Sekalipun kekuatan gempa tektonik M 5,9 yang mengguncang Pangandaran relatif kecil, guncangannya cukup kuat dan merusak. Diduga karena sumbernya berada di lengan lempeng dan relatif dangkal.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tiga orang terluka dan puluhan rumah rusak akibat gempa bumi berkekuatan M 5,9 yang melanda selatan Jawa Barat pada Minggu (25/10/2020) pukul 07.56 WIB. Sekalipun kekuatan gempa relatif kecil, guncangannya cukup kuat dan merusak, diduga karena sumbernya berada di lengan lempeng dan relatif dangkal.
Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, akibat gempa kerusakan di zona subduksi Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Barat pada Minggu (25/10/2020), kerusakan rumah terjadi di lima kabupaten, yaitu 5 unit di Kabupaten Pangandaran, 13 unit di Ciamis, 7 unit di Tasikmalaya, 1 unit di Garut, dan 2 unit di Tasikmalaya. Sementara korban luka, 2 orang di Ciamis dan 1 orang di Tasikmalaya.
Kepala Pusat Gempa Bumi BMKG Rahmat Triyono mengatakan, episenter terletak pada koordinat 8,2 Lintang Selatan dan 107,86 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 88 kilometer arah barat daya Kota Pangandaran, Jawa Barat. Pusat gempa berada di kedalaman 62 kilometer.
Sementara guncangan gempa dirasakan di Pangandaran hingga berskala III-IV Modified Mercalli Intensity (MMI), yang artinya dirasakan banyak orang dan menyebabkan jendela dan pintu rumah berderik. Adapun di Kuningan, Garut, dan Cilacap dengan skala III MMI, yang berarti getaran dirasakan nyata di dalam rumah seperti ada truk berlalu. Di Kabupaten Bandung, Kebumen, Kutoarjo, Banyumas, Banjarnegara, Kulonprogo, Bantul, Gunung Kidul, dan Yogyakarta, gempa dirasakan dengan kekuatan II-III.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, melihat kuatnya guncangan dan dirasakan di wilayah yang luas, pusat gempa diduga berada di sekitar bidang kontak antarlempeng. ”Ini ciri gempa intraplate akibat adanya deformasi dalam lengan lempeng Indo-Australia. Melihat kedalamannya, pusat gempa ini berada di bawah bidang kontak deformasi, jadi pas di bidang lempengnya,” katanya.
Peningkatan aktivitas
Sekalipun gempa kali ini menimbulkan dampak yang relatif kecil, Daryono berharap masyarakat di selatan Jawa Barat meningkatkan kewaspadaan. ”Zona gempa selatan Pangandaran dan Sukabumi akhir-akhir ini meningkat aktivitasnya. Zona gempa di Bayah, Banten, juga aktif, lebih dari 24 gempa kecil dan beberapa hari terakhir,” katanya.
Zona gempa bumi selatan Jawa Barat diketahui menyimpan gempa besar. Berdasarkan studi terbaru oleh tim peneliti dengan penulis pertama S Widiantoro dari Global Geophysics Research Group Institut Teknologi Bandung (ITB), zona subduksi di selatan Jawa ini berpotensi dilanda gempa besar berkekuatan hingga M 9,1 yang bisa memicu tsunami hingga 20 meter. Kajian ini telah dipublikasikan di jurnal internasional Nature, Kamis (17/9/2020).
Kajian terpisah dengan pendekatan paleotsunami oleh Eko Yulianto dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan timnya telah menemukan perulangan tsunami di selatan Jawa. Jejak tsunami kuat terakhir diperkirakan terjadi 400 tahun.