Harry Kane dan Son Heung-min seolah memiliki hubungan telepatik yang membuat mereka bisa sangat produktif mencetak gol. Burnley menjadi tim terakhir yang merasakan duet maut itu.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
BURNLEY, SELASA — Tottenham Hotspur kembali meraih tiga poin dengan mengalahkan Burnley, 1-0, pada laga Liga Inggris, di Stadion Turf Moor, Selasa (27/10/2020) dini hari WIB. Spurs berhasil menembus pertahanan rapat Burnley berkat duet Harry Kane dan Son Heung-min yang kian mematikan.
Son mencetak gol tunggal dalam laga itu pada menit ke-76 setelah mendapat umpan dari Kane. Gol itu berawal ketika Spurs mendapat tendangan pojok. Kane mendapatkan bola itu dan menyundulnya ke arah Son yang berdiri bebas. Son pun tidak menemui kesulitan untuk menyundul bola itu ke dalam gawang.
Kane, sekali lagi, seolah tahu ke mana Son bergerak sehingga mampu membuat keputusan yang tepat dalam waktu sepersekian detik. ”Kane dan Son sudah lama punya hubungan yang bagus, tetapi pada musim ini mereka membawanya ke level yang lebih tinggi, mendekati ke level hubungan telepatik,” tulis BBC.
Gol di Turf Moor itu mengantar Kane dan Son ke peringkat kedua daftar kombinasi dua penyerang terproduktif dalam sejarah Liga Primer. Kombinasi mereka berdua selama ini telah menghasilkan 29 gol. Jumlah tersebut merupakan gol yang dihitung ketika Son mencetak gol dari asis Kane atau sebaliknya.
Kane dan Son berada di peringkat kedua dengan 29 gol bersama duet penyerang lainnya, yaitu David Silva dan Sergio Aguero (Manchester City), Robert Pires dan Thierry Henry (Arsenal). Adapun peringkat pertama duet penyerang terproduktif di Liga Inggris masih dipegang Didier Drogba dan Frank Lampard (Chelsea) dengan 36 gol.
Hingga laga keenam Liga Inggris musim ini, kombinasi Kane dan Son sudah menghasilkan 9 gol. Son pun berada di puncak daftar pencetak gol terbanyak sementara dengan delapan gol, sedangkan Kane sudah mencetak lima gol. Namun, Kane berada di puncak daftar penyumbang asis terbanyak sementara dengan delapan asis.
Salah satu laga yang menunjukkan ganasnya duet Kane-Son itu pernah terjadi pada akhir September lalu ketika mengalahkan Southampton, 5-2. Son mencetak empat gol dan semuanya berasal dari asis Kane, sementara Kane juga menyumbang satu gol.
Saya dan Sonny (panggilan akrab Son di Spurs) punya hubungan yang menyenangkan dan semoga akan terus berlanjut.
”Saya dan Sonny (panggilan akrab Son di Spurs) punya hubungan yang menyenangkan dan semoga akan terus berlanjut,” kata Kane. Kane pun merendah dengan mengatakan bahwa asisnya kepada Son dalam laga kontra Burnley itu tidak terlalu istimewa.
Namun, asis itu sangat efektif untuk membongkar pertahanan Burnley yang begitu rapat sejak awal laga. Manajer Burnley Sean Dyche pun merasa puas dengan penampilan timnya. ”Jika kami bisa selalu tampil seperti ini, kami mulai bisa menjaga diri,” kata Dyche.
Kekalahan bukan hal yang diinginkan setiap tim. Akan tetapi, bagi Dyche, hanya bisa kebobolan satu gol saat melawan Spurs yang sedang subur merupakan suatu prestasi. Spurs saat ini paling banyak mengoleksi gol dalam enam laga, yaitu 16 gol, tetapi mereka masih berada di peringkat kelima. Sementara Burnley masih berada di peringkat ke-18 dengan satu poin.
Manajer Spurs Jose Mourinho merasa mendapat ”warisan” berharga dari manajer Spurs sebelumnya, Mauricio Pochettino. Warisan itu berupa kumpulan pemain berkualitas, seperti Kane dan Son.
”Hubungn (Kane dan Son) sudah mulai terjalin sejak tim ditangani Pochettino. Saya tidak ingin mengklaim ini semua sebagai hasil kerja saya, tetapi ini juga hasil kerja Pochettino,” ujar Mourinho. Kane sudah bermain untuk Spurs sejak musim 2013-2014, sedangkan Son mulai musim 2015-2016.
Meski Pochettino gagal mempersembahkan trofi bagi Spurs, kualitas skuad racikan Pochettino terbukti mengalami peningkatan karena mereka mampu menembus laga final Liga Champions musim 2018-2019. Mourinho juga merasakan betapa beratnya menangani tim ketika Kane dan Son sama-sama cedera pada awal musim lalu.
Menurut Mourinho, timnya sudah memiliki lini serang yang tajam, tetapi ia masih membutuhkan satu hal, yaitu keseimbangan. ”Kami butuh stabilitas di lini belakang agar merasa lebih percaya diri,” katanya.
Ia tidak ingin laga memalukan, seperti saat ditahan imbang West Ham United, 3-3, terulang lagi. Spurs sudah unggul 3-0 pada 15 menit pertama, tetapi West Ham bisa menyamakan kedudukan pada menit-menit terakhir. Stabilitas dan keseimbangan adalah bekal selanjutnya bagi Spurs untuk bisa meraih trofi untuk pertama kalinya sejak 2008. (AFP/REUTERS)