Lesi pada Jari dan Ruam Kulit Juga Gejala Covid-19
›
Lesi pada Jari dan Ruam Kulit ...
Iklan
Lesi pada Jari dan Ruam Kulit Juga Gejala Covid-19
Covid-19 muncul dalam berbagai manifestasi. Gangguan pada kulit sering kurang diperhatikan karena tidak mengkhawatirkan. Bagaimanapun setiap gejala perlu diwaspadai untuk memutus rantai penularan.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·5 menit baca
Gejala Covid-19 makin bervariasi. Tak hanya demam, sakit kepala, batuk, anosmia (kehilangan kemampuan mencium bau), sesak napas, nyeri otot, dan diare. Sejumlah laporan menunjukkan, bengkak dan merah pada jari, telapak tangan dan kaki, tumit, juga ruam berwarna merah mirip reaksi alergi pada tangan, kaki, atau bagian lain tubuh perlu diwaspadai sebagai gejala.
Menurut laman Covid Symptom Study, 14 September, data menunjukkan bahwa ruam kulit serta lesi (timbulnya jaringan abnormal pada kulit) jari tangan dan kaki khas Covid harus dianggap sebagai gejala utama infeksi SARS-CoV-2 jika tidak ada gejala lain.
Penelitian gejala Covid lewat aplikasi pada telepon genggam yang dilakukan tim dari King’s College London dan perusahaan di bidang kesehatan ZOE meminta para responden untuk mencatat kesehatan mereka dan potensi gejala baru Covid-19 setiap hari. Setelah sejumlah responden melaporkan ruam kulit yang tidak biasa, para peneliti memfokuskan perhatian pada data 336.847 pengguna aplikasi.
Didapatkan, 8,8 persen orang yang tes reaksi berantai polimerase (PCR)-nya positif mengalami ruam. Namun, ruam juga diderita 5,4 persen orang yang hasil tesnya negatif. Selain itu, ruam terlihat pada 8,2 persen orang yang tidak menjalani tes, tetapi mengalami gejala khas Covid-19 berupa batuk, demam, atau anosmia.
Tim lantas membuat survei daring, mengumpulkan informasi dari 11.546 orang yang mengalami ruam kulit dengan dugaan ataupun terkonfirmasi Covid-19. Sebanyak 2.328 orang menyertakan foto ruam yang dialami.
Hasilnya, 17 persen responden yang positif Covid-19 melaporkan ruam kulit sebagai gejala pertama. Dari total penderita ruam yang positif Covid-19, sebanyak 21 persen menyatakan ruam kulit merupakan satu-satunya gejala.
Ada tiga kategori ruam kulit terkait Covid-19. Pertama, urtikaria berupa benjolan pada kulit, bisa terjadi di bagian tubuh mana pun. Benjolan yang terasa gatal ini timbul dan hilang dalam hitungan jam.
Kedua, ruam mirip biang keringat atau cacar air. Berbentuk bintik-bintik kecil berwarna merah dan gatal, terutama di siku, lutut, tangan, dan kaki. Ruam jenis ini bisa bertahan beberapa hari, bahkan beberapa minggu.
Yang terakhir berupa lesi jari tangan dan kaki khas Covid mirip chilblains (lesi akibat terpapar suhu sangat dingin), yakni benjolan kemerahan dan keunguan pada jari tangan atau kaki. Bisa terasa nyeri, tapi tidak gatal. Jenis ruam yang banyak terjadi pada kaum muda ini paling spesifik untuk Covid-19.
Mengenali ruam menjadi penting dalam mengidentifikasi kasus Covid-19. Jika mengalami, segera isolasi diri dan melakukan tes untuk memastikan.
”Banyak infeksi virus dapat memengaruhi kulit. Tidak mengherankan jika terjadi ruam pada penderita Covid-19,” kata penulis penelitian, Veronique Bataille, dokter spesialis dermatologi di Rumah Sakit St Thomas dan King’s College London. ”Mengenali ruam menjadi penting dalam mengidentifikasi kasus Covid-19. Jika mengalami, segera isolasi diri dan melakukan tes untuk memastikan.”
Bataille dan kolega mengunggah hasil penelitian itu pada 11 Juli 2020 di medRxiv, laman untuk artikel kesehatan yang belum ditinjau sejawat. Peneliti menyatakan, manifestasi pada kulit lambat dilaporkan. Hal ini diduga karena perhatian tenaga medis lebih terfokus pada manifestasi di paru, ginjal, jantung, atau otak yang lebih mengancam jiwa pasien.
Manifestasi Covid-19 pada kulit didokumentasikan di China, tetapi prevalensinya sangat rendah, 0,2 persen dari 1.099 kasus di rumah sakit. Kemudian Italia melaporkan, 20 persen pasien di bangsal Covid-19 mengalami ruam kulit. Selain itu, ada 375 pasien dari Spanyol dan kelompok lain mengalami urtikaria, ruam seperti cacar air, serta lesi pada jari tangan atau kaki yang diduga akibat sumbatan pada pembuluh darah atau kerusakan pada dinding pembuluh darah kapiler.
Dengan menggunakan pendekatan populasi, Bataille dan kolega meneliti nilai diagnostik ruam kulit terkait infeksi SARS-CoV-2.
Dilaporkan dokter kulit
Sebetulnya, pada awal pandemi, para dokter spesialis kulit di Spanyol telah memperhatikan gejala tersebut. Dalam laporan Marta Mendieta‐Eckert dan kolega di International Journal of Dermatology, 24 April 2020, kelompok dokter spesialis kulit yang tergabung dalam Teledermasolidaria, yang melayani konsultasi melalui aplikasi dari Akademi Dermatologi dan Venereologi Spanyol, mendapatkan serangkaian kasus lesi kulit.
Awalnya, lesi berwarna kemerahan, menonjol dan padat menyerupai chilblains. Para dokter mendiagnosis, lesi itu bukan akibat dari fenomena Raynaud (terhambatnya aliran darah akibat penyempitan arteri yang memasok darah ke kulit) ataupun iskemia (kekurangan oksigen akibat terhambatnya aliran darah ke bagian tubuh tertentu). Sebagian pasien menyatakan, lesi nyeri saat diraba.
Ada enam kasus yang menjadi contoh. Para pasien berusia 15-91 tahun, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Lesi kulit terdapat di sejumlah bagian tubuh, seperti jari tangan, jari kaki, tumit, telapak kaki, lengan, dan paha. Dalam satu minggu, lesi berubah menjadi keunguan dan mengempis. Akhirnya, lesi hilang tanpa perawatan apa pun.
Umumnya pasien tidak menunjukkan gejala Covid-19 lain. Hanya mengeluhkan demam ringan dan sedikit sesak napas. Namun, ada dua pasien positif Covid-19 beberapa waktu sebelumnya.
Lesi serupa terjadi pada remaja dan dewasa muda di Italia dan Perancis. Saat itu, dokter kulit Spanyol belum bisa memastikan hubungan lesi dengan Covid-19. Namun, banyaknya konsultasi untuk lesi membuat mereka menduga, dalam konteks epidemiologi, itu merupakan respons kekebalan tubuh ketika jumlah virus dan infeksivitas rendah.
Berita di New York Times, 1 Mei yang diperbarui 11 September, memberitakan, lesi kulit dialami sejumlah anak, remaja, dan dewasa muda di Spanyol, Belgia, serta Italia. Namun, hasil tes Covid-19 sebagian pasien negatif.
Cynthia Magro dan kolega dari Sekolah Pascasarjana Ilmu Kedokteran Weill Cornell, Universitas Cornell, New York, dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal Translational Research, Juni 2020, juga menyinggung lesi kulit pada lima pasien yang sempat kritis di rumah sakit.
Penelitian dilakukan lewat otopsi pada dua pasien yang meninggal dunia serta biopsi paru dan kulit dari tiga pasien lain. Peneliti menemukan lesi akibat peradangan dan penggumpalan darah di pembuluh kapiler pada kulit serta paru.
Berbagai penelitian itu memastikan hubungan lesi dengan Covid-19. Hal tersebut bisa berupa dampak infeksi pada kulit ataupun gangguan pada pembuluh darah kapiler. Karena itu, lesi perlu diwaspadai sebagai gejala Covid-19 sampai terbukti hasil tes negatif. Dengan itu, sedikit banyak kita bisa mencegah penularan virus.