Keterbukaan Komunikasi Pengembangan Vaksin Dinanti
›
Keterbukaan Komunikasi...
Iklan
Keterbukaan Komunikasi Pengembangan Vaksin Dinanti
Keterbukaan dalam pengembangan vaksin dibutuhkan untuk mendapatkan kepercayaan publik apabila saatnya nanti dilakukan vaksinasi massal.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksin menjadi salah satu intervensi yang dibutuhkan dalam pengendalian Covid-19. Meski begitu, vaksinansi tidak bisa diberikan secara terburu-buru karena perlu memastikan keamanan dan efikasi yang sesuai standar. Komunikasi dan keterbukaan terkait dengan perkembangan vaksin pun dinanti agar kepercayaan publik bisa terbentuk.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan di Jakarta, Minggu (25/10/2020), menyampaikan, pengembangan vaksin Covid-19 harus dilakukan sesuai dengan standar pembuatan vaksin yang baik. Itu artinya, vaksin harus punya tingkat keamanan yang tinggi, tingkat efikasi atau kemanjuran yang optimal, serta proses pengembangan juga disampaikan secara terbuka.
”Khususnya pada uji coba vaksin Covid-19 yang dilakukan di Bandung kepada 1.620 masyarakat Indonesia hendaknya dikomunikasikan secara terbuka kepada masyarakat luas, di-review oleh reviewer internasional yang bereputasi serta mendapat izin penggunaan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),” katanya.
Meski begitu, Ede menilai, vaksinasi bukanlah solusi akhir dalam pengendalian pandemi Covid-19. Karena itu, upaya pencegahan penularan dengan gerakan promotif dan preventif harus lebih digencarkan. Gerakan ini juga perlu melibatkan semua unsur dan komponen bangsa secara lebih luas sehingga bisa menjangkau langsung masyarakat.
”Dalam konteks menghadapi Covid-19, fokusnya adalah konsistensi dalam pembentukan perilaku masyarakat yang disiplin terhadap protokol kesehatan, terutama memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan menjaga jarak,” ujarnya.
Menurut dia, cara tersebut lebih efektif memberikan keamanan kepada masyakarat dari ancaman penularan Covid-19. Semua pihak pun diharapkan bisa bersinergi untuk terus mengedukasi dan mengomunikasikan perubahan perilaku kepada masyarakat. Aparat keamanan juga diharapkan bisa melakukan pengawasan yang ketat.
Spesimen
Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik (PDS PatKlin) Aryati mengatakan, peningkatan kapasitas dalam pemeriksaan spesimen terkait Covid-19 juga terus dilakukan. Selain ketersediaan mesin PCR (polymerase chain reaction) yang digunakan untuk memeriksa spesimen Covid-19, kapasitas sumber daya manusia yang dibutuhkan juga turut ditingkatkan.
”Peran dokter spesialis patologi klinik kini semakin dibutuhkan saat ini. Setidaknya kami bertanggung jawab mulai dari pengambilan spesimen, pemeriksaan di laboratorium, sampai pada pelaporan hasil pemeriksaan. Sejumlah standar pemeriksaan pun sudah diterbitkan. Itu tergabung dalam pedoman penanganan Covid-19 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Dalam keterangan resmi, Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) yang juga Ketua Terpilih PB IDI Adib Khumaidi menyampaikan, profesi dokter saat ini dihadapkan dengan tantangan yang cukup besar, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Eksistensi dokter dipertaruhkan, sementara di lain sisi juga diharapkan pada tekanan untuk menjaga diri dari penularan Covid-19.
”Para dokter diharapkan tetap bisa meningkatkan perhatian pada inisiatif horizontal, seperti program jangka panjang, untuk memperkuat layanan kesehatan nasional, pelayanan kesehatan primer, dan pendidikan kesehatan masyarakat. Selain itu, dokter juga perlu terlibat dalam gerakan masyarakat dalam penyusunan inisiatif kesehatan,” ucapnya.
Laporan Satuan Tugas Penangnan Covid-19 pada 25 Oktober 2020 menunjukkan, kasus baru yang terkonfirmasi Covid-19 bertambah sebanyak 3.732 kasus sehingga total kasus di Indonesia menjadi 389.712 kasus. Sementara itu, total kasus sembuh sebanyak 313.764 kasus dengan tambahan sebanyak 4.545 kasus dan total kasus kematian menjadi 13.299 kasus dengan tambahan 94 kasus.
Namun, jumlah kasus yang diperiksa dalam sehari di laboratorium pemeriksaan menurun, yakni sebanyak 18.992 orang. Dilaporkan, dari 376 laboratorium pemeriksaan yang beroperasi, terdapat 148 laboartorium yang belum melaporkan hasil pemeriksaan spesimen. Pada hari sebelumnya, pemeriksaan mencapai 31.463 orang dalam sehari.