Setelah kompak kalah akhir pekan lalu, Real Madrid dan Barcelona berambisi meraih kemenangan di laga el clasico. Duel edisi ke-245 itu menjadi upaya kedua tim untuk menghadirkan penampilan terbaik.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MADRID, JUMAT – Laga ke-245 el clasico yang mempertemukan Barcelona kontra Real Madrid di Stadion Camp Nou, Sabtu (24/10/2020) pukul 21.00 WIB, masih terlalu dini untuk menentukan penguasa Liga Spanyol edisi 2020-2021. Sebagai gantinya, salah satu duel terakbar di dunia itu akan menjadi ajang bagi Real dan Barca untuk mencari konsistensi di kompetisi domestik.
Pelatih Real Zinedine Zidane kehilangan sentuhan terbaiknya di awal musim 2020-2021. Real, yang berada di peringkat ketiga dengan raihan 10 poin dari lima laga, memang memiliki posisi lebih baik dari Barcelona, yang tertahan di peringkat kesembilan. Tetapi, di dua pertandingan terakhir Real
menderita kekalahan di rumah sendiri, Stadion Alfredo Di Stefano.
“Los Blancos” tumbang dari tim promosi Cadiz di laga kelima Liga Spanyol, 17 Oktober lalu. Kemudian, Real semakin menyentuh titik nadir setelah secara mengejutkan kalah dari Shakhtar Donestsk di laga pembuka Liga Champions dengan skor 2-3, Rabu (21/10).
Sebagai tim berpredikat juara bertahan Liga Spanyol, kondisi Real jelang el clasico amat tidak ideal. Selain menghadapi dua kekalahan beruntun, Zidane masih dipusingkan dengan penampilan inkonsisten oleh mayoritas skuadnya.
Di Liga Spanyol musim ini, pencetak gol terbanyak Real dipegang Vinicius Junior yang telah menciptakan dua gol. Tetapi, pemain berusia 20 tahun itu belum mampu menunjukkan ketajaman di setiap laga.
Dari lima pertandingan liga, Vinicius baru tiga kali diturunkan sejak menit awal. Sementara itu, Karim Benzema yang selalu masuk dalam 11 pemain inti “Los Blancos” baru mampu menciptakan sebuah gol. Jumlah itu tentu tidak sesuai harapan Zidane yang amat mengandalkan keduanya setelah melepas Gareth Bale dan James Rodriguez di bursa transfer musim panas lalu.
Di lini depan, Zidane masih memiliki Rodrygo, Eden Hazard, dan Marco Asensio, tetapi ketiga pemain itu bermain jauh lebih buruk dibandingkan Benzema dan Vinicius. Belum ada gol dan assist yang diciptakan tiga penyerang Real itu. Bahkan, Hazard masih menderita cedera sehingga belum sekalipun masuk dalam susunan pemain Real di musim ini.
Ketika lini depan mengalami kebuntuan, Zidane berharap kepada sang kapten, Sergio Ramos. Kekalahan dari Cadiz dan Shakhtar tidak lepas dari tidak adanya sumbangsih bek berusia 34 tahun itu. Pada pertandingan kontra Cadiz, Ramos hanya bermain selama 45 menit di babak pertama, lalu ia absen saat menghadapi Shakhtar. Atas dasar itu, Zidane berharap Ramos sudah pulih dari cedera lutut untuk bisa diturunkan sebagai pemain inti di Camp Nou.
Padahal, Ramos berperan ganda bagi Real saat merebut gelar juara liga musim lalu. Bek tim nasional Spanyol itu tidak hanya bertugas sebagai bek tangguh yang membawa Real menjadi tim dengan pertahanan terbaik, tetapi menjadi deputi pencetak gol terbanyak dengan 11 gol. Hanya Benzema yang menyumbangkan gol lebih banyak dibandingkan Ramos di musim 2019-2020. Dalam konferensi pers jelang el clasico, Zidane memastikan Ramos bisa dimainkan.
Meskipun tiba ke Camp Nou setelah menderita dua kekalahan, Zidane memastikan, seluruh skuadnya akan menampilkan permainan yang berbeda ketika menghadapi Barcelona. “El clasico adalah pertandingan istimewa
yang menjadi momen tepat untuk menunjukkan kekuatan kami yang sebenarnya,” ucap Zidane, Jumat (23/10/2020), dilansir laman klub.
Tanggung jawab pemain
Penampilan buruk Real di awal musim ini dianggap tidak pantas dibebankan kepada Zidane. Dalam jajak pendapat yang dilakukan Marca, selama Selasa hingga Kamis kemarin, sebanyak 62 persen dari 29.232 responden menilai
penampilan inkosisten Real disebabkan penampilan buruk seluruh pemain. Hanya 27 persen pendukung yang menganggap Zidane harus menjadi penanggung jawab tunggal atas dua kekalahan yang diterima Real dalam satu pekan terakhir.
Sementara itu, 9 persen responden menilai kekalahan itu disebabkan
ketiadaan fans yang mendukung di stadion. Adapun hanya 2 persen
responden jajak pendapat yang menganggap hasil buruk itu adalah kolaborasi kesalahan pemain dan Zidane.
“Kebangkitan Real sepenuhnya ada di tangan Zidane. Ia perlu menunjukkan
kembali kemanjuran dari pendekatan personal kepada skuad Real. Selama ini, Zidane mampu meningkatkan kepercayaan diri pemain yang menjadi penyebab skuad Real tampil luar biasa di setiap laga, seperti di akhir musim lalu," tulis kolumnis sepak bola Marca, Carlos Carpio.
Peran Fati
Di sisi lain, inkonsistensi juga menimpa Barcelona. Kondisi itu tidak lepas dari proses transformasi Barcelona di era pelatih baru Ronald Koeman. Di musim ini, Koeman mulai memberikan kepercayaan penuh kepada pemain muda, terutama penyerang muda Ansu Fati. Hasilnya, Fati telah mencetak tiga gol dalam empat laga bersama "El Barca" di liga musim ini. Jumlah gol itu melebihi sang kapten, Lionel Messi, yang baru menciptakan satu gol.
Namun, kepercayaan kepada pemain muda itu belum mampu memberikan konsistensi. Dalam dua laga terakhir di Liga Spanyol, Fati gagal mencetak gol ketika Barcelona ditahan imbang tanpa gol oleh Sevilla di Camp Nou, pada
laga ketiga, lalu tumbang dari Getafe pada akhir pekan lalu. Alhasil, “El Barca”
baru mengumpulkan tujuh poin dari empat pertandingan.
“Saat ini kedua tim tengah menghadapi tekanan yang besar karena hasil buruk pada pekan lalu. Tetapi, el clasico selalu bermakna spesial bagi kedua tim, sehingga kami berambisi kembali ke jalur kemenangan demi mencegah kebangkitan Real,” ucap Koeman kepada Sport. (REUTERS)