Ideafest di Tengah Pandemi Covid-19, Momentum Evaluasi Industri Kreatif
›
Ideafest di Tengah Pandemi...
Iklan
Ideafest di Tengah Pandemi Covid-19, Momentum Evaluasi Industri Kreatif
Ideafest akan diselenggarakan secara virtual pada 5-15 November 2020. Ajang ini diharapkan bisa memantik ide, kreativitas, dan inovasi para pelaku usaha dalam menghadapi pandemi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ideafest yang menjadi ajang pertemuan tahunan para pelaku industri kreatif digelar kembali tahun 2020 di tengah pandemi Covid-19. Ideafest digelar secara vitual dan diharapkan dapat memantik ide, kreativitas, dan inovasi sekaligus menjadi momentum evaluasi industri kreatif di Indonesia. Ini penting sebagai modal untuk memulai atau membangun kembali usaha kreatif yang terdampak pandemi Covid-19.
Chief Executive Officer Samara Media and Entertainment Ben Soebiakto mengatakan, pandemi memukul seluruh lini industri kreatif, baik film, musik, penyelenggara acara (event), hingga mode. Kendati demikian, pandemi menunjukkan rentannya model bisnis yang ada. Hal itu jadi momentum untuk mengulas kembali cara industri kreatif berjalan selama ini.
”Masyarakat urban mungkin berlari terlalu cepat selama ini sehngga tidak punya waktu menganalisis diri. Kita jadi disadarkan oleh pandemi. Jangan-jangan model bisnis kita selama ini kuno, tidak bulletproof (tangguh), atau mungkin terlalu Jakartasentris,” kata Ben pada konferensi pers Ideafest 2020 virtual, Selasa (27/10/2020).
Ideafest merupakan acara tahunan yang mengumpulkan pelaku industri kreatif untuk bertukar gagasan. Acara tahun ini dilaksanakan secara daring pada 5-15 November 2020. Ada lebih dari 150 pembicara yang akan hadir, 12 sesi konferensi, serta forum bersama 20-an universitas dan komunitas. Ada pula pameran, acara musik, serta bazar makanan dan minuman.
Ideafest 2020 menggunakan tema ”Restart” atau memulai kembali. Ben mengatakan, sudah saatnya digodok ide baru untuk bertahan selama dan setelah pandemi. Ia berharap Ideafest menjadi tempat memantik ide, menginspirasi, serta mendorong kolaborasi.
”Akan ada banyak hal yang bisa dicontoh, kemudian dikembangkan sendiri. Tidak semua hal harus berakhir karena pandemi. Usaha yang kolaps bisa berdiskusi bersama di sini,” kata Ben, yang juga salah satu penggagas Ideafest.
Grup produser musik Laleilmanino sependapat. Masa pandemi tidak diratapi, melainkan dijadikan momen untuk lebih produktif. Ada 10-20 lagu yang telah mereka rilis tahun ini. Masih ada sejumlah lagu yang akan dirilis.
”Kami jadi lebih produktif saat pandemi dibanding masa sebelumnya,” kata Anindyo Baskoro, perwakilan Laleilmanino, yang juga vokalis RAN. ”Kita sebenarnya bisa berkarya dan menghasilkan uang di kamar saja. Istilahnya bedroom producer (produser kamar tidur). Gunakanlah teknologi untuk mencari referensi sebanyak-banyaknya, buat musik, lalu kalian bisa unggah di platform digital,” tambahnya.
Teknologi
Head of Strategic Investments Telkomsel Nazier Ariffin mengatakan, teknologi tidak sekadar menghubungkan semua orang yang diminta berjarak akibat pandemi. Lebih lanjut, teknologi menjadi solusi dan sarana pembangunan masa kini.
Ia mencontohkan, para pelaku industri sempat kebingungan menentukan langkah di masa awal pandemi. Sejumlah acara diundur atau dibatalkan. Namun, teknologi menjembatani problem itu. Acara, pekerjaan, hingga aktivitas jual-beli kini bisa dilakukan secara daring.
”Teknologi memberikan kita arti yang lebih. Menurut survei internal Telkomsel, ada 70 persen pengguna kami yang menyatakan tidak berniat kembali ke cara hidup lama. Sebab, mereka menemukan banyak hal baru hanya dengan teknologi,” ujar Nazier, yang juga kurator konten Ideafest 2020.
Menurut Presiden Direktur PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati, teknologi bisa diterapkan pelaku UMKM dari hal paling sederhana dahulu. Sebagai contoh, melayani penjualan lewat aplikasi percakapan, membuka daftar prapesan, hingga melayani pengiriman barang. Perlahan, pelaku UMKM bisa menggunakan produk teknologi yang lebih rumit, seperti membuat situs internet.
Transformasi
Fetty mengatakan, perpindahan pelaku usaha ke pasar digital perlu disertai transformasi produk. Maksudnya, produk perlu mencerminkan perhatian (concern) terhadap suatu isu, kemudian menunjukkan tujuan produk dibuat. Untuk itu, dibutuhkan narasi produk yang kuat.
”Produk yang memiliki narasi akan menciptakan komunikasi dua arah (antara produsen dan konsumen),” katanya.
Pelaku usaha juga perlu menyadari pentingnya kekuatan komunitas untuk memasarkan produk. Fetty menjelaskan, di masa pandemi, pelaku usaha berhasil berjualan dengan promosi ke lingkup terdekat, seperti tetangga atau teman. Pelaku usaha bisa membangun narasi produk dengan melihat kedekatan itu.
Vice President and Creative Director GO-JEK Bahari CK mengatakan, promosi tidak hanya dilakukan melalui media tradisional, tapi harus merambah ke ruang digital. Salah satu bentuk promosi yang kuat ialah yang menimbulkan pembicaraan di publik.
”Buat konten yang akan menimbulkan pembicaraan, tetapi dengan nilai yang positif, jangan negatif. Pengaruh konten bisa diukur jika promosinya secara digital. Kita bisa lihat seberapa luas konten menjangkau publik,” ucap Bahari.