Korban Meninggal di Tangerang Selatan Terus Bertambah
›
Korban Meninggal di Tangerang ...
Iklan
Korban Meninggal di Tangerang Selatan Terus Bertambah
Kasus kematian akibat Covid-19 di Tangerang Selatan terus bertambah. Peran Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di tingkat RT/RW diakui belum maksimal.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di Kota Tangerang Selatan, Banten, terus bertambah. Di sisi lain, penambahan jumlah kasus positif belum dapat ditekan. Kinerja satuan tugas percepatan penanganan Covid-19 tingkat rukun tetangga dan rukun warga diakui belum maksimal.
Dari data Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (25/10/2020), terungkap jumlah korban meninggal akibat Covid-19 mencapai 78 orang. Adapun jumlah korban meninggal dengan status probable bertambah satu orang menjadi enam orang. Kondisi itu membuat Kota Tangsel belum dapat keluar dari zona merah penyebaran Covid-19.
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan, saat ini pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Tangerang Raya diperpanjang selama satu bulan ke depan hingga 19 November 2020. Ia mengakui adanya penambahan jumlah kematian akibat Covid-19. Namun, juga menyebut tingkat kesembuhan pasien tergolong tinggi.
”Kalau dilihat dari angka kesembuhan, Tangsel naik di atas 80 persen lebih. Tapi, angka kematian masih ada sehingga ini pekerjaan rumah bagi kita semua,” ujar Airin.
Ketika ditanya mengenai penyebab jumlah kematian yang terus bertambah, Airin belum dapat menyimpulkan. Termasuk apakah kematian disebabkan penanganan medis yang terlambat atau fasilitas kesehatan yang kurang.
Ia mengatakan, pihaknya akan mendalami terlebih dulu situasi yang terjadi di lapangan. Hingga Minggu siang, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di Tangsel bertambah dua orang menjadi total 143 orang.
”Ini yang terus kami evaluasi sehingga semaksimal mungkin kami dorong orang yang sakit diusahakan bisa sembuh,” katanya.
Penambahan kasus Covid-19, diakui Airin, salah satunya disebabkan kinerja Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 tingkat rukun tetangga dan rukun warga (RT/RW) belum maksimal. Satgas RT/RW berperan dalam mengedukasi warga agar menjadikan protokol kesehatan (menjaga jarak, rajin mencuci tangan, dan memakai masker) sebagai kebutuhan.
”Ini kami terus dorong karena belum 100 persen bergerak secara maksimal,” ujarnya.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel Deden Deni membantah tudingan bahwa peningkatan jumlah korban meninggal Covid-19 disebabkan proses tes, pelacakan kontak, dan perawatan tidak dijalankan secara optimal.
Menurut Deden, upaya tes dan pelacakan kontak serta perawatan pasien terus berjalan. Meski demikian, Deden enggan memberikan data mengenai jumlah tes dan pelacakan kontak yang sudah dilakukan Dinkes Tangsel.
”Begitu ada hasil tes positif, puskesmas di wilayah pasien tersebut otomatis akan turun dan melakukan tracing,” kata Deden.
Berjalan longgar
Meski PSBB Tangerang Raya diperpanjang selama satu bulan, Airin mengatakan, tidak ada perubahan mendasar dibanding PSBB sebelumnya. Pelonggaran tetap diberlakukan sehingga restoran, kafe, dan pusat perbelanjaan masih diizinkan beroperasi. Kondisi ini menyebabkan timbulnya kerumunan warga yang menghabiskan waktu akhir pekan di kafe dan restoran.
Upaya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Tangsel yang terus menertibkan kerumunan dan pelaku usaha yang melanggar aturan PSBB belum maksimal karena pelanggaran masih dapat ditemui akibat kesadaran masyarakat yang rendah.
Sebelumnya, epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengingatkan, di masa pelonggaran ini, agar efektif, pemerintah daerah dan pusat harus terus mengawasi serta membatasi mobilitas warga, memasifkan tes PCR, serta menggencarkan penelusuran kontak.