logo Kompas.id
Bastar-bastar Kebudayaan
Iklan

Bastar-bastar Kebudayaan

Dimensi representasi pun berubah, dari seni komik yang menggambarkan kebebasan dalam dunia tak direstui, menjadi jurnalisme komik yang bergulat dengan penyelundupan fakta keluar dari lingkungan terali besi.

Oleh
Seno Gumira Ajidarma
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/HsRmz0qVmT6IKhgMyJYFs9nJloc=/1024x1451/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2FBastar-Seno1_1603517966.jpg

Masihkah komik berstatus bastar seperti yang dinyatakan Jan Mintaraga? Disebut bastar, sebagai anak yang tidak pernah diakui orangtuanya, yakni susastra dan seni rupa, menurut dia:”… komik membentuk ras baru dengan segala caci maki. Nasib bastar memang cenderung selalu malang dan kurang beruntung” (Kompas, 9/5/1983: iv-v).

Hari ini, ketika komik juga disebut sebagai novel grafis, dengan maksud ”berkualitas susastra”, tetapi sebaliknya pascamodernisme menghapus hierarki estetik sebagai produk budaya politik, mungkinkah pernyataan itu sudah tidak berlaku lagi?

Editor:
nurhidayati, Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000