Padat Karya Mangrove Jadi Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional
›
Padat Karya Mangrove Jadi...
Iklan
Padat Karya Mangrove Jadi Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional
KLHK mendorong kegiatan padat karya penanaman mangrove sebagai upaya mendukung pemulihan ekonomi nasional selain memulihkan kondisi hutan mangrove. Program padat karya mangrove juga dilaksanakan di Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mendorong kegiatan penanaman mangrove oleh masyarakat menjadi kegiatan padat karya sebagai upaya mendukung pemulihan ekonomi nasional selain memulihkan kondisi hutan mangrove. Kegiatan padat karya penanaman mangrove dilaksanakan di 34 provinsi, termasuk di Bali.
Hal itu dikatakan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong dalam serangkaian kunjungan kerjanya di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (24/10/2020). Adapun kegiatan Alue di Desa Kutuh, Badung, antara lain menyerahkan bantuan bibit pohon, melepas tukik, dan mengadopsi terumbu karang (koral) hias hasil transplantasi, adalah rangkaian kunjungan kerja Alue di Bali sejak Kamis (22/10/2020).
”Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuat program padat karya mangrove sebagai bentuk dukungan upaya pemulihan ekonomi nasional,” kata Alue.
Program padat karya mangrove dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjangkau 34 provinsi di Indonesia, termasuk Bali, dengan hutan bakau yang direhabilitasi seluas 15.000 hektar. ”Di Bali akan dikerjakan seluas 100 hektar,” ujarnya.
Adapun sebaran lokasi program padat karya mangrove di Bali antara lain di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai. Menurut Alue, kondisi hutan mangrove di Bali termasuk masih baik dengan kondisi tutupan dan kerapatan hutannya masih terjaga.
Di Bali akan dikerjakan seluas 100 hektar. (Alue Dohong)
Untuk menjaga kondisi hutan mangrove di Bali itu, menurut Alue, pemerintah menggulirkan program padat karya mangrove, termasuk di Bali, yang juga menjadi upaya menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir di Indonesia.
”Hutan mangrove ini, kan, penting. Selain menjadi barrier pantai dari bencana tsunami dan lain-lain, juga sebagai tempat biota laut, misalnya kepiting dan udang,” kata Alue. Selain itu, hutan bakau juga berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim karena mangrove menyerap karbon dioksida.
Konservasi dan ekonomi
Dalam kunjungan kerjanya di Desa Kutuh, Alue menyerahkan bantuan bibit pohon kepada Desa Adat Kutuh dan Desa Kutuh sebagai bentuk dukungan atas program pelestarian hutan desa yang dikerjakan pihak Desa Adat Kutuh bersama Desa Kutuh.
Alue dan rombongan juga mengikuti program adopsi terumbu karang hias bersama Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara (KPKHN) dan pelepasan 100 tukik lekang (Lepidochelys olivacea) dari Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan di kawasan wisata Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Badung.
Bandesa (Kepala Desa) Adat Kutuh I Nyoman Mesir mengatakan, Desa Kutuh juga menjadi daya tarik wisata di Kabupaten Badung dengan keberadaan Pantai Pandawa dan kawasan wisata Gunung Payung Cultural Park. Mesir menjelaskan sedang mengadakan program hutan desa seluas 5 hektar, yang juga bertujuan menjadi program padat karya di masa pandemi Covid-19 selain untuk menjaga ekosistem hutan di Desa Kutuh, termasuk flora dan faunanya.
Mesir menambahkan, pihaknya mengajukan proposal program pelestarian hutan itu ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. ”Kami berharap dibantu,” katanya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Badung I Wayan Adi Arnawa menerangkan, pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap ekonomi daerah, terutama Pemerintah Kabupaten Badung yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan asli daerah. Aktivitas dan akomodasi pariwisata di Badung menyepi saat pandemi Covid-19.
Terkait program padat karya yang diluncurkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut, Arnawa menyatakan mendukung karena memberikan masyarakat pekerjaan dan penghasilan. ”Pemulihan lingkungan juga menjadi implementasi Tri Hita Karana,” kata Arnawa di Desa Kutuh.
Terkait penanganan dampak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi, Alue menyatakan pemerintah dan masyarakat di daerah, termasuk di Kabupaten Badung, dapat mengembangkan usaha yang tidak hanya dapat melestarikan lingkungan, tetapi juga memberikan sumber pendapatan baru. Alue mencontohkan pembudidayaan koral hias di Desa Kutuh dan program adopsi tukik di Bali.
”Saya prihatin atas dampak pandemi Covid-19 terhadap Bali, khususnya Badung,” kata Alue. Dia menyatakan semua elemen masyarakat dan pemerintah harus mampu beradaptasi dalam situasi kenormalan baru di masa pandemi Covid-19 dan tetap bersemangat.
Pemulihan lingkungan juga menjadi implementasi Tri Hita Karana. (I Wayan Adi Arnawa)
Menurut Alue, kegiatan budidaya terumbu karang hias dan program adopsi koral hias transplantasi yang dikembangkan Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara di Pantai Pandawa dapat menjadi contoh baik upaya konservasi terumbu karang dan sekaligus pemanfaatan hasil budidaya yang bernilai ekonomi.
Ketua Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara (KPKHN) Agus Joko Supriyatno mengungkapkan, pembukaan kembali ekspor karang hias hasil budidaya memberikan dampak positif terhadap kelompok-kelompok pembudidaya karang hias dan juga menjadi sumber pendapatan ekonomi yang diharapkan membantu ekonomi masyarakat, daerah, dan nasional. ”Karang hias hasil budidaya memperoleh pasar di luar negeri,” kata Joko.