Dampak pandemi Covid-19 membuat persaingan antarklub Liga Italia Serie A musim ini menjadi lebih sengit. Juventus yang biasanya langsung tancap gas pun terseok-seok pada awal musim ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TURIN, SENIN — Serie A musim ini benar-benar berbeda. Juventus yang biasanya selalu superior sejak awal musim kompetisi justru tertatih menapaki tangga papan atas klasemen. Padahal, setidaknya tiga musim terakhir, Juventus selalu langsung bertengger di papan atas sejak awal kompetisi.
Zebra Turin itu berada di posisi kedua dengan 15 poin seusai pekan kelima musim 2017/2018. Grafik nyaris serupa ditunjukkan pada dua musim berikutnya, peringkat pertama dengan 15 poin musim 2018/2019 dan urutan kedua dengan 13 poin musim 2019/2020 setelah sama-sama menjalani lima laga.
Namun, seusai pekan kelima, Giorgio Chiellini dan kawan-kawan masih tertahan di tempat kelima dengan 9 poin. Bahkan, mereka baru membukukan satu kemenangan murni, yakni 3-0 atas Sampdoria pada pekan pertama. Satu kemenangan lain adalah ”hadiah” karena Napoli tak hadir untuk melangsungkan laga pekan ketiga di Turin.
Tiga laga lainnya, klub berjersei putih-hitam itu hanya meraih hasil seri. Selain seri 2-2 dengan tuan rumah AS Roma, dua hasil remis lainnya justru terjadi dengan klub-klub yang levelnya di bawah mereka, yakni 1-1 dengan Crotone pada pekan keempat dan 1-1 dengan Hellas Verona pada pekan kelima, Senin (26/10/2020) dini hari WIB.
Bagi Juventus, pandemi Covid-19 memang banyak berdampak. Musim lalu, sejumlah pemain utama sempat terjangkit virus tersebut, antara lain bek Daniel Rugani dan penyerang Paulo Dybala. Musim ini, megabintang asal Portugal, Cristiano Ronaldo, ikut tertular.
Belum lagi sejumlah pemain berhalangan tampil karena cedera dan akumulasi kartu. Chiellini, bek muda Matthijs de Ligt, dan Alex Sandro masih pemulihan cedera. Sementara itu, penyerang baru Federico Chiesa dilarang bermain seusai menerima kartu merah saat menghadapi Crotone.
Akibatnya, pelatih anyar Juventus, Andre Pirlo, tidak memiliki banyak pilihan pemain. Pirlo pun masih beradaptasi dengan lingkungan baru di tengah persiapan pramusim yang singkat. ”Ini periode khusus untuk semua orang. Namun, sejak akhir musim lalu ada laga ketat. Banyak pemain belum siap, permainan berakhir dengan banyak gol. Ini situasi yang kami hadapi dan beradaptasi cepat,” ujarnya dikutip Football-Italia, Senin.
Tanpa penonton
Pirlo berpendapat, salah satu faktor utama yang mengubah persaingan Serie A musim ini adalah ketiadaan penonton di stadion. Tanpa riuh rendah tepuk tangan dan teriakan penonton, para pemain kehilangan adrenalin.
Namun, hal itu tidak bisa menjadi alasan pemain tak bermain optimal. ”Kami seharusnya tidak butuh tamparan di wajah untuk bangun. Kami harus mulai dengan intensitas tinggi dan melanjutkannya dari sana,” kata mantan gelandang legendaris Italia itu.
Setali tiga uang, tiga klub papan atas musim lalu juga harus bersusah payah mempertahankan prestasi mereka. Inter Milan, peringkat kedua musim lalu, masih tertahan di posisi keempat. Atalanta, tim peringkat ketiga, terperosok ke posisi keenam. Lazio, yang musim ini lolos ke liga Chanmpions berbekal posisi keempat musim lalu, tergelincir ke urutan ke-12.
Kami seharusnya tidak butuh tamparan di wajah untuk bangun. Kami harus mulai dengan intensitas tinggi dan melanjutkannya dari sana.
Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini berdalih, Atalanta kewalahan menghadapi padatnya jadwal pertandingan musim ini. Apalagi ”Sang Dewi” harus bermain di tiga kompetisi, yakni Serie A, Liga Champions, dan Piala Italia.
Jadwal ketiga kompetisi itu sangat dekat. Hal itu dampak dari banyaknya waktu terbuang akibat penundaan semua kompetisi musim lalu saat merebaknya Covid-19.
”Dengan begitu banyak pertandingan untuk dimainkan di tiga kompetisi, kami harus mendapatkan pemain baru (di bursa transfer musim dingin). Jika tidak, jumlah (pemain) kami tidak cukup,” tutur Gasperini kepada Sky Sport Italia, Sabtu (24/10).
Kurang diperhitungkan
Sebaliknya, sejumlah tim yang kurang diperhitungkan justru melejit pada awal musim. AC Milan yang terseok di papan tengah musim lalu memimpin klasemen sejak pekan keempat. Demikian juga Napoli mampu menempati peringkat kedua sementara.
Pelatih AC Milan Stefano Pioli dikutip Football-Italia, Kamis (22/10), tidak menampik bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak positif kepada timnya. Selama kompetisi dihentikan dari Maret hingga Juni, AC Milan memiliki cukup waktu membenahi dan mengatur kembali tim dari awal.
”Tidak ada rahasia lagi, kami telah bekerja ke arah yang sama selama beberapa waktu terakhir, terutama selama penghentian kompetisi. Klub, pemain, dan staf, semua merasa seperti bagian integral dari proyek ini dan kami semua bekerja sama untuk terus berkembang,” ujarnya.
Adapun Sassuolo sempat merangsek ke urutan kedua pada pekan keempat sebelum turun satu tingkat sepekan kemudian. Ada juga Verona yang berada di papan atas pada dua laga awal sebelum melorot ke posisi kedelapan.
”Klub-klub Serie A saat ini sedang berjuang dengan wabah virus korona baru. Namun, Anda harus berkorban, menyerahkan banyak hal. Yang paling penting adalah menyelesaikan kejuaraan ini (Serie A musim ini), yang akan sangat sulit bagi semua orang,” kata CEO Sassuolo Giovanni Carnevali, seolah tidak ingin kehilangan momentum penampilan apik timnya, dikutip Football-Italia, Senin (19/10).
Perlahan tetapi pasti, muncul pula Sampdoria ke papan tengah. Setelah dua kekalahan beruntun pada pekan pertama dan kedua, tim asal kota pelabuhan Genoa itu meraih tiga kemenangan beruntun dan duduk di urutan ketujuh. Ketiga kemenangan itu diraih atas lawan yang memiliki peringkat lebih tinggi atau memiliki materi pemain lebih baik, yakni Fiorentina (2-1), Lazio (3-0), dan Atalanta (3-1).
Grafik positif Sampdoria ini tak lepas dari motivasi tim yang tidak ingin lagi menderita berjuang menghindari zona degradasi seperti sepanjang musim lalu. Maka itu, Fabio Quagliarella dan kawan-kawan coba mengambil momentum di tengah kondisi tim lain yang kurang stabil.
”Musim lalu, kami menghabiskan seluruh waktu untuk keluar dari zona degradasi. Kami tidak ingin berada dalam posisi itu lagi musim ini. Untuk itu, saya memberi tahu para pemain bahwa selain hasil, saya ingin melihat mereka menunjukkan keberanian ketika melawan tim lebih kuat, seperti Lazio dan Atalanta,” kata Pelatih Sampdoria Claudio Ranieri, seperti dikutip Sky Sport Italia.
”Akan ada saat-saat ketika kami menderita, tetapi kami harus terus maju dan siap ketika peluang muncul,” ujar Ranieri. (AFP/REUTERS)