Pada pekan terakhir menjelang pemilu presiden AS, kedua calon presiden tetap semangat berkampanye. Bahkan, Joe Biden, calon dari Demokrat, terlihat percaya diri untuk berkampanye di kantong suara Republik.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Seminggu menjelang pemilu presiden Amerika Serikat, pasangan calon presiden-wakil presiden dari Demokrat, Joe Biden-Kamala Harris, menyerang pertahana Presiden Donald Trump dengan berkampanye di kantong-kantong suara calon Republikan.
Pada Selasa (27/10/2020), misalnya, Biden berkampanye ke Georgia yang sejak tahun 1992 tidak mendukung Demokrat dalam pemilu presiden. Ia juga berencana menuju Iowa yang telah dimenangi Trump tahun 2016 lalu. Biden juga dijadwalkan berkampanye di Wisconsin, Michigan, dan Florida. Sementara Senator Kamala Harris pergi menuju Arizona dan Texas yang dikuasai Republikan sejak tahun 1994.
Jadwal kampanye yang agresif itu menjadi tanda kepercayaan diri tim kampanye Biden yang mencoba melebarkan sayap untuk meraih sebanyak mungkin dukungan dari 270 suara dewan elektoral.
Biden jarang berkampanye di lebih dari satu negara bagian dalam sehari. Sementara Trump terus berkeliling melintasi sejumlah negara bagian dan beralasan sedang membangkitkan kembali ekonomi yang dihantam pandemi Covid-19.
Kini, ketika Biden mulai terlihat lebih agresif Trump tetap fokus pada apa yang disebut negara bagian ”tembok biru” yang ia garap pada tahun 2016, yaitu Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsin. Pada Selasa, Trump dijadwalkan berkunjung ke Wisconsin.
Dalam beberapa tahun terakhir, Georgia telah menarik perhatian Demokrat karena meningkatnya jumlah pemilih warga kulit hitam dan warga pinggiran Atlanta menjauh dari Republik.
”Apabila ini adalah Georgia di tahun 2008 dan 2012, rasanya tidak mungkin kita akan melihat Biden datang di akhir-akhir masa kampanyenya,” ujar Nse Ufot, CEO New Georgia Project, yang bertujuan meningkatkan partisipasi pemilih terutama di kalangan minoritas. ”Ini sinyal keras sekaligus bahwa Georgia merupakan negara bagian yang diperebutkan.”
Melalui kampanyenya ke kantong-kantong Republik, Biden juga berharap bisa meningkatkan peluang calon dari Demokrat untuk maju sebagai anggota Senat di Georgia dan Iowa. Mantan Wakil Presiden AS itu juga berencana menyampaikan pesan penutupnya sebelum pemilu di Warm Springs, Georgia.
Pada Senin kemarin, kampanye Biden dan Trump difokuskan di Pennsylvania. Trump menarik ribuan pendukung yang umumnya datang tanpa memakai masker. Sementara Biden muncul dari seberang rumahnya di Delaware untuk menyapa sekelompok kecil pendukung yang berada di luar sekretariat kampanyenya di Chester.
Biden menyatakan, Donald Trump adalah ”orang paling buruk untuk memimpin kita melewati pandemi ini”. Trump membalasnya dengan mengatakan bahwa penantangnya dari Demokrat akan memberlakukan karantina wilayah yang tidak perlu. ”Adalah sebuah pilihan antara booming Trump atau karantina Biden,” kata Trump dalam kampanyenya di Allentown.
Semangat kedua calon presiden hingga pekan akhir menjelang pemungutan suara juga sejalan dengan antusiasme warga AS menggunakan hak pilihnya. Suhu hingga minus 18 derajat celsius dan antre lebih dari sejam pun tidak mampu memadamkan gairah warga AS untuk memilih pada pemilu 2020.
Hingga Selasa (27/10/2020) pagi WIB, Electproject.org mencatat, 64,3 juta pemilih telah menggunakan haknya lewat pemungutan suara dini. Elect Project didirikan pengajar ilmu politik pada University of Florida, Michael McDonald, untuk memantau surat suara yang masuk.
Dari semua surat suara yang masuk, 20,9 juta dicoblos pemilih di sejumlah tempat pemungutan suara. Sisanya dicoblos di rumah, lalu dikirim ke paniita pemungutan suara. Texas menjadi negara bagian dengan jumlah surat suara terbesar pada pemilu dini hingga saat ini. (AP)