Pembangunan ”Jurassic Park” di Pulau Rinca Bakal Menghilangkan Keunikan Pulau Flores
›
Pembangunan ”Jurassic Park” di...
Iklan
Pembangunan ”Jurassic Park” di Pulau Rinca Bakal Menghilangkan Keunikan Pulau Flores
Pembangunan ”jurassic park” di Pulau Rinca di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, dinilai bakal menghilangkan keunikan kekayaan alam Manggarai Barat, Flores.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pembangunan ”jurassic park” di Pulau Rinca di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, dinilai bakal menghilangkan keunikan kekayaan alam Manggarai Barat, Flores, dalam kurun waktu 20-50 tahun. Investor dan sejumlah pihak akan mendapatkan keuntungan besar saat beroperasi, tetapi masyarakat tetap hidup miskin.
Sekretaris Komisi V DPRD Nusa Tenggara Timur daerah pemilihan Manggarai Barat, Johanes Rumat, di Kupang, Senin (26/10/2020), mengatakan, kehadiran betonisasi dan semenisasi di pulau itu bakal merusak lingkungan sekitar meski pembangunan itu telah melalui kajian berbagai aspek.
Pembangunan ”jurassic park” di Pulau Rinca yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, menurut Rumat, patut diwaspadai. Viral di media sosial seekor komodo menghadang truk yang sedang mengangkut bahan material bangunan itu sebagai pertanda alam.
”Pemerintah beralasan pembangunan itu sudah dikaji, para ahli sudah menentukan zona inti wilayah untuk berbagai keperluan. Ini versi teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada dalam kajian dan impian pemerintah, tetapi iptek itu bisa bertentangan dengan hukum alam di lapangan,” kata Rumat.
Komodo perlahan-lahan akan hilang karena pencemaran udara, kebisingan, masuknya alat-alat teknologi canggih, dan perusakan lingkungan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. (Johanes Rumat)
Ia mengatakan, dari sisi hukum alam, masyarakat Manggarai Barat tidak menginginkan pembangunan di dalam kawasan TN Komodo, baik di pulau kecil maupun pulau sedang. Masyarakat berharap semua pembangunan oleh Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores, dan pemerintah pusat diarahkan ke daratan Pulau Flores, bukan di dalam TN Komodo.
DPRD NTT mengecam pelaku yang mengandalkan iptek yang dinilai bisa menyelamatkan hewan komodo dan semua ekosistem melalui pembangunan jurassic park di Pulau Rinca. Keuntungan yang diperoleh dari pembangunan itu 10-30 tahun, tetapi setelah itu pengunjung akan bosan datang karena sudah terbiasa atau habitat itu tidak asing lagi.
”Binatang komodo perlahan-lahan akan hilang karena pencemaran udara, kebisingan, masuknya alat-alat teknologi canggih, dan perusakan lingkungan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya
Disebutkan di Afrika Selatan kondisi binatang-binatang buas perlahan-lahan punah setelah campur tangan manusia menguasai kawasan itu. ”Kondisi ini bakal sama nasibnya dengan binatang komodo di Manggarai Barat,” kata Rumat.
Peristiwa komodo menghadang truk, sesuai kepercayaan masyarakat adat Manggarai, merupakan sikap tidak setuju adanya pembangunan di pulau itu. Binatang itu, menurut kepercayaan masyarakat, pengejawantahan dari leluhur. Leluhur Manggarai tidak setuju akan pembangunan itu. Kalau leluhur tidak setuju, alam pun akan mengamuk, dan dampaknya bisa dirasakan beberapa tahun yang akan datang.
Menanggapi hal itu, Direktur Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores Shana Fatina mengatakan, sebaiknya tidak mengambil asumsi dari foto yang beredar karena persepsi bisa dibangun menjadi opini, bukan fakta. Foto yang beredar itu di Loh Buaya yang sedang dilakukan pembangunan.
Shana menyebutkan bahwa pemerintah sudah pasti mengutamakan kelestarian dan keseimbangan ekosistem dalam pembangunan di Pulau Rinca itu. Sejauh ini, pemerintah sangat peduli terkait pelaksanaan pembangunan di zona pemanfaatan Loh Buaya.
Jadi, pembangunan di Loh Buaya benar-benar memperhatikan semua aspek ekologi, sebagaimana yang sudah direncanakan dalam environment impact assessment atau kajian dampak lingkungan. (Shana Fatina)
”Pembangunan di Loh Buaya dilakukan dengan sangat hati-hati. Setiap pagi dilakukan briefing terkait keamanan dan keselamatan, bukan hanya pekerja, melainkan juga paling penting adalah keamanan satwa yang ada agar jangan sampai terganggu, juga sangat hati-hati dengan api dan lain-lain,” katanya.
Penggunaan truk untuk membawa tiang pancang yang berat, tetapi tetap memperhatikan semua aspek. ”Jadi pembangunan di Loh Buaya benar-benar memperhatikan semua aspek ekologi, sebagaimana yang sudah direncanakan dalam environment impact assessment atau kajian dampak lingkungan,” ujar Shan.
Mengambil keuntungan
Sebenarnya, menurut Rumat, Presiden Joko Widodo memiliki niat baik membangun Labuan Bajo, tetapi para eksekutor di lapangan dengan ambisi mementingkan diri dan kelompok ingin mengambil keuntungan dari kebijakan itu. Masyarakat Manggarai Barat tidak akan mendapatkan apa pun dari pembangunan jurassic park di Pulau Rinca itu.
”Para cukong itu sudah hitung, bakal meraup keuntungan besar dari kegiatan pembangunan itu, masyarakat lokal tetap miskin dan tak berdaya. Tidak mungkin mereka mengeluarkan uang miliaran rupiah, tidak mendapatkan keuntungan,” katanya.
Ia mengatakan, DPRD mendukung pembangunan Pariwisata Labuan Bajo, tetapi menolak betonisasi dan seminisasi pulau-pulau kecil di dalam TN Komodo. Setelah Pulau Rinca, para pemodal akan merambah ke pulau lain setelah mendapatkan keuntungan dari pembangunan tahap pertama.
Sejak awal perencanaan 2018, masyarakat sudah menolak rencana itu, tetapi pemerintah tetap ingin membangun. Niat dan rencana pemerintah ingin menghancurkan ekosistem di dalam kawasan TN Komodo termasuk binatang komodo sendiri.
Ia menilai, ada persaingan bisnis antara satu investor dan investor lain dalam pengembangan pariwisata Labuan Bajo. Yang menjadi korban adalah ekosistem dan habitat di dalamnya serta masyarakat sekitar.
Pembangunan itu memiliki agenda tersembunyi, yakni setelah menghancurkan TN Komodo, mereka akan mengalihkan destinasi wisata Labuan Bajo ke daerah lain. Ini motivasi utama mereka sehingga Flores yang disebut dengan ”Pulau Bunga” itu akan tak bernilai lagi.