Merayakan Dua Dekade Keriuhan Legenda ”Hybrid Theory”
›
Merayakan Dua Dekade Keriuhan ...
Iklan
Merayakan Dua Dekade Keriuhan Legenda ”Hybrid Theory”
“Hybrid Theory”, album debut Linkin Park, langsung meledak di pasaran dan mengantarkan band nu-metal asal Amerika Serikat itu ke panggung dunia. Tak pelak album ini terjual 12 juta kopi di seluruh dunia.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
Sabtu (24/10/2020) waktu Amerika Serikat menjadi hari yang spesial bagi para penggemar band rock nu-metal asal ”Negara Paman Sam”, Linkin Park. Hari itu, hadir kerumunan dunia maya Linkin Park Underground, sebutan akrab penggemar Linkin Park, di situs listeningparty.io untuk bersama-sama mendengarkan lagu-lagu dalam rangka perayaan dua puluh tahun dirilisnya album Hybrid Theory.
Selepas dirilis, album debut itu langsung meledak di pasaran dan mengantarkan Linkin Park ke panggung dunia. Tak pelak album ini terjual 12 juta kopi di seluruh dunia. Salah satu lagu di album ini, ”Crawling”, pun berhasil menyabet penghargaan Grammy untuk kategori Penampilan Hard Rock Terbaik pada 2002.
Kedahsyatan album itu tak menghilang walau waktu berlalu hingga dua dekade. Buktinya, sampai hari ini, lagu ”In The End” sudah diputar lebih dari 1 miliar kali di Youtube dan diputar 848 juta kali di aplikasi pemutar musik Spotify. Tak banyak lagu yang bisa mencapai prestasi itu hari ini.
Demi menjaga status legendaris itu, Linkin Park pun mengeluarkan album peringatan 20 tahun Hybrid Theory pada 9 Oktober lalu. Agar Linkin Park Underground (LPU) merasakan sensasi yang baru, album peringatan 20 tahun Hybrid Theory ini juga menampilkan lagu-lagu asli yang masih dalam bentuk demo studio yang belum dipoles, rekaman konser, dan lagu-lagu lama embrio band ini ketika masih bernama Xero.
Manajemen Linkin Park menawarkan beragam paket, mulai dari Limited Edition Super Deluxe Box, Vinyl Box Set, Deluxe CD, hingga Digital Download.
Dibanderol dengan harga 199,98 dollar AS (sekitar Rp 2,9 juta), Limited Edition Super Deluxe Box adalah paket komplet untuk para LPU. Paket itu berisi 5 CD album Linkin Park (Hybrid Theory, Reanimation, B-Side Rarities, LPU Rarities, Forgotten Demos), 3 DVD konser mereka (Fray Party Pankek Festival, Projekt Revolution 2002, Live The Fillmore 2001 digabung Live Rock AM Ring 2001), dan 3 mini album.
Tak hanya itu, paket ini juga menawarkan buku setebal 80 halaman berisikan foto-foto yang belum pernah dipublikasikan, reproduksi kaset, poster mendiang vokalis Chester Bennington berukuran 18 x 24 cm, dan replikasi kartu identitas tur. Mereka juga akan memperoleh tiga buah litografi karya para personel band, yakni Mike Shinoda dan Joseph Hahn berkolaborasi dengan seniman Frank Maddocks. Dalam waku sekejap, paket ini sudah ludes terjual.
Sementara paket lainnya, yakni Vinyl Box Set, Deluxe CD, dan Digital Download, dibanderol dengan harga masing-masing 59,98 dollar AS (Rp 861.000), 19,98 dollar AS (Rp 277.000), dan 49,98 dollar AS (Rp 715.000). Paket-paket ini juga menawarkan lagu-lagu langka yang baru rilis itu, tetapi tidak disertai barang-barang lainnya.
Belum sebulan dirilis, album ini langsung menunjukkan kelasnya sebagai legendaris. Album 20 tahun ini langsung melesat dan sempat menduduki peringkat kedua daftar album terbaik versi Billboard 200.
”Rasanya luar biasa setelah 20 tahun berlalu, kita bisa berkumpul di sini membicarakan album ini. Ini adalah kenyataan bermusik hari ini bahwa segalanya telah terhubung secara global melampaui apa yang tiap kita pernah bayangkan,” ujar gitaris Linkin Park, Brad Delson.
Rasanya luar biasa setelah 20 tahun berlalu, kita bisa berkumpul di sini membicarakan album ini. Ini adalah kenyataan bermusik hari ini bahwa segalanya telah terhubung secara global melampaui apa yang tiap kita pernah bayangkan.
”Terima kasih semuanya atas cinta dan dukungan kalian yang membawa kami mencapai 20 tahun sejak Hybrid Theory dirilis. Kami tak akan bisa mencapai ini tanpa kalian,” ujar disc jockey Joe Hahn.
Proses panjang
Jauh sebelum menjelma menjadi legenda, penggarapan album Hybrid Theory melewat proses yang panjang. Sejatinya Hybrid Theory adalah nama untuk grup musik sekstet ini.
Terganjal band lain dengan nama yang sama, akhirnya band ini berganti nama jadi Linkin Park, sebuah pelesetan dari taman Lincoln Park. Adapun nama Hybrid Theory diputuskan menjadi album debut ini.
Siapa juga yang menyangka, album ini pernah ditolak sebanyak 44 kali oleh berbagai perusahaan rekaman sebelum akhirnya diikat oleh Warner Music. Uniknya, sebelumnya Warner Music pernah tiga kali menolak album ini.
Materi lagu di album Hybrid Theory sejatinya adalah lagu-lagu demo studio saat band ini masih bernama Xero. Lagu yang saat ini dikenal dengan judul ”Forgotten” berasal dari lagu berjudul ”Rhinestone” yang digubah oleh Xero. Begitu juga dengan lagu ”A Place for My Head” berasal dari lagu berjudul ”Essaul”. Kedua lagu itu memiliki nada dan aransemen hampir serupa, tetapi lirik yang berbeda.
Namun, dari semua lagu lama yang baru dirilis itu, penggemar menantikan lagu-lagu yang belum pernah dirilis, antara lain ”She Couldn’t” dan ”Picture Board”. Pada lagu ini, aransemen band masih sederhana dan suara Chester masih terasa lebih lugu.
Meski demikian, lagu lama ini seakan menjadi lagu baru buat penggemar. Apalagi sejak kematian Chester pada pertengahan 2017 karena bunuh diri. Kepergian Chester sangat memukul LPU. Band ini pun belum lagi menelurkan album baru ataupun lagu baru sejak kepergian Chester.
Tak heran, dirilisnya lagu lama, yang masih dinyanyikan Chester, seakan menjawab kerinduan penggemar akan raungan teriak vokalis yang identik berambut jabrik itu.
”Saya merindukanmu, Chester!” ujar Esma Gul Ozturk, seorang LPU asal Turki, dalam kolom komentar unggahan video Instagram resmi Linkin Park. Komentar itu lalu disukai 54 orang yang merasakan hal yang sama seperti halnya Esma.
Jadi, selamat ulang tahun, Hybrid Theory! Selamat menikmati album legendaris ini.