Warga Lansia dan Anak-anak Tetap Sambangi Taman meski Masih Dilarang
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membuka 16 taman selama masa PSBB transisi. Meski area taman masih terlarang untuk anak-anak dan warga lansia, mereka tetap memadati sejumlah taman di Jakarta pada Minggu pagi ini.
JAKARTA, KOMPAS — Kendati masih dilarang, warga lansia dan anak-anak masih berbondong-bondong mendatangi taman pada Minggu (25/10/2020) pagi. Bahkan, mereka yang tidak diperkenankan masuk rela beraktivitas di area luar taman.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setidaknya telah membuka 16 taman selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi ini. Taman-taman yang dibuka adalah taman yang berada di luar zona merah dan lokasinya mudah diakses warga.
Pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Untuk mencegah kerumunan, pengelola membatasi jumlah pengunjung hanya 25 persen dari kapasitas. Sementara warga lansia, anak berumur di bawah sembilan tahun, dan ibu hamil masih dilarang masuk.
Meski begitu, larangan ini tidak menyurutkan niat warga lansia dan anak-anak untuk datang ke taman. Seperti terlihat di Taman Cattleya, Jakarta Barat, pada Minggu (25/10/2020) pagi, warga lansia dan anak-anak masih bebas beraktivitas.
Salah satu pengunjung, Yulianto (43), pagi itu berkunjung ke Taman Cattleya bersama istri dan putranya yang masih berusia empat tahun. Pagi itu, putranya tampak bersemangat bermain ayunan bersama anak-anak lain.
”Niatnya penyegaran saja, sih, karena selama ini di rumah terus. Dia main juga di sekitar rumah saja,” kata warga Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, ini.
Sekitar 50 meter dari lokasi Yulianto, sejumlah anak juga terlihat bermain dengan fasilitas kebugaran taman. Padahal, selama PSBB transisi ini, sarana olahraga dan permainan anak di taman belum boleh digunakan.
Taman, menurut Yulianto adalah tempat bermain yang ideal bagi anaknya. Di sana, putranya bisa leluasa bermain dengan anak-anak sebaya di area yang luas dan asri. Dia menilai, hal semacam itu tidak dapat dilakukan di lingkungan rumahnya.
Karena itu, Yulianto selalu menyempatkan diri datang ke taman bersama anak dan istrinya setiap akhir pekan. Ia mengatakan selalu berpindah dari satu taman ke taman lain selama PSBB transisi ini.
”Sebelum ke sini tadi sempat ke Taman Suropati, Menteng. Tetapi, karena ramai, pindah saja, deh,” ujarnya.
Baca juga : Dinas Pertamanan Bantah Proyek Taman Terus Berlanjut
Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, juga dibanjiri pengunjung pada Minggu pagi. Tidak hanya di dalam area taman, pengunjung juga memadati area luar taman. Mereka yang beraktivitas di luar taman kebanyakan karena dilarang masuk oleh petugas.
Taman adalah tempat bermain yang ideal bagi anaknya. Di sana, putranya bisa leluasa bermain dengan anak-anak sebayanya di area yang luas dan asri. Menurut dia, hal semacam itu tidak dapat dilakukan di lingkungan rumahnya.
Arif (37), misalnya, terlihat berdiri di luar area taman Lapangan Banteng sambil memegang kereta dorong bayi. Karena masih membawa anak balita, ia tidak dapat masuk ke area taman. Alhasil, hanya istri dan anak sulungnya saja yang masuk ke taman.
”Iya, enggak boleh masuk. Di luar saja ini nunggu istri dan anak pertama,” katanya.
Arif dan keluarga berangkat dari rumah mereka di Depok, Jawa Barat, sekitar pukul 06.30. Awalnya, mereka berniat untuk berolahraga di kawasan Stadion Gelora Bung Karno, Senayan. Namun, sesampainya di sana, mereka dilarang masuk oleh petugas karena kedapatan membawa anak balita.
Gagal ke Senayan, Arif pindah lokasi ke Lapangan Banteng. Sesampainya di Lapangan Banteng, lagi-lagi anak balitanya dilarang masuk. ”Kalau selama ini, sih, pergi ke taman sekitar Depok. Di sana masih boleh bawa (anak) balita,” ujarnya.
Hal serupa dialami Yono (60) yang dilarang masuk karena sudah masuk kategori lansia. Padahal, saat itu, ia sudah bersemangat untuk bermain badminton dengan sang istri. Ia hanya bisa duduk di luar area taman sambil menjaga cucunya.
”Cucu juga enggak bisa masuk ini, usianya baru tiga tahun. Ya, sudah, main di luar saja akhirnya,” katanya sambil menenteng raket.
Didata
Semua pengunjung yang masuk ke Taman Lapangan Banteng wajib didata oleh petugas dengan menunjukkan kartu identitas. Petugas juga mengukur suhu tubuh pengunjung di pintu masuk.
Pengunjung yang berada di dalam area taman mayoritas melakukan aktivitas olahraga seperti joging dan badminton. Sayangnya, masih banyak pengunjung yang tidak memakai masker dengan baik dan benar.
Sementara itu, Taman Lapangan Banteng juga dipadati oleh pengunjung dari kalangan remaja. Mereka datang secara berkelompok. Bahkan, di beberapa lokasi, mereka terlihat berkerumun lebih dari lima orang.
Kerumunan juga terlihat di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Kendati masih ditutup, warga tetap memadati area luar taman. Beberapa anggota komunitas sepeda yang berkerumun di sana bahkan terpaksa dibubarkan oleh petugas keamanan taman.
Menurut Siregar (70), Taman Suropati memang ramai pada pukul 07.00-09.00. Ia yang saat itu jalan santai di area luar taman mengatakan kesulitan melintas saking padatnya warga.
”Ramai terus dari pagi tadi. Ya, mau gimana lagi, yang penting pakai masker terus saja,” katanya.
Baca juga : Di Rindangnya Taman Suropati, Ali dan Bingbing Berkenalan
Kendati usianya sudah berkepala tujuh, Siregar sama sekali tidak khawatir berkunjung ke taman. Ia rela berangkat dari rumahnya di Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menuju Taman Suropati bersama istrinya menggunakan sepeda motor.
”Niatnya mau lokasi yang enak saja buat jalan kaki. Sampai sini enggak tahu kalau ditutup. Ya, sudah di luar saja,” ujar pensiunan pegawai bank ini.
Pilih lokasi terdekat
Arsitek lanskap dan pegiat Kemitraan Kota Hijau, Nirwono Joga, sebelumnya mengatakan, keberadaan taman penting untuk menjaga kesehatan warga selama pandemi Covid-19. Meski begitu, ada beberapa hal yang patut diperhatikan warga sebelum pergi ke taman, seperti memilih lokasi taman yang terdekat dengan rumah.
”Sebisa mungkin ke taman yang bisa dijangkau dengan jalan kaki atau bersepeda dari rumah,” katanya.
Selain itu, warga harus selalu menjaga jarak fisik, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan memakai masker. Bahkan, jika perlu membawa masker cadangan. Hindari juga bersalaman dengan orang lain.
Warga yang merasa kurang bugar sebaiknya tetap berada di rumah. Hal ini bisa dicegah dengan melakukan pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki taman.
Hindari kerumunan, jaga etika batuk, dan bawa botol minum sendiri dari rumah. Selama berada di taman, hindari fasilitas di taman, seperti bangku taman, alat permainan anak, dan kolam air mancur.
Syahrizal Syarif dari Pengurus Pusat Bidang Politik dan Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menuturkan, taman bukanlah fasilitas publik yang berisiko. Meski begitu, jika akan dibuka, protokol kesehatan di taman harus tetap diatur.
”Taman adalah tempat yang bisa mendorong warga untuk berekreasi dan berolahraga. Hal ini penting agar kondisi fisik dan mental warga tetap terjaga dengan baik di masa pandemi,” katanya.
Ia menambahkan, pengelola taman bisa mengatur jumlah warga yang berkunjung, yakni berkisar 50-60 persen dari kapasitas maksimal. Selain itu, warga juga harus diatur agar memakai masker dan tidak berpapasan.