memberikan penilaian terhadap nomine peraih penghargaan. Dewan Juri memang mendapatkan masukan dari Paus dan memberikan langkah-langkah apa yang menjadi bagian dalam penilaian karena ini untuk kemanusiaan,” kata Kalla.
Usulkan penemu vaksin
Sebelum bertemu dengan Paus, sehari sebelumnya, dalam rapat tatap muka dengan Dewan Juri Zayed Award for Human Fraternity, Kalla mengusulkan bahwa penemu vaksin dan obat Covid-19 layak mendapatkan penghargaan. ”Para penemu obat dan vaksin itu ibarat pahlawan karena dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia yang terpapar Covid-19,” katanya.
Mantan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, yang mendampingi Kalla ke Vatikan, mengatakan, masalah persaudaraan kemanusiaan kuat relevansinya dengan adanya bencana kemanusiaan, yakni Covid-19, yang kini melanda umat manusia.
”Hingga saat ini, vaksinnya, meskipun sudah diuji klinis, masih belum ada kepastian kapan dapat digunakan semua bangsa. Karena itu, tanpa rasa persaudaraan kemanusiaan, tak ada yang bisa menyelesaikan pandemi Covid-19 secara bersama-sama. Hanya kebersamaan, saya yakin, yang bisa menyelamatkan nasib umat manusia sekarang ini,” ujarnya.
Dewan Juri selanjutnya juga akan bertemu dengan Grand Sheikh Al Azhar, Sheikh Ahmad at-Thayyib di Kairo, Mesir. Agenda pertemuan mereka sama dengan saat mereka bertemu Paus Fransiskus, yakni meminta pandangan untuk rujukan penilaian terhadap nomine.