Al Qaeda masih terus melawan meski Pemerintah AS sudah menarik mayoritas pasukannya dari Afghanistan sesuai kesepakatan untuk memuluskan dialog intra-Afghanistan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
KABUL, MINGGU — Buron paling dicari Biro Investigasi Federal Amerika Serikat atau FBI yang selama ini menjadi spesialis propaganda kelompok Al Qaeda, Husam Abd al-Rauf, atau dikenal juga dengan nama Abu Muhsin al-Masri, tewas terbunuh dalam pertempuran sengit di Provinsi Ghazni, Afghanistan.
Badan intelijen Direktorat Keamanan Nasional Afghanistan mengumumkan kabar ini melalui akun Twitter-nya, Minggu (25/10/2020).
Informasi ini menunjukkan Al Qaeda masih terus melawan meski Pemerintah AS sudah menarik mayoritas pasukannya sesuai persyaratan dalam kesepakatan perdamaian intra-Afghanistan.
Bahkan, Sabtu lalu saja masih terjadi ledakan bom bunuh diri di pusat pendidikan di Kabul hingga menewaskan 24 orang.
Pasukan keamanan Afghanistan juga masih bertempur dengan kelompok Taliban. Padahal, proses perundingan perdamaian antara pemerintah dan Taliban masih berlangsung di Qatar.
Gejolak kekerasan dan kabar tewasnya Rauf ini dikhawatirkan akan mengancam proses perundingan itu dan berisiko kembali menyeret Afghanistan ke dalam konflik yang tidak berkesudahan. Bahkan, rencana penarikan pasukan AS yang sudah berada di Afghanistan selama 19 tahun itu buyar.
Rincian informasi terkait kematian Rauf masih belum jelas. Kelompok Al Qaeda juga belum mengonfirmasi kabar ini. Pasukan Afghanistan mulai menyerang kelompok-kelompok militan di Distrik Andar, Ghazni, pekan lalu.
Wakil Kepala Dewan Provinsi Ghazni, Amanullah Kamrani, mengatakan, pasukan khusus Afghanistan yang dipimpin badan intelijen Afghanistan menyerang daerah yang berada di bawah kendali Taliban itu. Mereka menyerang salah satu rumah di pinggiran desa dan tujuh orang yang diduga anggota Taliban tewas, salah satunya Rauf.
Juru bicara untuk kantor gubernur Ghazni, Wahidullah Jumazada, mengatakan, pasukan Afghanistan membunuh enam orang yang diduga anggota Taliban dalam pertempuran itu. Namun, tidak diketahui apakah Rauf termasuk salah satu korban.
Langgar kesepakatan
Kamrani menduga selama ini Taliban membantu melindungi Rauf dan memberinya tempat tinggal di daerah terpencil. Apabila dugaan ini benar, berarti Taliban melanggar salah satu syarat dalam kesepakatan perdamaian dengan AS pada 29 Februari lalu.
Di dalam kesepakatan itu disebutkan Taliban setuju untuk tidak bekerja sama dengan kelompok atau individu, termasuk Al Qaeda, yang mengancam keamanan AS dan sekutu-sekutunya.
Jaksa Federal di distrik selatan New York, AS, mengajukan surat perintah penangkapan Rauf pada Desember 2018. Ia dituduh memberikan dukungan pada organisasi teroris asing dan ikut berkonspirasi membunuh warga AS.
FBI memasukkan Rauf ke dalam daftat buronan ”Teroris Paling Dicari” yang di dalamnya terdapat 27 orang.
Rauf yang tercatat lahir tahun 1958 itu merupakan warga negara Mesir. Ia mulai bergabung dengan kelompok bersenjata yang melawan Uni Soviet pada 1986.
Selama empat tahun terakhir, ia memegang urusan media Al Qaeda dan bertugas menyiarkan pernyataan dari Al Qaeda baik melalui audio maupun artikel-artikel yang mendukung kelompok itu.
Setelah kematian pendiri Taliban, Mullah Omar, sempat tidak terdengar sepak terjang Rauf. Namun, ia muncul lagi tahun 2018 melalui pernyataan audio yang menghina Presiden AS Donald Trump.
”Saya menyebutnya ’Donald T-Rambo’ yang mencoba meniru Rambo dengan hanya bersenjatakan Kalashnikov mampu membebaskan seluruh Afghanistan dari Uni Soviet,” kata Rauf menurut Kelompok Intelijen SITE. (AP)