Kemenangan Real Madrid pada laga "el clasico" di Stadion Camp Nou, Sabtu malam, menjadi pijakan besar mereka untuk melewati tren buruk sepekan terakhir. Sebaliknya, Barca kian terpuruk akibat kekalahan 1-3 itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BARCELONA, SABTU - Real Madrid mengalahkan Barcelona 3-1 pada duel el clasico edisi ke-245 yang digelar di Stadion Camp Nou, Sabtu (24/10/2020) malam WIB. Kemenangan itu menjadi pijakan besar Real untuk menaikkan kembali kepercayaan diri mereka seusai tampil buruk sepekan terakhir.
Untuk pertama kalinya, tidak ada 90.000 penonton yang hadir untuk mendukung Barca pada el clasico di Liga Spanyol itu. Laga ”hantu” yang senyap itu dimanfaatkan sangat baik oleh tim tamu.
Kemenangan Madrid berawal dari hadiah penalti di awal babak kedua. Sang kapten Real, Sergio Ramos, mendapat penalti setelah ditarik bek Barca, Clement Lenglet. Ramos mengeksekusi sendiri penalti itu dan membuat tim unggul 2-1.
Tuan rumah kehilangan dominasinya setelah gol tersebut. Sempat mendapatkan beberapa peluang, Barca tidak lagi mampu menembus pertahanan Real yang menumpuk seluruh pemainnya di separuh lapangan.
Perjudian pun dilakukan Manajer Barca Ronald Koeman dalam 10 menit terakhir dengan memasukkan empat pemain bernaluri menyerang, di antaranya Antoine Griezmann dan Ousmane Dembele. Namun, hal itu justru membuat keseimbangan mereka hilang dan berujung petaka.
Serangan balik
Real, sang juara bertahan Liga Spanyol, kian leluasa menyerang balik karena minimnya jumlah pemain bertahan Barca. Puncaknya, gelandang pengganti, Luka Modric, menyudahi perlawanan Lionel Messi dan rekan-rekan lewat gol di menit ke-90. Ia dengan tenang melewati kiper Barca yang tampil baik di laga itu, Neto, sebelum mencetak gol pamungkas Real.
Hari ini, kepercayaan diri kami kembali dan siap untuk menghadapi laga-laga berikutnya.(Thibaut Courtois)
Tim tamu pun meraih kemenangan pertamanya dalam tiga tahun terakhir pada ajang Liga Spanyol di Camp Nou. Tak pelak, kemenangan itu menaikkan kepercayaan diri Real.
”Sepekan terakhir tidak mudah bagi kami, kalah dari Cadiz dan Shakhtar. Orang-orang sempat meragukan kami. Namun, kami tidak demikian. Hari ini, kepercayaan diri kami kembali dan siap untuk menghadapi laga-laga berikutnya,” ujar kiper Real Madrid, Thibaut Courtois, seusai laga itu.
Berkat kemenangan itu, Real kembali merebut puncak klasemen Liga Spanyol dengan koleksi 13 poin dari enam laga. Adapun Barca masih terpuruk di papan tengah dengan koleksi tujuh poin. Hasil itu mengobati luka Real yang kalah beruntun dalam dua laga terakhir, masing-masing di Liga Spanyol dan Liga Champions Eropa.
Bagi Real, mengalahkan Barca di markas sendiri dalam el clasico bagaikan memenangkan hadiah ganda. Selain memperlebar jarak di klasemen, mereka juga sukses membuat sang rival abadinya itu semakin merana dengan tren buruknya.
Fase krisis di Barca
Dalam sepekan terakhir, Barca dua kali kalah beruntun di Liga Spanyol, yaitu dari Getafe dan Real Madrid. Hal ini pun memaksa skuad asuhan Koeman itu memasuki fase krisis dengan hanya meraih satu poin dalam tiga laga terakhir di liga.
Penurunan performa Barca itu terlihat dari kiprah bintangnya, Lionel Messi, akhir-akhir ini. Ia gagal memukau, kemarin. Bahkan, sepanjang awal musim ini, ia baru sekali mencetak gol dari lima laga di Liga Spanyol. Gol semata wayang itu pun didapat melalui titik penalti.
Menurut Rivaldo, mantan pemain Barca, kekalahan itu tidaklah diharapkan oleh bekas klubnya. Barca membuang kesempatan menekan Real yang sedang kehilangan rasa percaya diri sebelum laga itu. Kekalahan ini pun bisa berdampak besar. Hasil el clasico selalu bisa mengangkat atau justru menjatuhkan moral pemain.
Hasil tersebut mempertegas prediksi Rivaldo yang meyakini Real masih lebih superior dibandingkan Barca, seperti musim lalu. ”Saya sudah katakan pada awal musim, Madrid lebih punya peluang di atas Barca untuk mempertahankan gelar,” katanya.
Mantan Manajer Barca, Josep Guardiola menilai, klub besar seperti Real Madrid memang terkadang sulit menemukan ritme di awal musim. Namun itu sebuah hal yang biasa. Kemenangan di el clasico sangat berharga karena mereka tampaknya sudah mendapatkan ritmenya untuk kembali mempertahankan gelar juara.
Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane mampu mengembalikan ketenangan di ruang ganti. Sebelumnya, kursi pelatihnya dikabarkan terancam karena rentetan hasil buruk. Meski begitu, sebelum laga el clasico, dia sudah menjamin isu itu tidak akan mengganggunya. Dia pun membuktikan ucapannya.
”Saya tidak akan menyangkalnya (isu pemecatan). Yang harus saya lakukan hanya menuntaskan pekerjaan ini. Hal yang lain tidak relevan,” ucapnya sehari sebelum el clasico itu.
Kemenangan ini menunjukkan dominasi Madrid dalam el clasico di dua musim terakhir. Karim Benzema dan rekan-rekannya dua kali menang dan sekali imbang dalam tiga pertemuan terakhir di liga.
Ronald Koeman pun mencicipi kekalahan perdananya di laga el clasico. Timnya tampak belum menyatu musim ini. Selain kehadiran pelatih baru, Koeman, mereka juga membuang banyak pemain bintangnya, seperti Luis Suarez dan Ivan Rakitic.
Situasi ini membuat Messi membutuhkan waktu beradaptasi untuk bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dia tidak lagi disokong oleh para pemain yang sudah terbiasa dengan permainannya.
Di sisi lain, salah satu pendukung setia Barca, Joan Betran, mengatakan, laga ini bukan el clasico sesungguhnya. Hal itu tidak terlepas dari absennya penonton, ”Ini bukan hanya soal pertandingan sepak bola. Ini tentang seputar permainan, rutinitas kami, atmosfer, dan juga gairah,” ucapnya.
Sementara itu, pemain Barca, Sergino Dest, berkata, timnya ingin melupakan kekalahan itu dan beralih fokus ke laga berikutnya. Mereka akan menghadapi Juventus di Liga Champions, Rabu mendatang.(AP/AFP)